Malam itu, Asmirandah baru saja hendak beristirahat sepulang sekolah ketika ada ketukan dipintu rumahnya. Ia pun bergegas membukakan pintu. Ternyata bang Tagor yang ada didepan pintu.
“Eh bang Tagor, ada apa bang?”
“Gini Dah, pak Mardi minta non segera ke tempat syuting, katanya shoot kemarin ada beberapa adegan yang harus diulang” kata bang Tagor
“Tapi sekarang kan Andah libur bang, Andah mau istirahat” jawabnya sedikit kesal.
“Tapi mau gimana lagi, sinetron ini kan kejar tayang, jadi harus dibereskan secepatnya, lagian adegannya gak banyak kok” kata bang Tagor
“Ya udah, kalo gitu Andah mau panggil mama dulu buat nganter ke tempat syuting”
“Gak usah non, biar bang Tagor yang nganter, nanti aja mama non Andah suruh jemput kalo syutingnya sudah selesai”
“Ya udah, tunggu yah, mau siap-siap dulu” kata Andah sambil bergegas
Setelah bersiap-siap dan berpamitan pada mamanya, Asmirandah pun berangkat ke tempat syuting diantar bang Tagor, yang memang sudah dipercaya baik olehnya maupun mamanya.
Tetapi ketika sampai ke tempat syuting, Asmirandah merasa aneh karena kru yang terlihat amat sedikit, hanya 4 orang ditambah pak Mardi sang sutradara. Apalagi tak ada satupun cast sineton itu yang terlihat di lokasi.
“kok cuman sedikit orangnya pak?” tanyanya
“Yah kan syutingnya cuman sebentar jadi gak perlu banyak orang, udah deh kamu siap-siap, tapi make up sendiri aja yah, soalnya Mince telat nih” jawab pak Mardi.
Asmirandah pun lalu memasuki rumah besar yang dijadikan tempat syuting itu. Didalam kamar yang dijadikan ruang ganti pakaian, dia pun lalu berganti pakaian dengan baju yang telah disiapkan, ternyata baju yang disiapkan adalah baju seragam sekolah yang amat minim, iapun lalu memakai seragam itu dan berjalan keluar. Belum sampai keluar rumah, diruang tamu telah menunggu Bang Tagor.
“Ayo Dah syutingnya di kamar tidur utama”, kata bang Tagor
Dea pun mengikuti ke arah kamar tidur utama yang sangat luas, didalamnya tampak kamera, lighting, dan peralatan tata suara telah diset.
“Tapi ini adegan yang mana? Terus mana pemain yang lain” tanya Asmirandah
“Pokoknya kamu duduk dulu diatas ranjang, terus memandang ke kamera” jawab pak Mardi, sementara keempat orang kru, pak Mardi dan bang Tagor semua menatap sebagian paha Asmirandah yang terpampang mulus dengan tatapan yang membuatnya risih.
Ia pun mendapat firasat yang kurang enak, namun dia akhirnya menuruti perkataan sang sutradara. Namun baru saja pantatnya menyentuh ujung tempat tidur, tampak dua orang kru yaitu Heri dan Pardi menghampiri Andah, tampak banyak bicara, mereka mengerubuti dan memegangi kedua tangannya.
“Ada apa ini, lepasin!” teriak Andah sekuat tenaga
Namun bukannya menjawab, mereka malah mengikat kedua tangan dan kaki Asmirandah Dengan tali keujung ranjang besi tersebut, sehingga kedua tangan dan kakinya terpentang lebar membentuk huruf X. Ikatan itu sungguh ketat, sehingga jangankan melepasan diri, untuk bergerak saja sudah sulit.
“Pak Mardi ada apa ini?” tanya Andah yang mulai ketakutan.
“Tenang aja Dah, kami-kami ini sudah lama punya niat untuk membuat film spesial buat kamu, daripada kamu main sinetron remaja terus, mendingan kamu bikin film bokep aja, nama kamu pasti bakal makin terkenal” jawab pak Mardi sambil terkekeh.
Pucatlah muka Andah mendengar jawaban ini, ia tahu petaka apa yang bakal menimpanya.
“Tolong pak jangan, saya belum pernah gituan” ibanya
Tetapi bukannya menjawab, para kru justru malah menjalankan kamera dan lampu dan mulai menshoot adegan didepannya. Asmirandah melihat Heri dan Pardi yang telah telanjang bulat mulai menaiki kasur ukuran besar tersebut.
Dia merasa ngeri, baru kali ini ia melihat tubuh pria dewasa yang telanjang. Heri dan Pardi pun memulai operasinya. Tangan Heri mulai membuka kancing seragamnya satu persatu, dan begitu tebuka, iapun menggunting kaos dalam dan BH yang dikenakan Andah dan melepasnya dengan paksa, hingga yang menutupi tubuh bagian atasnya hanyalah seragam yang telah tersingkap lebar. Sementara Pardi menyingkap rok seragam Asmirandah hingga ke perut, dan membelai-belai vagina Andah dari luar celana dalam warna biru yang ia pakai. Kemudian jari-jari tanganya bagaikan ular menyelusup dari samping celana dalamnya dan mengelus-elus bibir vagina Andah.
“waah, toketnya montok banget, kenceng banget lagi, padahal masih cilik”, komentar Heri yang tepat berada di depan payudara kanan Andah.
“Iya nih, udah cantik, toketnya sekel banget, udah gitu putih banget “, tambah si Pardi.
Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, Heri langsung menghisap payudara kanan, sedangkan Pardi menghisap payudara kiri Asmirandah. Asmirandah terus meonta-ronta berusaha melepaskan diri, iapun berusaha berteriak, namun Heri segera membenamkan sapu tangan kedalam mulutnya dan membekapnya. Andi, salah seorang kru mendekat, ia meraih gunting yang tadi digunakan Heri, dan mulai menggunting celana dalam Andah yang masih ia kenakan. Karena kedua kaki Andah terentang lebar, begitu ia selesai menggunting celananya, terpampanglah vagina yang merekah berwarna merah muda. Vagina itu tampak begitu menggoda, dan ditumbuhi bulu-bulu halus yang masih jarang, sehingga semua orang yang ada di ruangan itu menelah ludah memandangnya. Pak Mardi pun menshoot close up kearah vagina Asmirandah, sehingga di monitor di samping kamera yang sengaja diletakkan menghadap ke arah ranjang, Andah bisa melihat bagaimana vaginanya di close up dan di rekam oleh pak Mardi.’
“Denger yah, kalo kamu macem- macem rekaman ini bakal saya sebarin di internet, jadi mendingan kamu turuti saja semua perintah kami” bentak Tagor dari belakang lampu.
Asmirandah pun mulai menangis, jika rekaman ini sampai tersebar, bukan hanya karirnya yang akan hancur, tetapi juga nama baiknya dan keluarganya akan hancur berantakan, mau ditaruh dimana muka ini. Sehingga dia pun lalu mengangguk menurutinya.
Melihat korbannya pasrah, Heri dan Pardi lalu membuka semua ikatan pada tangan dan kaki Andah, dan mengambil saputangan dari mulutnya, merekapun lalu membuka semua sisa pakaiannya, hingga ia telanjang bulat diatas kasur. Heri dan Pardi lalu melanjutkan kegiatannya, sementara Andi yang juga sudah telanjang bulat, mendekati vagina Andah, Kedua tangganya lalu membuka kedua kaki Andah lebar-lebar, dan menguak bibir vaginanya hingga bagian dalam vaginanya merekah dan terlihat. Pak Mardi tak menyia-yiakankan dan terus menshoot vaginanya.
“Gila bagus banget nih memek, baru kali ini gue ngeliat memek sebagus ini” kata Andi yang mulai menggosok-gosok bibir vagina Andah, hingga artis cantik yang merasakan serasangan dari berbagai arah ini mulai mendesah tak terkontrol.
Andi pun mulai sedikit memasukan jarinya kedalam vagina Asmirandah hingga membuatnya mendesah dan mengangkat selangkangannya kearah tangan Andi.
“Wuih liat men, dia kayaknya demen nih” ejek Andi.
Merah kuping Andah mendengar ejekan ini, namun tiba-tiba mulut Pardi langsung mencium mulutnya dan lidahnya menyeruak masuk kedalam mulutnya, sementara remasan tangannya pada payudara Andah makin mengeras, sedotan Heri pun makin kencang. Andi pun yang sudah tidak tahan langsung menjilati vagina Asmirandah dengan semangat. Belum pernah ia merasakan ciuman seperti ini sebelumnya, apalagi diserang oleh berbagai rangangan ini, membuatnya mau tak mau harus mengakui bahwa ia menikmati semua perlakuan ini.
Tak lama Pardi bangkit dan menyodorkan penisnya kemulut sang artis.
“Isep Dah” perintah Pardi
Sejenak ia hanya menatap ngeri melihat penis Pardi yang berdenyut-denyut, belum pernah Ia melihat penis orang dewasa sebelumnya, karena ragu-ragu, Pardi yang sudah tidak sabar langsung menghujamkan penisnya yang gemuk kedalam mulut Andah. Artis muda cantik yang telah terangsang berat karena jilatan-jilatan lidah Andi pada vaginanya mulai menghisap penis Pardi seperti menghisap eskrim, sehingga Pardi pun merem melek keenakan dan memaju-mundurkan pantatnya, seperti orang yang sedang mengentot. Asmirandah merasakan kepalanya mulai terasa ringan, apalagi ketika lidah andi menerobos masuk kedalam vaginanya dan mengobok-oboknya. Sehingga ia merasakan sensasi yang tak pernah dirasakan sebelumnya, dan cairanpun membanjir dari vaginanya, ternyata ia telah merasakan orgasme untuk pertama kalinya, tubuhnya terasa enak luar biasa. Tapi ia terus melanjutkan hisapannya pada penis Pardi, bahkan menyelinginya dengan jilatan-jilatan.
“Gila men, isapannya, ternyata dia ahli ngisep kontol” ejek Pardi
Andah tak mempedulikan ejekan itu dan terus menghisap, hingga akhirnya ia merasakan tubuh Pardi bergetar dan tak lama kemudian ia merasakan semburan cairan dalam mulutnya. Cairan itu tersa aneh, asin, gurih dan hangat, Andah pun menelannya dan ternyata ia menyukai rasanya, sehingga ia pun terus menyedot penis Pardi untuk menghisap cairan yang mungkin masih tersisa, hal ini membuat Pardi makin kelojotan.
Pak Mardi yang tidak tahan melihat semua ini segera membuka semua pakaiannya dan naik keatas kasur dan memposisikan dirinya diantara kedua kaki sang artis yang mengangkang.
“Awas, gue duluan yang memerawaninya, kan gua sutradaranya!” teriak pak Mardi
Iapun lalu menyangkutkan kedua betis Andah ke bahunya yang lebar sambil mengarahkan penisnya ke vagina artis cantik yang baru berusia berusia 18 tahun itu.
“Pak, tolong jangan, jangan dimasukkin pak” pintanya.
Memang meskipun pernah beberapa kali pacaran, ia belum pernah sampai berhubungan seks, apalagi sekarang ini, Andah lebih berkonsentrasi untuk membangun karirnya, daripada pacaran.
“Tenang aja Dah, yang penting enak kan” jawab Pak Mardi yang disambut tawa mereka.
Perlahan-lahan sutradara itu mulai menancapkan penisnya pada vagina Andah, namun sulit karena vagina yang masih perawan, terlalu sempit untuk menerima penis sebesar itu. Sementara Heri dan Pardi melotot menyaksikan bagaimana si sutradara gendut separuh baya itu memerawani sang artis cantik yang masih amat muda. Akhirnya Asmirandah merasakan sesuatu yang besar menyeruak kedalam vaginanya. Iapun hampir menjerit karena pedih dan sakit, namun pagutan Heri membungkamnya. Dia merasakan penis itu berdenyut-denyut dalam memeknya, yang dipaksa untuk membuka selebar-lebarnya,selangkangannya seakan terbelah dua.
“Tenang yah non, sakitnya cuman sebentar kok” kata pak Mardi.
Asmirandah mengeluarkan jeritan yang keras sekali, ketika perlahan batang penis Pak Mardi membuka bibir kemaluan, dan masuk senti demi senti tanpa berhenti. Kadang ia menarik sedikit batang kemaluannya untuk kemudian didorongnya lebih dalam lagi ke dalam vaginanya
.
Setelah terasa terbiasa, ia mulai memaju mundurkan penisnya dengan perlahan. Dengan menahan rasa sakit, Andah menatap penis pak Mardi yang keluar masuk vaginanyanya, disertai sedikit darah perawan. Tak lama kemudian, pak Mardi mempercepat genjotannya, Andah pun merasakan sedikit nikmat, namun rasa perih masih menguasai, hingga pun menjerit -jerit dan menitikkan air mata. Sementara itu, Heri naik dan mendekati wajah Andah sambil mengelus-elus wajahnya dengan batang kemaluannya. Mulai dari dahi, pipi kemudian turun ke bibir. Andah menggeleng-gelengkan kepalanya agar tidak bersentuhan dengan batang kemaluan Heri yang hitam.
“Ayo dong manis, buka mulut kamu”, kata Heri sambil meletakkan batang kemaluannya di bibir Andah.
“Kamu belum pernah ngerasain punya gue kan?Buka mulut kamu, brengsek!” bentaknya ketika melihat Asmirandah tak bereaksi.
Perlahan mulut Asmirandah terbuka sedikit, dan Heri pun langsung memasukkan batang kemaluannya ke dalam mulut yang indah tersebut. Mulut Asmirandah terbuka agar semua batang penis itu masuk ke dalam mulutnya. Batang kemaluan itupun mulai bergerak keluar masuk di mulutnya,.
“Sedot…iyah gitu…ohhh !” lenguhnya sambil meremas rambut gadis itu.
Ketika Pak Mardi masih terus menggenjotnya, Pardi dan Andi ikut menikmati tubuh Andah dengan mencubit, meremas, meraba, mengisap, mengigit, menjilat dan menciumi seluruh tubuh indah Asmirandah. Mereka mulai dengan memainkan buah dada dan mengisapi puting susunya, tangan-tangan mereka juga menarik-narik puting susunya. Mau tak mau, Andah mulai merasakan nikmat, sehingga jeritannya berubah mennjadi erangan tak jelas.
Lima menit kemudian penis Heri menumpahkan lahar panas di dalam mulut Andah.
“Uuggghh…asyiknya!,” lenguh Heri sambil menekan dalam-dalam penisnya yang menyemburkan sperma.
“Anjing, sip banget nyepongnya, sampai gak tahan lama gue” katanya lagi.
Ketika Heri menarik batang kemaluannya terlihat ada cairan yang keluar dari batang kemaluannya.
“Julurin lidah kamu!” perintahnya
Asmirandah yang sudah setengah sadar kerana merasakan kenikmatan yang amat sangat, membuka mulutnya dan mengeluarkan lidahnya. Heri kemudian memegang batang kemaluannya dan mengusapkan kepala batang kemaluannya ke lidah Andah, membuat cairan kental yang keluar tadi menempel ke lidah Andah. Saat itu, tiba-tiba Pak Mardi yang sedang menggenjot vagina Andah berteriak
“Ngentot!! Keluuarrhh nih…Aaahhh!” Ia tidak menarik batang kemaluannya keluar dari vagina Andah, batang kemaluannya tampak bergetar berejakulasi, menyemprotkan sperma masuk ke dalam rahim sang artis remaja. Andah berontak ketika menyadari sperma Pak Mardi mengalir masuk ke rahimnya.
“Pak Jangan keluarin didalam! Nanti saya hamil” Ibanya bercucuran air mata
“Ya udah, lain kali kita keluarin dalam mulut lu aja” timpal Andi sambil tertawa-tawa
Andi sekarang ada di antara kaki Andah dan mulai mendorong batang kemaluannya masuk ke liang vagina yang merekah indah itu. Terlihat sekali dengan susah payah batang kemaluan Andi yang besar itu membuka bibir kemaluan Andah yang masih sempit.
Setelah seluruh penisnya masuk dengan sempurna, ia kemudian memegang pinggul Andah dan berguling kesamping, sehingga tubuh Andah menindih tubuhnya. Sementara bang Tagor yang dari tadi hanya menonton sambil mengoperasikan kamera, mulai bergabung. Ia mengacungkan batang kemaluannya ke mulut Andah.
“Dah tau kan non mesti gimana.” dengan kasar ia mendorong batang kemaluannya masuk ke mulut Andah, sampai akhirnya batang kemaluan itu masuk seluruhnya hingga sekarang testisnya berada di wajah Asmirandah.
Tiba-tiba, ia merasakan ada jari yang mengorek-orek anusnya, ketika ia menoleh, ia melihat Pardi yang meludahi lubang anusnya. Asmirandah tersadar apa yang akan dilakukan Pardi pada dirinya, ketika dirasanya batang penis Pardi mulai menempel di lubang anusnya.
“Jangan Bang, jangan! Ampun Bang, ampun, jangan…”
Asmirandah menjerit-jerit ketika kepala batang penis itu berhasil memaksa masuk ke liang anusnya. Wajahnya pucat merasakan sakit yang amat sangat ketika batang kemaluan itu mendorong masuk ke liang anusnya yang kecil. Pardi hanya mendengus-dengus berusaha memasukkan batang kemaluannya ke dalam anus Andah tanpa peduli jerit kesakitan gadis itu. Perlahan, senti demi senti batang kemaluan itu tenggelam masuk ke anus Andah. Hingga akhirnya seluruh batang penis itu masuk, Andah hanya bisa merintih dan mengerang kesakitan merasakan benda besar yang sekarang masuk ke dalam anusnya.
Pardi beristirahat sejenak, beradaptasi sebelum mulai bergerak keluar masuk. Kembali Andah menjerit-jerit, bahkan kenikmatan yang ia rasakan dari genjotan Andi pada liang vaginanya, tidak bisa meredam rasa sakit yang ia rasakan pada anusnya.. Pardi terus bergerak tanpa belas kasihan. Batang kemaluannya bergerak keluar masuk dengan cepat, membuat testisnya menampar-nampar pantat sang artis. Jadilah tubuh seksi dan putih itu digarap dari tiga arah, oleh Andi, Bang Tagor, dan Pardi. Setelah beberapa menit, Andah sudah mulai dapat merasakan kenikmatan dari penis-penis itu dan secara tidak sadar mulai menggoyangkan pinggulnya.
Mulanya Andah digenjot secara perlahan-lahan, akan tetapi kecepatannya terus ditingkatkan sehingga sampai suatu titik tertentu yang dapat membuat perasaannya terbang ke langit karena nikmatnya. Hal ini berlangsung selama 15 menit, hingga akhirnya Pardi mencapai orgasme ia menarik batang kemaluannya dan sperma menyemprot keluar menyembur ke punggung Andah, kemudian menyembur ke pantat dan mengalir turun ke pahanya. Setelah beberapa lama, Andah merasakan tubuh Andi mengejang dan erangan nikmat keluar dari mulutnya. Sperma laki-laki itu menyembur masuk sebanyak-banyaknya ke dalam lubang vaginanya. Sambil terengah-engah ia menarik batang kemaluannya yang berlumur sperma dan darah perawan keluar dari tubuh Andah.
Sebelum artis muda itu sempat menarik nafas, Heri mengambil giliran selanjutnya dan dengan kasar ia juga mendorong batang kemaluannya masuk ke liang anus Andah yang masih meneteskan sperma. Heri kemudian menarik tubuhnya hingga Asmirandah terbaring telentang menindih tubuh Heri. Rasa sakit itu sekarang sudah berkurang tapi tetap menyakitkan sementara Heri tanpa peduli terus mendorong dan menarik batang kemaluannya. Andah memejamkan matanya berharap ia dapat mengurangi rasa sakit dan ngilu yang menyerang seluruh tubuhnya.
Sementara Bang Tagor yang masih belum orgasme, berjongkok di hadapan Andah, batang kemaluannya sudah tegang dan keras ketika ia tersenyum menyeringai pada si artis, ia lalu mengarahkan batang penisnya ke belahan vagina yang terpampang indah didepannya. Dengan satu dorongan keras batang kemaluan itu merobek masuk ke lubang vagina. Tubuh Andah terasa tersobek-sobek menerima sodokan dari dua arah itu. Terutama ketika batang kejantanan itu masuk ke dalam lubang anusnya yang kering dan sempit. Penis yang bergerak keluar masuk itu terasa seperti besi panas yang membuat nafasnya terputus-putus. Hal ini membuatnya menjerit kecil karena merasa sakit dan nikmat sekaligus. Asmirandah pun mulai meracau, “Ahh…, ahh…, oh…, oh…,” Inginnya ia menjerit nikmat, tapi mana mungkin ia mengaku bahwa ia mulai menikmati perkosaan itu.
Mulutnya tidak berhenti-henti mengeluarkan suara erangan nikmat dan juga kata-kata yang menggambarkan kenikmatan yang tiada tara. Melihat si artis cantik yang sudah seperti orang yang kerasukan setan nikmat itu, semua orang yang ada di ruangan itu tertawa terbahak-bahak.
“Gila, keenakan dia”
“Tau nih, tadinya pura-pura gak mau,sekarang malah ketagihan”
“Gue yakin abis ini dia malah bakal minta kita buat ngentotin dia!”
“Dasar artis, di depan aja sok alim, sok imut, padahal kalau udah gini sama aja sama perek!”
Kata kata yang entah diucapkan oleh siapa itu membuat kuping Andah terasa panas. Tapi mau bagaimana lagi, memang itu yang terjadi kok. Andah bahkan mulai melingkarkan tangannya ke leher Bang Tagor yang ada di atas tubuhnya dan menariknya mendekat, lalu menciumi bibir laki-laki itu tanpa canggung. Ia juga melingkarkan kakinya ke tubuh laki-laki itu. Selain itu, Andah juga melingkarkan dan mengunci kakinya ke pantat dan menariknya hingga penis Bang Tagor itu masuk lebih dalam ke dalam vaginanya, dibarengi olehnya dengan mengangkat pinggulnya. Sebelah tangan Andah mengusapi rambut Bang Tagor itu sementara yang lainnya merabai pundak dan punggungnya. Ia menciumi dan mengulum lidah laki-laki itu sembari mengeluarkan erangan, ia benar -benar telah menikmati semuanya, naluri seks dalam dirinya telah bekerja sedemikian hebat membuatnya lupa akan rasa malu dan harga dirinya. Beberapa menit kemudian jeritan Andah hanya tinggal erangan dan rintihan tapi genjotan bang Tagor bukannya berhenti tapi justru bergerak makin cepat. Tak lama kemudian, Bang Tagor menarik penisnya hingga hampir terlepas dari jepitan vagina Andah, ia mengerang dan maju mendorong ke depan sekuat tenaga.
Kepala Asmirandah terdongak dan lenguhan keras terdengar panjang keluar dari mulutnya. Bang Tagor mengejang beberapa saat dan bergerak beberapa kali, dan penisnya menyemburkan sperma ke dalam vagina si artis cantik.
“Uuggghh…asyiknya!” lenguh Bang tagor sambil menekan dalam-dalam penisnya yang menyemburkan sperma.
Heri pun akhirnya tak tahan juga, penisnya serasa diremas kuat oleh dinding anus yang bergerinjal-gerinjal dan sempit itu. Penisnya memuntahkan sperma hangat ke dalam pantat artis muda itu, ia menekan dalam-dalam penis itu selama mengeluarkan isinya hingga akhirnya penisnya menyusut lalu ditariknya lepas. Asmirandah sekarang tergeletak tak bergerak di atas ranjang dengan sperma mengalir keluar dari vagina dan anusnya. Tubuhnya kesakitan seperti baru saja dipukuli. Ia mengerang lirih ketika dua orang menarik tangannya dan melemparkan bajunya.
“Wuih makasih banget yang Dah, udah mau ngelayanin kita semua. Tenang aja, nih rekaman gak bakal kemana-mana kok, asal kamu juga mau tutup mulut soal semua ini.” kata Pak Mardi sambil tersenyum.
Tanpa menjawab, Asmirandah memakai kembali semua pakaian, yang ia pakai ke tempat syuting. Minus BH dan celana dalamnya yang telah digunting oleh para pemerkosanya. Sambil menahan isak tangis, ia berjalan keluar dari rumah tersebut, diiringi senyuman para kru sinetron bejat yang baru saja menggarap tubuhnya habis-habisan.
Diluar, masih ada seorang kru yang tidak ikut memperkosanya, namanya Fandi.
“Non Andah, maafin saya yah, gak bisa bantu. Saya udah coba mencegahnya, tapi saya diancam akan dipecat dan dibunuh kalo saya coba melapor” katanya sedih sambil membantu Asmirandah berjalan kearah mobil dinas PH tersebut.
“Sini non, saya anter pulang ke rumah” kata Fandi sambil membuka pintu belakang mobil tersebut
Asmirandah pun naik kedalam mobil berlogo tersebut, ia tidak bicara apa-apa karena pikirannya masih berkecamuk, antara sedih, marah, dendam, tapi anehnya ketika mengingat semua peristiwa yang baru saja terjadi itu, tanpa sadar sebuah senyum terpampang diwajahnya. Ia menyeka vaginanya yang hanya ditutupi oleh rok pendeknya sambil mencoba merasakan kenikmatan yang baru saja ia alami di sekujur tubuhnya.
Terasa benar ada cairan kental yang hangat dan sedikit gatal menggelitik memenuhi vaginanya. Ia menggerakkan tangan untuk menyeka bibir vagina itu dan tangannya pun langsung dipenuhi dengan cairan kental berwarna putih susu yang berlepotan di sana. Tanpa sadar ia kemudian memasukkan jemarinya tersebut kedalam mulutnya, dan merasakan sperma dari beberapa lelaki yang barus saja menggarapnya itu.
“ehhm, enakk…” desahnya dalam hati.
Sepertinya lain kali, ia tidak perlu dipaksa untuk melakukan gangbang lagi. Bahkan dengan senang hati akan melakukannya. Mobil itupun terus berjalan menembus malam, menuju rumah sang artis Asmirandah. Sejak itulah Asmirandah mulai menjadi budak seks Pak Mardi, Bang Tagor dan kru-kru lainnya. Pak Mardi bahkan bertindak sebagai germo yang menjualnya dengan harga tinggi ke para eksekutif dan pejabat-pejabat tinggi. Namun di depan publik, Andah tetaplah Andah yang memiliki imej sebagai cewek imut, alim, dan innocent, karirnya pun makin melesat dan mulai merambah layar lebar.
Sabtu, 24 April 2010
sandra dewi
Cerita ini hanya sebatas khayalan belaka dan tidak bermaksud menyinggung siapa pun yang di sebutkan di dalam. Selamat menikmati....
______________________________________________________
Pada sebuah suatu malam yang sangat panas, aku lagi nyantai di depan kompi sambil menikmati sebuah thread di DS yang berisi pic milik Sandra Dewi. Lama ku pandangi wajah ayu artis yang pernah tersandung kasus pemalsuan foto-nya di internet tersebut. Cenut-cenut kepala ku rasanya karena konak yang tak tertahan tiba-tiba menyeruak. Ku sentuh layar di bagian dada dari foto Sandra Dewi, sambil membayangkan bagaimana rasa "asli" dari dada tersebut.
Khayalan ku terputus tiba-tiba karena panas yang terus menyerang tiada henti. ku putuskan untuk beristirahat sebentar, sekaligus menghilangkan konak yang melanda. Aku berdiri lalu membuka jendela kamar ku agar udara segar dapat masuk. Setelah itu ku rebahkan diri ku di kasur, sambil menghela nafas panjang.
"Ah, seandainya aja malam ini Sandra Dewi tiba-tiba nongol di jendela kamar ku. Pasti, langsung ku eksekusi hehe..." begitu kata ku dalam hati. Kemudian ku tutup mata ku sambil membayangkan kembali gambar-gambar Sandra Dewi yang ku lihat tadi.
Saat sedang asyik berkhayal tiba-tiba terdengar suara ketukan di jendela kamar ku.
TOK... TOK... TOK...
Duh! siapa sih malam-malam gini ngetuk-ngetuk jendela, kurang kerjaan banget pikir ku. Aku berdiri dan berjalan ke arah jendela, namun langkah ku terhenti tepat di depan jendela. Aku tak percaya apa yang ku lihat.....
MALAIKAT SANDRA DEWI!!! HAH?!
"Hallo... Selamat malam..." Malaikat Sandra Dewi berkata di ambang jendela
"Ma... malam..." balas ku gugup.
"Elo Rere, yang manggil gw ya? ada perlu apa malam-malam gini?" Sandra Dewi kembali bertanya.
"Eh...eh..." aku kebingungan untuk menjawab.
"Duu... gugup banget si... nyante dong Re.." Sandra Dewi mencoba menenangkan ku.
"Aku boleh masuk ga, kalo ga boleh.. aku pergi aja deh.." Sandra Dewi kembali berkata.
"Eh... jangan pergi, ayo sini masuk... masuk" pinta ku yang tidak ingin si malaikat cantik itu pergi.
Aneh juga rasa nya melihat Sandra Dewi malam-malam masuk ke kamar ku lewat jendela. hehe...
Begitu di dalam kamar ku lihat mata si Sandra Dewi melirik ke arah kompi ku yang masih membuka thread berisi pic-pic Sandra Dewi tadi.
"Oh... jadi ini yang bikin kamu manggil aku malam-malam gini" Sandra Dewi berkata dengan nada menggoda.
"I..iya.. maaf ya udah ngerepotin.." balas ku yang masih gugup ga karuan.
"Kan tadi ku bilang jangan gugup... gimana si lo Re... cewek pujaan hati udah di depan mata tapi tingkahnya malah kayak gitu.. hihihi" tawa renyahnya terdengar.
Aku tersipu malu mendengarnya.
"Elo tau ga, kalo Tuhan tuh selalu mendengar doa dari orang-orang yang teraniaya... dan kadang-kadang jawaban dari doa itu langsung di berikan pada orang tersebut... " Sandra Dewi kembali berkata.
"Jadi..." balas ku tak mengerti.
"Gini... malam ini kan elo teraniaya karena foto-foto itu... dan elo langsung berdoa... karena elo termasuk orang baik maka aku di utus kemari untuk mengatasi kesengsaraan lo..." balas nya manja.
Wuaahhh... walau ga percaya tapi kenyataanya dia emang malam ini ada di depan ku, ya gimana lagi.
Tiba-tiba Sandra Dewi menatap ku tajam.
"Gw tau apa yang lo mau dari gw malam ini...."
Kemudian ia mendorong ku ke arah ranjang hingga aku berada di posisi tidur. Ia kemudian berada di atas ku dan membelai rambut ku yang hitam lurus sambil berkata...
"Malam ini gw milik lo..."
Nafas ku seketika memburu kencang. Tangan-tangan mungil itu turun perlahan ke arah selangkangan ku dan menggosok "burung" yang memang sudah tegang sedari tadi. Rasa nikmat itu menjalar hingga ke ubun-ubun kepala ku. Tak tahan melihat keindahan dunia yang berada di depan mata ku, lalu ku rangkul si Sandra Dewi dan ku darat kan ciuman di bibir kecilnya yang seksi dan menggoda itu...
Mmh... mmhh...
Suara cumbuan kami terdengar menggelora. Ku nikmati bibir itu di setiap jengkal nya, di bibir bawah yang tebal dan kenyal, bibir atas yang tipis dan seksi dan di ujung bibir yang menyimpan misteri yang belum terjamah. Setelah itu ku masukkan lidah ku ke dalam mulutnya, lidahnya bertemu lidah ku. Lidah itu mungil, basah dan bernafsu... Ku lumat lidah itu dengan seluruh gairah yang ku rasakan. Ku basahi lidah itu... lagi... lagi... dan lagi...
Tak akan ku lupakan ciuman ini, ciuman terindah dan terpanas yang pernah ku nikmati...
Sandra Dewi tersenyum kecil menatap wajah ku yang memerah... oh indahnya senyum itu...
"Mmm... gw pengen liat permainan mu sehebat ciuman mu apa nggak..." katanya menggoda.
Hah... hah.. nafas ku berpacu begitu kencang. Ku buka baju ku dan ku lempar ke samping ranjang. Sandra Dewi kemudian tunduk dan mencium dada ku yang terbuka. Ciuman itu begitu bergelora sampai-sampai bulu kuduk ku berdiri. Sandra Dewi mencium dada ku kemudian menjilat-jilatnya dengan lidahnya, Makin lama jilatan itu semakin turun dan semakin turun...
Akhirnya jilatan itu berada tepat di tempat "burung" ku bersarang.
"Waduh... kok keliatannya sudah tegang banget si Re..." goda Sandra Dewi.
"hehehe..." aku tertawa kecil.
Tangan indahnya kemudian bergerak menurunkan celana kolor ku yang sudah terasa sempit sekali...
"WOW! besar juga ya "burung"mu Re!" Sandra Dewi terkaget-kaget.
"Spesial buat kamu San..." balas ku yang sebenarnya juga terheran-heran, tidak biasanya "burung" ku menegang sepanjang itu, sepertinya panjangnya bertambah menjadi 22cm padahal biasanya cuma 18cm hehehe...
"Uh... keliatannya nikmat banget ku..." Sandra Dewi melirik bernafsu.
Tanpa ragu kemudian di kulumnya "burung"ku yang oversized tersebut. Mulut mungil dan seksi itu terlihat sempit seiring "burung" ku yang berhasil masuk dan mengoyak ke"perawanannya". Kepala Sandra Dewi bergerak naik turun dengan semangat sambil sesekali tangannya menggosok batang "burung" ku.
mmmh...mmmhh...
Suara tertahan yang indah itu terdengar membahana di seantero jagad raya ku. Gosokkan dan kuluman itu semakin kencang dan rasa geli dan nikmatnya membuatku mendesah tak tertahan. 2... 5... 10... 15 menit kemudian crot... crott.. sperma ku meledak di mulut mungil itu.
"Ahh.. ahh.. San... maaf ya... aku udah g tahan si..." aku merasa bersalah.
"Slurp... slurp... gapapa kok... aku kebetulan suka rasanya yang asin dan kental itu hihihi... " balasnya sambil membersihkan sperma-sperma yang tertumpah di sekitar mulutnya menggunakan lidahnya.
"Re... kamu masih sanggup kan? lanjut yuk!" pinta nya.
"Tenang San... itu tadi cuma pemanasan kok. "kantong" ku masih penuh kalo kamu masih pengen ngerasain yang asin-asin dan kental.. hehe..." balas ku memanaskan suasana.
Sandra Dewi kemudian berdiri sambil membuka pakaiannya satu-persatu...
Sandra Dewi yang telah telanjang bulat tanpa sehelai benang pun, kemudian naik dan membuka selangkangannya di depan wajah ku.
"Re... Jilatin meqi ku dong... " desahnya.
Lalu ku julurkan lidah ku ke bibir meqi nya yang ditumbuhi bulu-bulu tipis yang menggoda. Bau wangi keluar dari meqi Sandra Dewi yang mulai berlendir tersebut. Ku main kan lidah ku dengan liar dan tak kenal ampun, ku jilati klitorisnya yang menonjol kemerahan. Klitoris itu berdenyut lembut seolah membalas jilatan ku yang bergelora. Ku angkat tangan ku dan ku raih kedua "bukit" kembar yang menantang tersebut, ku remas "bukit" itu dengan lembut namun penuh nafsu. Ku mainkan kedua puting merah muda yang telah tampak tegang tersebut. Ku goyangkan jari-jari ku sambil terus menjilat meqi nya. Badan Sandra Dewi yang montok itu terasa tegang dan terus mengeluarkan keringat yang makin membuat birahi ku semakin membara. Ku tusukkan lidah ku semakin dalam dan goyang-goyangkan ujung nya di ujung meqi Sandra Dewi yang sempit dan basah berlendir itu...
"Ahh.. ahh... " erang Sandra Dewi nikmat.
"Ehh.. Re.. Ehh... masukin dong... ku dah ga tahan ni... pliss..." pintanya memohon.
Akhirnya ku pindahkan dia tepat di atas "burung" ku lalu ku masukan "burung" itu penuh suka cita. Ku goyangkan pinggul ku pelan-pelan mengikuti irama goyangan Sandra Dewi yang berada di atas ku. Ku rasakan jepitan meqi nya yang rapat itu membuat ku merintih keenakan. Ku dorongkan "burung" lebih dalam lagi... AHHH... Sandra Dewi berteriak keenakan. "Burung" ku yang lagi oversized itu rupanya hampir tidak muat di meqi Sandra Dewi yang sempit itu. Lendir kewanitaan keluar tiada henti dari celah-celah yang tercipta diantara "burung" ku dan meqi nya.
"Re... terus re... ahh... ahh..." erangnya nikmat.
"egh.. egh.. ah... ah... " aku mendorong semakin kencang sambil mendesah.
Ku nikmati setiap detik yang berlalu, ku pasrah kan jiwa ku bersatu dengan goyangan dan desahan yang makin liar dan tak terkendali. Sekali waktu ku biarkan Sandra Dewi mengomando ku, di kali yang lain ku ambil alih komando itu dan ku bimbing ia menuju kenikmatan.
"Ahh...ahh...AAAAAAHHHHH" erangan panjang Sandra Dewi terdengar seiring cairan kewanitaan yang muncrat dan terasa di ujung "burung" ku.
"AHHHHHH..." erang ku lalu CROOT... CRrooot.. croot... keluar juga sperma ku untuk kali kedua namun kali ini keluar di dalam meqi Sandra Dewi...
Sandra Dewi yang kelelahan kemudian merebahkan diri di samping ku. Ku pandangi wajah nya yang terlihat semakin cantik karena telah mencapai puncak kenikmatan.
"ah.. ah... lo hebat ya ternyata Re... ga sia-sia aku datang malam ini" katanya kemudian.
"heh... hehh... lo juga San... gw udah lama jatuh hati sama lo... ga nyangka malam ini akhirnya kesampaian juga..." balas ku.
"hehehe... iya deh, tapi aku ga bisa lama-lama nih... soalnya masih banyak panggilan doa yang harus ku jawab..." ia tersenyum kemudian mengangkat badannya yang terlihat lelah itu sambil mengenakan pakaian nya satu persatu.
"loh? apa g bisa kamu nemenin aku sebentar lagi... aku kan ga tau kapan lagi malam ini bisa terulang... " jawab ku lirih.
Sandra Dewi hanya menjawab dengan senyuman sambil terus melangkah ke ambang jendela.
"San... jangan pergi dong..." kali ini aku memohon.
"Re... denger ya... kalo kamu di kemudian hari merasa teraniaya dan berdoa dengan tulus seperti malam ini... aku janji aku pasti kembali... dan lain kali aku janji bawa temen ku...
...kamu pasti kenal sama teman ku yang satu ini... " balasnya sambil tersenyum, senyuman termanis yang pernah ku lihat seumur hidup ku.
"Tapi... San..." iba ku.
Kemudian sang malaikat Sandra Dewi mengembangkan sayapnya dan terbang keluar dari jendela kamar ku. Tangannya melambai mengucapkan salam perpisahan pada ku.
"SANDRAAA DEWI!!!!!" erang ku putus asa...
"Sandraaaa..."
"Sannd....ra.."
"San..."
BYURRRR!!!
"Bleahh... bleahh..." teriak ku seketika.
Ku buka kedua mata ku dan ku pandangi baju ku yang basah kuyup.
Ku intip di sebelah ranjang ku, sudah berdiri emak ku sambil membawa ember yang sudah kosong.
"SANDRA... SANDRA... mimpi basah lo ya?! Makanya tidur cepet biar ga mimpi yang aneh-aneh..." Emak berteriak
"Sudah sekarang bangun! Cari kerja sono, masak tiap hari cuma internetan mlulu kerjanya!" perintah emak ku sambil meninggalkan kamar ku.
duh.. ternyata cuma mimpi yang ku alami tadi malam... tapi tiba-tiba ku rasakan sebuah benda di tangan ku, ku buka tangan ku dan ku lihat sebuah bulu putih seperti milik malaikat berada di sana.
aku tersenyum dan berkata...
"ah... malam ini aku bakal berdoa lebih khusyuk lagi... hehe..."
End...
______________________________________________________
Bro n sis sampe disini dulu ceritanya, sekali lagi saya nyatakan bahwa cerita ini hanya khayalan dan tidak bermaksud menjelek2an siapa pun... terutama si cantik Sandra Dewi...
______________________________________________________
Pada sebuah suatu malam yang sangat panas, aku lagi nyantai di depan kompi sambil menikmati sebuah thread di DS yang berisi pic milik Sandra Dewi. Lama ku pandangi wajah ayu artis yang pernah tersandung kasus pemalsuan foto-nya di internet tersebut. Cenut-cenut kepala ku rasanya karena konak yang tak tertahan tiba-tiba menyeruak. Ku sentuh layar di bagian dada dari foto Sandra Dewi, sambil membayangkan bagaimana rasa "asli" dari dada tersebut.
Khayalan ku terputus tiba-tiba karena panas yang terus menyerang tiada henti. ku putuskan untuk beristirahat sebentar, sekaligus menghilangkan konak yang melanda. Aku berdiri lalu membuka jendela kamar ku agar udara segar dapat masuk. Setelah itu ku rebahkan diri ku di kasur, sambil menghela nafas panjang.
"Ah, seandainya aja malam ini Sandra Dewi tiba-tiba nongol di jendela kamar ku. Pasti, langsung ku eksekusi hehe..." begitu kata ku dalam hati. Kemudian ku tutup mata ku sambil membayangkan kembali gambar-gambar Sandra Dewi yang ku lihat tadi.
Saat sedang asyik berkhayal tiba-tiba terdengar suara ketukan di jendela kamar ku.
TOK... TOK... TOK...
Duh! siapa sih malam-malam gini ngetuk-ngetuk jendela, kurang kerjaan banget pikir ku. Aku berdiri dan berjalan ke arah jendela, namun langkah ku terhenti tepat di depan jendela. Aku tak percaya apa yang ku lihat.....
MALAIKAT SANDRA DEWI!!! HAH?!
"Hallo... Selamat malam..." Malaikat Sandra Dewi berkata di ambang jendela
"Ma... malam..." balas ku gugup.
"Elo Rere, yang manggil gw ya? ada perlu apa malam-malam gini?" Sandra Dewi kembali bertanya.
"Eh...eh..." aku kebingungan untuk menjawab.
"Duu... gugup banget si... nyante dong Re.." Sandra Dewi mencoba menenangkan ku.
"Aku boleh masuk ga, kalo ga boleh.. aku pergi aja deh.." Sandra Dewi kembali berkata.
"Eh... jangan pergi, ayo sini masuk... masuk" pinta ku yang tidak ingin si malaikat cantik itu pergi.
Aneh juga rasa nya melihat Sandra Dewi malam-malam masuk ke kamar ku lewat jendela. hehe...
Begitu di dalam kamar ku lihat mata si Sandra Dewi melirik ke arah kompi ku yang masih membuka thread berisi pic-pic Sandra Dewi tadi.
"Oh... jadi ini yang bikin kamu manggil aku malam-malam gini" Sandra Dewi berkata dengan nada menggoda.
"I..iya.. maaf ya udah ngerepotin.." balas ku yang masih gugup ga karuan.
"Kan tadi ku bilang jangan gugup... gimana si lo Re... cewek pujaan hati udah di depan mata tapi tingkahnya malah kayak gitu.. hihihi" tawa renyahnya terdengar.
Aku tersipu malu mendengarnya.
"Elo tau ga, kalo Tuhan tuh selalu mendengar doa dari orang-orang yang teraniaya... dan kadang-kadang jawaban dari doa itu langsung di berikan pada orang tersebut... " Sandra Dewi kembali berkata.
"Jadi..." balas ku tak mengerti.
"Gini... malam ini kan elo teraniaya karena foto-foto itu... dan elo langsung berdoa... karena elo termasuk orang baik maka aku di utus kemari untuk mengatasi kesengsaraan lo..." balas nya manja.
Wuaahhh... walau ga percaya tapi kenyataanya dia emang malam ini ada di depan ku, ya gimana lagi.
Tiba-tiba Sandra Dewi menatap ku tajam.
"Gw tau apa yang lo mau dari gw malam ini...."
Kemudian ia mendorong ku ke arah ranjang hingga aku berada di posisi tidur. Ia kemudian berada di atas ku dan membelai rambut ku yang hitam lurus sambil berkata...
"Malam ini gw milik lo..."
Nafas ku seketika memburu kencang. Tangan-tangan mungil itu turun perlahan ke arah selangkangan ku dan menggosok "burung" yang memang sudah tegang sedari tadi. Rasa nikmat itu menjalar hingga ke ubun-ubun kepala ku. Tak tahan melihat keindahan dunia yang berada di depan mata ku, lalu ku rangkul si Sandra Dewi dan ku darat kan ciuman di bibir kecilnya yang seksi dan menggoda itu...
Mmh... mmhh...
Suara cumbuan kami terdengar menggelora. Ku nikmati bibir itu di setiap jengkal nya, di bibir bawah yang tebal dan kenyal, bibir atas yang tipis dan seksi dan di ujung bibir yang menyimpan misteri yang belum terjamah. Setelah itu ku masukkan lidah ku ke dalam mulutnya, lidahnya bertemu lidah ku. Lidah itu mungil, basah dan bernafsu... Ku lumat lidah itu dengan seluruh gairah yang ku rasakan. Ku basahi lidah itu... lagi... lagi... dan lagi...
Tak akan ku lupakan ciuman ini, ciuman terindah dan terpanas yang pernah ku nikmati...
Sandra Dewi tersenyum kecil menatap wajah ku yang memerah... oh indahnya senyum itu...
"Mmm... gw pengen liat permainan mu sehebat ciuman mu apa nggak..." katanya menggoda.
Hah... hah.. nafas ku berpacu begitu kencang. Ku buka baju ku dan ku lempar ke samping ranjang. Sandra Dewi kemudian tunduk dan mencium dada ku yang terbuka. Ciuman itu begitu bergelora sampai-sampai bulu kuduk ku berdiri. Sandra Dewi mencium dada ku kemudian menjilat-jilatnya dengan lidahnya, Makin lama jilatan itu semakin turun dan semakin turun...
Akhirnya jilatan itu berada tepat di tempat "burung" ku bersarang.
"Waduh... kok keliatannya sudah tegang banget si Re..." goda Sandra Dewi.
"hehehe..." aku tertawa kecil.
Tangan indahnya kemudian bergerak menurunkan celana kolor ku yang sudah terasa sempit sekali...
"WOW! besar juga ya "burung"mu Re!" Sandra Dewi terkaget-kaget.
"Spesial buat kamu San..." balas ku yang sebenarnya juga terheran-heran, tidak biasanya "burung" ku menegang sepanjang itu, sepertinya panjangnya bertambah menjadi 22cm padahal biasanya cuma 18cm hehehe...
"Uh... keliatannya nikmat banget ku..." Sandra Dewi melirik bernafsu.
Tanpa ragu kemudian di kulumnya "burung"ku yang oversized tersebut. Mulut mungil dan seksi itu terlihat sempit seiring "burung" ku yang berhasil masuk dan mengoyak ke"perawanannya". Kepala Sandra Dewi bergerak naik turun dengan semangat sambil sesekali tangannya menggosok batang "burung" ku.
mmmh...mmmhh...
Suara tertahan yang indah itu terdengar membahana di seantero jagad raya ku. Gosokkan dan kuluman itu semakin kencang dan rasa geli dan nikmatnya membuatku mendesah tak tertahan. 2... 5... 10... 15 menit kemudian crot... crott.. sperma ku meledak di mulut mungil itu.
"Ahh.. ahh.. San... maaf ya... aku udah g tahan si..." aku merasa bersalah.
"Slurp... slurp... gapapa kok... aku kebetulan suka rasanya yang asin dan kental itu hihihi... " balasnya sambil membersihkan sperma-sperma yang tertumpah di sekitar mulutnya menggunakan lidahnya.
"Re... kamu masih sanggup kan? lanjut yuk!" pinta nya.
"Tenang San... itu tadi cuma pemanasan kok. "kantong" ku masih penuh kalo kamu masih pengen ngerasain yang asin-asin dan kental.. hehe..." balas ku memanaskan suasana.
Sandra Dewi kemudian berdiri sambil membuka pakaiannya satu-persatu...
Sandra Dewi yang telah telanjang bulat tanpa sehelai benang pun, kemudian naik dan membuka selangkangannya di depan wajah ku.
"Re... Jilatin meqi ku dong... " desahnya.
Lalu ku julurkan lidah ku ke bibir meqi nya yang ditumbuhi bulu-bulu tipis yang menggoda. Bau wangi keluar dari meqi Sandra Dewi yang mulai berlendir tersebut. Ku main kan lidah ku dengan liar dan tak kenal ampun, ku jilati klitorisnya yang menonjol kemerahan. Klitoris itu berdenyut lembut seolah membalas jilatan ku yang bergelora. Ku angkat tangan ku dan ku raih kedua "bukit" kembar yang menantang tersebut, ku remas "bukit" itu dengan lembut namun penuh nafsu. Ku mainkan kedua puting merah muda yang telah tampak tegang tersebut. Ku goyangkan jari-jari ku sambil terus menjilat meqi nya. Badan Sandra Dewi yang montok itu terasa tegang dan terus mengeluarkan keringat yang makin membuat birahi ku semakin membara. Ku tusukkan lidah ku semakin dalam dan goyang-goyangkan ujung nya di ujung meqi Sandra Dewi yang sempit dan basah berlendir itu...
"Ahh.. ahh... " erang Sandra Dewi nikmat.
"Ehh.. Re.. Ehh... masukin dong... ku dah ga tahan ni... pliss..." pintanya memohon.
Akhirnya ku pindahkan dia tepat di atas "burung" ku lalu ku masukan "burung" itu penuh suka cita. Ku goyangkan pinggul ku pelan-pelan mengikuti irama goyangan Sandra Dewi yang berada di atas ku. Ku rasakan jepitan meqi nya yang rapat itu membuat ku merintih keenakan. Ku dorongkan "burung" lebih dalam lagi... AHHH... Sandra Dewi berteriak keenakan. "Burung" ku yang lagi oversized itu rupanya hampir tidak muat di meqi Sandra Dewi yang sempit itu. Lendir kewanitaan keluar tiada henti dari celah-celah yang tercipta diantara "burung" ku dan meqi nya.
"Re... terus re... ahh... ahh..." erangnya nikmat.
"egh.. egh.. ah... ah... " aku mendorong semakin kencang sambil mendesah.
Ku nikmati setiap detik yang berlalu, ku pasrah kan jiwa ku bersatu dengan goyangan dan desahan yang makin liar dan tak terkendali. Sekali waktu ku biarkan Sandra Dewi mengomando ku, di kali yang lain ku ambil alih komando itu dan ku bimbing ia menuju kenikmatan.
"Ahh...ahh...AAAAAAHHHHH" erangan panjang Sandra Dewi terdengar seiring cairan kewanitaan yang muncrat dan terasa di ujung "burung" ku.
"AHHHHHH..." erang ku lalu CROOT... CRrooot.. croot... keluar juga sperma ku untuk kali kedua namun kali ini keluar di dalam meqi Sandra Dewi...
Sandra Dewi yang kelelahan kemudian merebahkan diri di samping ku. Ku pandangi wajah nya yang terlihat semakin cantik karena telah mencapai puncak kenikmatan.
"ah.. ah... lo hebat ya ternyata Re... ga sia-sia aku datang malam ini" katanya kemudian.
"heh... hehh... lo juga San... gw udah lama jatuh hati sama lo... ga nyangka malam ini akhirnya kesampaian juga..." balas ku.
"hehehe... iya deh, tapi aku ga bisa lama-lama nih... soalnya masih banyak panggilan doa yang harus ku jawab..." ia tersenyum kemudian mengangkat badannya yang terlihat lelah itu sambil mengenakan pakaian nya satu persatu.
"loh? apa g bisa kamu nemenin aku sebentar lagi... aku kan ga tau kapan lagi malam ini bisa terulang... " jawab ku lirih.
Sandra Dewi hanya menjawab dengan senyuman sambil terus melangkah ke ambang jendela.
"San... jangan pergi dong..." kali ini aku memohon.
"Re... denger ya... kalo kamu di kemudian hari merasa teraniaya dan berdoa dengan tulus seperti malam ini... aku janji aku pasti kembali... dan lain kali aku janji bawa temen ku...
...kamu pasti kenal sama teman ku yang satu ini... " balasnya sambil tersenyum, senyuman termanis yang pernah ku lihat seumur hidup ku.
"Tapi... San..." iba ku.
Kemudian sang malaikat Sandra Dewi mengembangkan sayapnya dan terbang keluar dari jendela kamar ku. Tangannya melambai mengucapkan salam perpisahan pada ku.
"SANDRAAA DEWI!!!!!" erang ku putus asa...
"Sandraaaa..."
"Sannd....ra.."
"San..."
BYURRRR!!!
"Bleahh... bleahh..." teriak ku seketika.
Ku buka kedua mata ku dan ku pandangi baju ku yang basah kuyup.
Ku intip di sebelah ranjang ku, sudah berdiri emak ku sambil membawa ember yang sudah kosong.
"SANDRA... SANDRA... mimpi basah lo ya?! Makanya tidur cepet biar ga mimpi yang aneh-aneh..." Emak berteriak
"Sudah sekarang bangun! Cari kerja sono, masak tiap hari cuma internetan mlulu kerjanya!" perintah emak ku sambil meninggalkan kamar ku.
duh.. ternyata cuma mimpi yang ku alami tadi malam... tapi tiba-tiba ku rasakan sebuah benda di tangan ku, ku buka tangan ku dan ku lihat sebuah bulu putih seperti milik malaikat berada di sana.
aku tersenyum dan berkata...
"ah... malam ini aku bakal berdoa lebih khusyuk lagi... hehe..."
End...
______________________________________________________
Bro n sis sampe disini dulu ceritanya, sekali lagi saya nyatakan bahwa cerita ini hanya khayalan dan tidak bermaksud menjelek2an siapa pun... terutama si cantik Sandra Dewi...
felicia oh felicia
rita ini kutulis sendiri, dengan tujuan untuk membagi sedikit pengalaman nakalku bersama seorang temanku beberapa minggu yang lalu. Maaf untuk mereka yang mencari bahan bacaan jenis 'tembak langsung' tulisanku ini mungkin tidak memuaskan. Pengalamanku ini benar-benar menarik, dan menggairahkan, sehingga latar belakangnya betul-betul sulit kulupakan - malah sebenarnya membuat pengalamanku ini benar benar tak terlupakan. E-mailku or*****k@************.com, terutama bagi cewek-cewek lain yang punya minat sama denganku. Kalau banyak yang senang mungkin akan kuceritakan pengalamanku yang lain.
- L - I - S - A -
Namaku Lisa dan sudah setahun lebih aku tinggal di New York, Amerika setelah aku tinggalkan kelas 1 SMA ku di Bandung. Hidup di sini bersama abang memang cukup enak, paling tidak di sekitar apartemen kami lokasinya aman dan bersahabat, dan tidak perlu berkhawatir jika kebetulan aku jalan sendirian di malam hari. Sekolahku adalah SMA publik, dan murid-muridnya keren-keren, datang dari berbagai ras. Hari-hariku biasanya diisi dengan sekolah, pergi ke tempat-tempat nongkrong anak SMA, biasanya toko Fast Food, kerja sambilan sebagai pelayan di restoran Oriental dekat rumahku (yang kadang-kadang juga tempat nongkrong anak-anak seusiaku), kerja sukarela sebagai pengawas perpustakaan, serta kegiatan ekstrakurikulerku sebagai anggota klub Sepakbola wanita dan kelompok Drama. Ada beberapa anak dari Indonesia juga, di SMA ku, hanya aku jarang bertemu dengan mereka di sekolah.
Baru-baru ini kelompok drama sekolahku mengadakan kunjungan wisata ke ibukota di Washington DC. Seorang gadis baru bernama Felicia baru saja mengikuti kegiatan ini. Aku sebenarnya sudah beberapa kali melihat Felicia di sekitar sekolah dan sudah lama merasa cukup iri dengan kakinya yang panjang serta matanya yang tajam dan seolah selalu penuh gairah. Felicia adalah seorang Latina, sebab kedua orangtuanya berasal dari Puerto Rico. Saat pertama kali kulihat Felicia di sekolah, aku jadi teringat dengan acara-acara TV minggu siang yang sering disaksikan oleh pembantu dan supir di tempat kostku dulu di Bandung seperti Maria Mercedes dan sebangsanya. Nah, saat perjalanan wisata ke Washington di atas bis dan kebetulan duduk sebangku, kami berdua segera menjalin persahabatan baru. Bercakap-cakap dengan Felicia benar-benar menarik sebab dia benar-benar supel dan pintar berbicara. Di tengah diskusi mengenai simpatinya terhadap kondisi Indonesia, kusempatkan diriku untuk mengamati rupa teman baruku.
Sepertiku, Felicia berbadan semampai. Rambut lurus dan alisnya berwarna coklat muda, rambutnya sedikit lebih panjang dan kulit Felicia jauh lebih pucat dari kulitku yang kuning. Bibirnya yang berbentuk mungil berwarna merah muda dengan hanya polesan sedikit lipstik saja dan bergerak-gerak secara menawan saat Felicia berbicara dengan logat latinnya yang enak didengar. Seperti murid-murid keturunan Spanyol lainnya di sekolahku, gaya berpakaian Felicia benar-benar santai, seperti celana pendek, dan kaos oblong tangan panjang, namun potongan depannya pendek yang berakhir di atas bagian pusar, sehingga dadanya yang membusung membuatnya tampil benar-benar feminin dan eksotik. Kaus kaki Miki Tikus warna putih menutupi sebagian betis Felicia, sepatunya model santai seperti Converse, dan Felicia mengenakan seuntai kalung perak sebagai aksesoris sementara telinganya ditindik tiga dengan giwang-giwang kecil diatur artistik. Namun yang bikin aku benar-benar seperti terhipnotis adalah tatapan mata biru jernih Felicia yang menyorot tajam, mengundang, dan benar-benar hidup. Jika ada yang mengamati, mungkin kami berdua akan tampak cukup menarik sebab aku sendiri menjaga penampilanku cukup konservatif walaupun di Indonesia mungkin lumrah saja melihat gadis remaja delapan belas tahun mengenakan turtle neck, rompi dan rok selutut dan rambut kuncir kuda. Tak lama setelah kami mulai berbicara, hilanglah sudah minatku terhadap kunjungan wisata ini.
Sementara waktu berlalu, kami mulai saling menyentuh tangan atau kaki satu dengan lainnya saat ingin menekankan apa yang kami bicarakan. Sentuhan-sentuhan yang mulanya tanpa niat apapun ini lama-lama mulai menelantarkan diri, sampai akhirnya, kami mulai berbicara mengenai seks. Kami saling bertukar pengalaman, dan aku benar-benar terpesona oleh perbedaan kebudayaan dan latar belakang kami berdua. Kata Felicia, dalam masyarakan Hispanik (ras keturunan campuran Spanyol dengan penduduk asli Amerika) sudahlah menjadi standar bagi remaja mereka untuk kehilangan keperawanan atau keperjakaan pada umur sekitar 15 tahun. Setahun di Amerika, banyak pandangan mengenai seks dan hubungan romantis yang dulu kupunyai di Indonesia berubah menjadi sedikit lebih santai. Walaupun aku masih belum sampai sejauh bersanggama, pacarku di sini kadang-kadang menelusuri bagian-bagian tubuhku yang tadinya kuputuskan 'off-limit' bagi pacar. Biar bagaimanapun, toh aku masih orang Timur. Di kota seperti New York, walaupun kebudayaan Barat lebih toleran terhadap hubungan kelamin pranikah, toh umumnya remaja hanya berhubungan dengan satu pasangan saja sekitar paling tidak enam bulan, mungkin karena kewaspadaan terhadap penyakit. Mendengar penjelasanku mengenai norma masyarakat di Indonesia, Felicia mengangguk-angguk, dan menyatakan bahwa pandangan seperti itu ada baiknya juga. Diapun kemudian mulai bercerita mengenai pengalaman-pengalaman masa lalunya, sentuhan-sentuhan nyasar kami makin sering. Kami mulai saling menggoda secara fisik, dan sebelum bis kami bergulir memasuki batas kota Washington DC setelah hampir seharian perjalanan, hanya ada satu hal dalam benakku: untuk berhubungan intim dengan Felicia.
Saat memasuki hotel, kami mengatur untuk membagi ruangan yang sama. Senja itu, kami berkeliling dan melihat tempat-tempat bersejarah terkenal. Selesai mandi dan makan malam, bersama sekelompok dari murid-murid aku dan Felicia pergi menyaksikan sebuah filem berjudul "Scream". Ketika di layar ditunjukkan sebuah bagian filem yang menakutkan, kami berdua saling berpegangan tangan dan Felicia memelukku erat. Selesai bagian tersebut, Felicia meletakkan tanganku ke pahanya yang tak tertutup. Kami berdua kebetulan memakai rok pendek, dan beberapa menit kemudan Felicia mencoba merubah sikap duduk dan merenggangkan kakinya, serta membimbing tanganku di antara kedua kakinya. Lalu ia bergerak dan secara perlahan mengusapkan tangannya ke bagian dalam pahaku. Kulepaskan pekikan kecil ketika Felicia menemukan apa yang diinginkannya.
Sementara kami berpura-pura menonton filem, kumain-mainkan rabaanku di celana dalam bagian depan milik Felicia sampai kubuat dia basah sementara ujung jarinya bergeser naik dan turun di bagian yang sama dari celana dalam milikku, mendorong kain yang tipis itu ke dalamku. Tidak mengambil waktu lama sebelum kami berdua mulai saling menjari satu sama lain. Kami mulai bernapas kencang dan berat, dan tak bisa disangkal lagi, di udara mulailah muncul bau kewanitaan basah yang cukup jelas tercium. Salah seorang gadis sesekolahku duduk di deretan belakang kami. Ia menggeser diri diantara bahu kami dan berbisik, "Kalian berdua merpati cinta sebaiknya mulai berhenti sebelum semua orang mulai menonton kamu dan bukan filem ini!" Gadis itu betul, kami benar-benar mulai terbawa situasi. Secara ogah-ogahan kamipun berhenti. Pada menit yang sama Felicia menarik jarinya keluar dariku, kusadari bahwa aku benar-benar menginginkannya kembali di dalamku. Setelah mengatur napas, Felicia mendekatiku dan berbisik, "Nanti."
"Aku tak sabar menunggu," bisikku balik sedangkan hidungku menghirup aroma intim Felicia yang membalut jariku. Kujilat bersih jariku dan kugenggam tangan Felicia sampai pertunjukan berakhir. Pada saat itu aku sudah benar-benar menjadi terangsang, sisa filem yang kami tonton itu tidak ada yang kuingat barang sedikit pun. Kembali ke hotel, kami praktis berlari ke kamar kami, benar-benar tak sabar untuk melanjutkan perbuatan yang terpaksa kami tinggalkan. Bergegas-gegas aku berganti mengenakan kimono katun tidurku yang berwarna gelap dengan corak tradisional Flores sementara Felicia menanggalkan kaos oblong dan rok pendeknya. Baru kusadari bahwa selama ini Felicia tidak mengenakan bra. Sementara aku bengong menatapi dada Felicia yang betul-betul mulus dan berbentuk sempurna, Felicia memuji keindahan corak kimono katunku dan memintaku untuk membawa oleh-oleh seperti itu jika aku kembali dari Indonesia. Kutunjukkan sebuah cincin yang kubeli dari toko suvenir Indonesia di dekat kedutaan sore hari itu pada Felicia. Direbutnya cincin itu dan dia berkata, "Hahah ... dapat!" "Hey, kembalikan!" Kukejar Felicia mengitari ruangan sampai akhirnya kutangkap dia di pojokan. Tiba-tiba dibalikkan badannya dan di mukanya muncul raut nakal sementara tangannya bertolak pinggang. "Mana cincinnya?" tanyaku. "Entah. Coba saja periksa sendiri," kata Felicia sambil menunjukkan kedua telapak tangannya yang kosong sambil tertawa-tawa kecil.
Karena Felicia saat itu bertelanjang kecuali untuk celana dalam model bikininya, hanya ada satu tempat untuk mencari. "Kamu ini benar-benar nakal," seruku sambil menatap matanya yang bersinar-sinar bandel, benar-benar menikmati permainan kecil kami. Pandanganku menyapu wajahnya yang karena berkeringat dan merona merah terlihat benar-benar spektakuler, dengan ujung hidungnya yang runcing dan lesung pipitnya yang molek. Lalu kuturunkan pandangan melewati lehernya yang jenjang, dan dadanya yang naik turun. Sedikit gerah setelah berlarian dalam kamar hotel yang bertemperatur sejuk itu membuat puting Felicia yang berwarna merah muda segar menegak penuh. Kutatap kembali wajahnya sementara kutautkan jariku ke bagian atas celana dalamnya, menarik tali elastis di situ sampai nampak rambut-rambut lembut lurus kecoklatan berjarang-jarang di bawah pusar Felicia. "Di bawah situ, mungkin?" tanyaku.
"Silakan mancing ikan." Felicia melangkah mendekati, cukup dekat untuk membuat dada kami bergesekan. Perlahan kugerakkan tanganku lebih jauh ke bagian bawah dari perut Felicia yang betul-betul rata dengan sedikit lengkungan feminin dan menyelipkannya ke balik celana dalam Felicia. Ujung-ujung jariku menyentuh rambut-rambut lembutnya dan gelitikan lembutku membuat postur berdirinya lemas, menengadah dan mendesah. "Apakah ini cukup hangat?" tanyaku.
"Betul-betul." Dipejamkannya kedua mata dan kepalanya semakin menengadah saat jari-jariku bergeser lebih jauh ke bawah sampai seluruh permukaan kelamin Felicia terlindung oleh telapak tanganku. Ia masih cukup lembab hasil dari perbuatan kami di sinema. Cincinku yang hilang tentu saja tersembunyi di celana dalamnya, namun aku tetap berpura-pura mencari-cari benda tersebut. "Di mana, sih cincin ini?" Kunikmati reaksinya terhadap sentuhanku, kudorong selangkangannya ke dalam telapak tanganku. "Sepertinya perlu diselidiki lebih dalam, nih ..." godaku.
"Lebih dalam lebih baik," Felicia menyahut sambil mengerang.
Kubiarkan jemariku menerobos lipatan-lipatan lembutnya dan segera kurasakan sumber kebasahannya. "Mungkin bersembunyi di sini," lanjut godaanku. Kedua dada kami saling menekan dan mulut kami hanya terpisah jarak seinci. Benar-benar kuingin menciumnya, dan kurasakan badanku bergetar, tak pernah dalam hidupku aku sedekat ini dengan seorang gadis lain. Tapi kuputuskan untuk memperlambat permainan kecil ini, jadi kutarik keluar cincin itu dan kutunjukkan kepadanya. "Ketemu."
"Itu sih terlalu mudah," kata Felicia. "Perlu cari tempat persembunyian yang lebih bagus, nih."
"Contohnya dimana?" kataku sambil menyengir lebar.
"Kira-kira berapa panjang lidahmu?" tanyanya.
Kuleletkan lidahku. "Kira-kira sejauh itu dalam memek saya," katanya dan kami kedua tertawa keras.
"Felicia, kamu ini benar-benar mesum. Kamu bakal menjadikan kita berdua sepasang lesbian lipstik!"
Secara lembut diremasnya bagian dada kimonoku, dan dibisikkannya, "Oh, kau pikir itu benar-benar hal yang jelek? Akui saja, Lisa, kau sebetulnya benar-benar ingin mencoba, kan?" Bisa kurasakan kehangatan nafasnya menghembus wajahku saat kami berdua saling bertukar pandang. "Well ...." ujarku malu-malu, bermain 'susah dijerat'. "Sepertinya sih udah pernah kupikir hubungan lesbian mungkin satu .... atau dua kali." "Biar bagaimanapun," kata Felicia, "Semua orang tahu bahwa adalah wajar bagi cewek-cewek untuk bereksperimen satu sama lain. Di samping itu, hampir semua cewek yang saya kenal melakukannya setiap waktu. Tahu tidak?" ujarnya sambil mempelajari rautku. "Apa?" kataku. "Kau benar-benar cantik. Unik. Kau punya mata yang hitam benar-benar menarik. Apalagi kau datang dari tradisi yang cukup kekolotan. Bikin kau lebih mengundang. Mmmmm ... apakah rata-rata cewek Indonesia tetenya langsing seperti ini?"
"Uh, iya," kataku, tak sadar kulonggarkan tali pinggang kimonoku, mengakibatkan terbukanya bagian dadaku. Perlahan Felicia memijit kedua puting payudaraku, dan kurasakan memanasnya bagian di antara kedua pahaku. "Toh lagipula kita berdua perempuan, jadi nggak mungkin hamil. Sama seperti kegiatan menggesek memek sendiri..." lanjut Felicia. Felicia memperkeras pijitannya, dan napasku mengencang, kuhirup udara dengan tersendat-sendat, sementara untuk berdiri tegak aku mulai tak mampu. "Oh, kalau masturbasi, sih, aku benar-benar suka," kataku. "Bagus, sebab dengan cewek lain, masturbasi jadi jauuuuh lebih menarik dibanding sendirian." Disambarnya ikat pinggang kimonoku yang sudah memang longgar, menjadikan seluruh tubuhku terekspos. Dengan penuh gairah dirangkulnya pinggangku sementara kakiku menggeser, menyentuh langsung selangkangan Felicia yang lembab.
Tangan Felicia mulai melingkar, menjelajahi bagian belakangku. Diiringi senyum nakalnya, Felicia menarik bagian belakang celana dalamku, membuat bagian selangkangan celana dalamku menjadi tertarik lebih ke dalam. Tekanan yang dirasakan oleh klitorisku yang mulai membengkak hampir membuatku orgasme di tempat sementara kurasakan kedua badan kami seolah meleleh, bercampur satu sama lain. Tak lama kemudian Felicia memasukkan lidahnya ke dalam mulutku, dan kulumat dengan erat lidah kekasihku yang baru ini. "Masih ingin main sembunyi cincin?" tanya Felicia menggoda. "Fuck the ring," (Persetan dengan cincin itu!) semburku sementara tanganku kembali menyelinap ke dalam celana dalamnya. "I'd rather you fuck me instead," sahut Felicia, suaranya menyerak seksi, nafasnya panas di telingaku.
"Lalu tunggu apa lagi?" kataku sembari meraih tangannya. Kami pindah ke sebelah ranjang dan menanggalkan apa yang tersisa di badan kami (kecuali celana dalamku). Felicia benar benar terangsang, cairan-cairan kelembaban mulai menetes dan bergulir di pahanya. Seluruh tubuhku mulai bergetar penuh antisipasi, terlebih saat kubayangkan betapa lezatnya jika kuletakkan kepalaku di antara kedua pahanya. Felicia naik ke atas ranjang dan menyandarkan diri ke dinding. Lalu dengan kedua jarinya dipisahkannya kedua bibir vaginanya, dan dengan penuh nafsu kusaksikan jarinya yang lain menerobos masuk. Setelah mengaduk-ngaduk beberapa saat jari lentiknya benar-benar basah, dan Felicia mengeluarkan jarinya, mengacungkannya di depan mukaku, membuat isyarat 'mendekatlah'. "Ayo, kita bersenang-senang malam ini," undang Felicia seraya mengangkat kaki kirinya ke dekat wajahku dan memain-mainkan jemari kakinya yang mungil.. Ketika kutanggalkan celana dalamku, kusadari bahwa bagian selangkangan celana dalamku ternyata sudah kuyup. Tadinya hendak kulempar begitu saja celana dalamku itu, namun Felicia berseru, "Tunggu, Lisa, ke sinikan kau punya celana dalam itu!" Kulemparkan celana dalamku, dan segera setelah menyambutnya Felicia mendekatkan celana dalam itu ke hidung mancungnya sembari menghirup dalam-dalam aroma sekresi kewanitaanku. "Ooooh, bau kamu betul-betul sedap!"
"Memangnya sudah kebiasaanmu, yah, menciumi celana dalam milik cewek lain?", tanyaku seraya tersenyum lebar. "Oh, cuma mereka-mereka yang bakal saya entot," katanya sambil mengedipkan sebelah mata. Felicia mengusap-usapkan bagian selangkangan celana dalamku yang basah kuyup ke hidung dan mulutnya sementara matanya mengawasiku, yang mulai mengecupi jari-jari kakinya. Kususupkan lidahku di antara setiap jari, kukulum, dan Felicia mulai tertawa-tawa geli campur nafsu. Lalu mulailah kutelusuri kakinya yang panjang dengan bibirku, dan berhenti ketika aku sampai di bagian dalam pahanya. Kujilat, kukecup, dan kugigit lembut kulitnya yang putih mulus. Oh, Tuhan, Felicia betul lembut! Kuciumkan kecupan-kecupan kecil mengitari kelaminnya, dan dengan susah payah kutekan keinginanku untuk langsung menyelami kelamin Felicia dengan mulutku. Dalam pikiranku, sejak Felicia adalah perempuan pertama dalam hidupku yang kujilat kemaluannya, maka ada baiknya kupastikan bahwa kami berdua benar-benar terangsang dulu sebelum kukubur mukaku di selangkangannya. Aku bergerak mendekati mulutnya. "Aku benar-benar butuh kamu," kataku. Felicia melingkarkan tangannya dan kamipun French kissed.
Lalu Felicia perlahan mengangkatku, memposisikan kedua susuku di depan wajahnya. Dikulumnya salah satu puting susuku di antara kedua bibirnya dan mulutnya yang hangat menyedoti putingku, mengirimkan gelombang-gelombang kenikmatan ke seluruh tubuhku. "Saya punya ide," katanya sambil terus menjilati. "Bagaimana kalau kita bolos saja dan tidak usah ikut tur besok? Kita bisa mengunci diri di kamar ini dan berasyik-asyikan seharian penuh." Untuk membujukku, Felicia menyelipkan tangannya di antara pahaku dan mulai mengusap-usap celahku. Kusongsongkan pinggulku menyambut dua jari Felicia ke dalamku. Ia melanjutkan menghisap payudaraku sekaligus jarinya menjalari vulvaku, sedangkan aku hanya mendesah-desah mendorong-dorongkan kemaluanku menyongsong tangannya. Kupejamkan mata dan kurasakan cairan kental kewanitaanku menyemprot keluar saat ujung-ujung jari Felicia menjepit klitorisku. Orgasme yang kurasakan betul-betul intens, sumpah mati saat itu aku menyaksikan bintang-bintang.
"Kalau kita tinggal di ranjang sepanjang hari," ujarku setelah pada akhirnya berhasil mengatur napas kembali, "Kapan kita makan?" "Kalau kamu lapar," jawab Felicia, "Kamu bisa lahap memek saya saja." "Ah, kamu ini memang benar-benar nakal!" seruku dan kami berduapun tertawa-tawa. Kemudian akupun kembali menciumi tubuhnya, menelusur kembali ke bagian bawah. Harum keringatnya membalut badannya, dan aku benar-benar menikmati rasa keasin-asinan leher dan celah dadanya. Puting payudaranya yang merah segar berbeda dengan milikku yang berwarna coklat, dan saat kusedot kedua pentilnya, warna mereka berubah menjadi gelap dan mengeras. Puting dada Felicia terlihat persis dengan karet penghapus merah di ujung sebuah pensil, dan tampak kecil dibanding ukuran dadanya yang paling tidak 36 C. Pentilku sendiri kira-kira sebesar uang 25 logam, dan menurutku pas untuk ukuran 32B-ku. Kurasakan kedua ujung dadaku mulai menegak karena bersentuhan dengan perut lembut temanku ini. Felicia merangkapkan kakinya mengitari pinggangku, dan menyodor-nyodorkan selangkangannya, klitorisnya berusaha mendapatkan sebanyak mungkin gesekan.
"Oh, Tuhan. Lisa, kamu betul-betul membuat saya senewen," kata Felicia terengah-engah. Felicia mencoba menurunkan tangannya untuk mengelus-elus kelentitnya sendiri, tapi segera kucegah. "Sabar," kataku, "Yang satu itu akan kutangani sebentar lagi." "Saya benar-benar perlu kau ewe sekarang," mohonnya. "Jangan terlalu terburu-buru," balasku seraya menyembulkan lidahku ke dalam pusar Felicia, dan meninggalkan kecupan kecupan basah menuruni perutnya. Felicia mengangkat pantatnya mencoba membimbing mulutku ke arah gerbang keperempuanannya. "Kunyah saya, ... please!" jeritnya tak sabar. Kurebahkan diri di antara kedua paha Felicia, kugunakan tanganku untuk membuka lebar labianya. Kugunakan hidungku untuk membelah lipatan kelaminnya dan menghirup dalam-dalam. Keharuman kelamin Felicia menyengat inderaku. Aromanya jauh lebih terasa dibandingkan dengan bau cairanku sendiri. Bibir dalam dari kemaluan Felicia yang berwarna merah muda menyelinap keluar, dan sekresi kewanitaannya menjadikan bibir tersebut benar-benar kontras dengan bibir luar kemaluannya yang berwarna merah gelap. Lalu perlahan kutarik kulit pelindung kelentitnya, menjadikan klitorisnya yang bengkak mencuat keluar, dan kucolek dengan menggunakan jari telunjuk. "Kau ini benar-benar centil tukang goda. Saya benci, deh," rintih Felicia.
"Pembohong," sahutku. Kelentitnya betul-betul keras dan tegang, dan berdetak kencang saat kusentuh. Kutiup tonjolan ini, dan pinggul Felicia terangkat, menyambut mulutku. Ia benar-benar basah, dan kuusapkan seluruh wajahku di sekujur kelaminnya. Pipi, hidung dan mulutku berlumuran cairan hangatnya. "Lisa, please," minta Felicia, jemari tangannya menelusuri rambut kepalaku, "Memek saya butuh sekali ...." Akhirnya, kuputuskan untuk memenuhi. Menarik napas panjang, kupejamkan kedua mataku. Lidahku menelusur sepanjang garis celah kelamin Felicia. Bibir-bibir lembut Felicia membuka dan kukecap tempat paling rahasia di dunia, surga kecil di belahan paha seorang gadis. Kucicipi sari vagina Felicia, dan rasanya ternyata lebih manis lagi daripada aromanya. Kurenggangkan pahanya lebar-lebar dan kucelupkan lidahku ke dalam lubang kecil merah muda yang hangat dan lembab milik temanku.
Dinding-dinding manis kemaluannya bergerak-gerak membuka dan menutup, menjerat lidahku erat-erat. Aku menyedot dan menjilat bagaikan hidup matiku bergantung kepada memberikan Felicia orgasme terhebat yang pernah dia alami. Mengunyah kelamin Felicia adalah mungkin hal paling erotis yang pernah kualami. Aromanya memenuhiku dengan gairah saat kujilat, kusedot, dan kutelan air keluarannya. Aku benar-benar tersapu oleh kenikmatan terlarang dari berhubungan intim dengan seorang gadis dan saat itu kuputuskan bahwa seks dengan lelaki jatuh ke nomor tiga dalam urutan orgasmeku, setelah memakan vagina dan masturbasi.
Felicia sudah hampir sampai di puncak ketika kuperintahkan, "Berbaliklah, aku ingin jilat pantatmu." Felicia segera menurut dan tak lama kemudan aku menyaksikan kelaminnya yang indah dari belakang, seluruh bagian kemaluannya merebak, dan sari-sarinya menetes berjatuhan. Seperti seekor anjing, kuendus-endus Felicia dari belakang. Kukecup gundukan-gundukan padat milik temanku, lalu kulebarkan keduanya, dan kujilat pertengahannya dari atas ke bawah. Campuran dari keringatnya yang keasinan, sirup vaginanya yang manis, dan rasa keasaman dari anusnya adalah rangsangan yang tak ada duanya. Kuselipkan kembali lidahku kedalam kemaluannya, dan kumasukkan ujung hidungku ke celah pantatnya yang terlihat berkerut.
Menjilat habis Felicia memberikanku dorongan yang kuat, namun juga terasa sungguh lembut dan manis, sungguh feminin. Susah kubayangkan sesuatu yang lebih indah dari dua wanita saling bercinta. Saat itu kutemukan rahasia cinta-wanita dan akupun ketagihan, rasanya ingin merangkak ke dalam celah milik kawanku ini dan tinggal disitu selamanya. Sementara kulumat dengan ganasnya, kumasukkan jari tengahku kedalam vaginaku sendiri. Lalu dengan mulut penuh menampung air liurku dan cairan sekresinya kubasahi anus Felicia. Perlahan jari tengahku yang basah terbalut pelumasku sendiri kudorong melalui kerutan lubang pantatnya yang mungil. Felicia terasa benar-benar hangat dan lembut di dalam dan aku bisa merasakan otot-ototnya berkontraksi untuk menahan jariku di situ. Kudengar partnerku mengerang-erang dalam bahasa Spanyol yang walaupun tak kumengerti namun ekspresi universal seorang gadis diambang orgasme bisa kupahami.
Felicia menutupi mukanya dengan sebuah bantal dan tak bisa berhenti merintihkan jeritan-jeritan kenikmatan. "Aaaaaah, Dios Mio!" serunya ketika jari-jariku yang lain bergulir di klitorisnya. Dielus, dijepit, dan diperah seperti itu membuat kelentit Felicia menjadi betul betul sensitif. Mengetahui bahwa kami berdua benar-benar dekat dengan puncak, Felicia dengan cepat melempar bantal yang menutupi mukanya, dan mengerang, "... seb... sebentar." Kuhentikan gerakanku dan didorongnya tubuhku, menjadikanku terlentang di ranjang dengan kedua kakiku terkangkang lebar. Dengan gerakan cepat tangan kiri Felicia meraih pergelangan kaki kiriku dan mengangkat, meletakkan kakiku di pundaknya sementara dengan tangan kanannya mendorong lutut kananku, melebarkan labiaku.
Memposisikan bagian bawah dari tubuh langsingnya di antara kedua pahaku, Felicia berkata, "Itilku dan itilmu." Dengan dua jari kutarik ke atas kulit depan klitorisku sementara Felicia melakukan hal yang sama dengan klitorisnya sendiri, lalu Feliciapun bergeser sehingga kedua kemaluan kami bertemu. Perasaanku saat itu tak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Melalui kerimbunan hitam rambut kelaminku kulihat coklat lembut rambut kelamin Felicia sementara dadanya yang putih mulus dan memerah karena gairah terlihat kontras bergesekan dengan betisku yang kuning langsat. Kedua vagina kami, dengan labia yang basah saling menghempas, saling menjalin, dan saling melelehi menjadi satu. Felicia bergerak memutar-mutar selangkangannya dan kedua kelentit kami yang mencuatpun saling bergesekan. "Aaaah, ahhh, y.. ess .. yess..." Kupejamkan mata dan perlahan kuremas-remas dadaku dengan tanganku yang bebas. "Ooooh, ngh ... aaakh...." Kurasakan cengkeraman tangan Felicia meninggalkan pergelangan kakiku saat ia menengadah dan tubuhnya mulai terkejang-kejang. Kurasakan bagian bawah tubuhku bergerak-gerak seperti kehilangan kontrol, maju mundur naik turun bagaikan piston. "Oooooooh .... ye .. eee ... eeeesssssh ...!" seru kami bersamaan saat kedua kelentit kami saling bergesekan dengan kencangnya. Tubuhku bergelinjang hebat, Felicia mengejang dan terasa waktupun menghilang saat secara bersamaan vagina kami menyemburkan cairan kental orgasme.
Sekali, dua kali, dan tiga kali gelombang orgasme menghempas Felicia, dan bahkan saat terbaring lunglai di sisikupun tubuh seksinya masih bergemetar. Kulingkarkan lenganku di bahunya, dan kurangkul kekasih baruku erat-erat. Kukecup pipinya lembut. Felicia membuka matanya, menyambar bibirku dan melumat mulutku. "Idih, kau berasa seperti memek," katanya. "Ayo kita melarikan diri saja, dan bercinta selamanya," kusuarakan angan-angan di benakku. "Kedengarannya enak," balas Felicia. Kami kembali berciuman dan kurasakan tangan Felicia kembali meraba-raba rimbunan hitamku yang sekarang benar-benar basah kuyup tersiram sekresi kami berdua.
Kubiarkan diriku pasif terbaring di pelukan Felicia cukup lama sementara dia bermain dengan bagian bawahku; belaian-belaiannya lembut seolah ia menghapal seluruh tonjolan dan lipatan-lipatan vaginaku. Lalu Felicia menelentangkan diri. "Ayo kita ngentot lagi," katanya sembari menggoyang-goyangkan tubuh mengatur posisi. "Ayo duduk di muka saya," perintahnya. Akupun berlutut, menunggangi kepalanya, dan mulai menurunkan kemaluanku ke wajah cantik Felicia. Felicia memiliki lidah yang betul-betul panjang dan akupun mulah mendesah dan mengerang ketika ia melesakkan lidahnya ke dalamku senti demi senti. Urat-urat dalam vaginaku otomatis mencengkram erat lidah Felicia sementara pinggulku bergerak melingkar dengan perlahan, benar-benar larut dalam ulasan lidah Felicia. Mulutku terasa kering dan akupun merasa betul-betul perlu melahap vaginanya lagi.
Kuputar posisiku, kurendahkan kepalaku dan kami bercinta dalam posisi enam sembilan. Kembali kulimpahkan segala perhatianku ke kelamin partnerku, menyibakkan labianya yang hangat, dan ketika kukecap pelumas Felicia yang mulai mengucur kembali, kurasakan jarinya yang giliran menjelajahi pantatku. Napasku kembali terengah-engah sementara lidah Felicia membelai-belai jauh ke dalam rahimku dan jarinya menjelajahi bagian belakangku. "Uuuuuuuuh ..... uuungh ... unghhh ..." seruku tertahan-tahan sebab mulut dan hidungku terselimut keperempuanan Felicia sementara diapun mengeluarkan suara-suara yang serupa. "Ah! Aah! Aaaah! Lagi ..." Otot-otot vaginaku menggeletar saat Felicia menggigit lembut klitorisku. "Auh!" "Yaaa..h!" Kurasakan geliginya mengitari kacangku. "Oooooh... yeessh .. sssh..." Kulingkari kelentitnya dengan bibirku dan kusedot keras-keras. "Yes... yes... yeee ... eee .. sh!" "YEEEESSSSH ....MMMMMH... MFFFFFH ...." Ujung lidah kami berdua mengulas-ulas kedua kelentit dengan gerakan sangat cepat, kurasakan seluruh urat kedua vagina kami mengencang dan mengendur di luar kontrol dan kami pun kembali tenggelam, orgasme membanjir keluar.
Setelah kembali mengatur napas, kulepaskan diriku dan kuhempaskan diriku di samping Felicia supaya kami bisa saling bertatapan wajah. Dengan lengan dan kaki kami saling merangkum, kami bersentuhan berciuman lembut, betul-betul kehabisan tenaga dan kecapaian. "Mudah-mudahan besok saya bangun sebelum kau bangun," katanya setengah bermimpi. "Memangnya ada apa?" seraya menyibakkan rambutnya ke samping, mengecupi pipi, hidung, dan kelopak matanya yang terpejam. "Sebab, hal pertama yang saya ingin kamu lihat besok pagi adalah wajah saya tersenyum di antara kedua pahamu," jelasnya. "Oh, Tuhan, rasanya sekarang ini saya sudah jatuh cinta," kataku lembut. "Sini, saya jaga biar tetap hangat," katanya sambil merangkum kemaluanku ke dalam telapak tangannya yang memang hangat. Kukecup kembali bibirnya, dan sementara kami berdua berpelukan erat, kunikmati kehangatan lembab semak-semaknya yang bersandar ke pahaku. Setelah selama beberapa lama hanya desiran mesin pendingin udara yang terdengar, melalui dinding terdengar suara-suara dua orang gadis dari kamar sebelah. Tak mungkin tidak, mereka sedang bercinta.
"Kan, sudah saya bilang. Semua cewek berbuat hal yang sama," kata Felicia sambil tersenyum lebar. "Mungkin besok kita perlu mengunjungi tetangga sebelah dan mengundang mereka untuk mampir," sahutku setengah tertidur. "Tapi itu artinya saya harus membagi kau dengan mereka," kata Felicia. "Betul," gumamku setengah bermimpi, "Tapi ingatlah bahwa itu juga artinya kamu bakal punya tiga buah memek yang lembek dan basah untuk dilahap ditambah tiga mulut hangat untuk melayanimu." "Mmmm," katanya sembari membasahi bibir, "Betul juga. Mari kita beramah-tamah dengan mereka besok." Kami kembali berciuman lembut, dan tak lama kudengar desahan-desahan indah dari kedua gadis sebelah kamar hotel kami. Akhirnya, gadis pertama menjeritkan puncak kenikmatannya, diikuti segera dengan jeritan orgasme temannya. Aku tersenyum sendiri, dan sebelum kami berdua jatuh tertidur, kubalas merangkum kewanitaan Felicia dengan telapak tanganku, menyongsong alam impian.
Sejak saat itu aku benar-benar intim dengan Felicia. Kami berbagi banyak pengalaman yang menarik. Berbagi tawa, dan berbagi tangis. Kenakalan dan petualangan sepertinya memang jalan hidup sahabatku yang satu ini. Seperti kebanyakan orang Latin lainnya, Felicia benar-benar temperamental dan berdarah panas. Pembawaanku sendiri cenderung sabar dan penuh pertimbangan, namun perbedaan ini justru makin membuat kami lebih lengket. Beragam sudah permainan cinta yang kami alami bersama, namun sebelum pembaca semua berkesimpulan bahwa sekarang aku adalah lesbian kelas kakap, kuberikan jaminan, bahwa akupun menikmati seks dengan lawan jenis. Malah beberapa waktu yang lalu aku dan Felicia berhasil merayu seorang lelaki muda, orang Indonesia juga, kami rayu ke tempat tidur.
__________________
Tamat
- L - I - S - A -
Namaku Lisa dan sudah setahun lebih aku tinggal di New York, Amerika setelah aku tinggalkan kelas 1 SMA ku di Bandung. Hidup di sini bersama abang memang cukup enak, paling tidak di sekitar apartemen kami lokasinya aman dan bersahabat, dan tidak perlu berkhawatir jika kebetulan aku jalan sendirian di malam hari. Sekolahku adalah SMA publik, dan murid-muridnya keren-keren, datang dari berbagai ras. Hari-hariku biasanya diisi dengan sekolah, pergi ke tempat-tempat nongkrong anak SMA, biasanya toko Fast Food, kerja sambilan sebagai pelayan di restoran Oriental dekat rumahku (yang kadang-kadang juga tempat nongkrong anak-anak seusiaku), kerja sukarela sebagai pengawas perpustakaan, serta kegiatan ekstrakurikulerku sebagai anggota klub Sepakbola wanita dan kelompok Drama. Ada beberapa anak dari Indonesia juga, di SMA ku, hanya aku jarang bertemu dengan mereka di sekolah.
Baru-baru ini kelompok drama sekolahku mengadakan kunjungan wisata ke ibukota di Washington DC. Seorang gadis baru bernama Felicia baru saja mengikuti kegiatan ini. Aku sebenarnya sudah beberapa kali melihat Felicia di sekitar sekolah dan sudah lama merasa cukup iri dengan kakinya yang panjang serta matanya yang tajam dan seolah selalu penuh gairah. Felicia adalah seorang Latina, sebab kedua orangtuanya berasal dari Puerto Rico. Saat pertama kali kulihat Felicia di sekolah, aku jadi teringat dengan acara-acara TV minggu siang yang sering disaksikan oleh pembantu dan supir di tempat kostku dulu di Bandung seperti Maria Mercedes dan sebangsanya. Nah, saat perjalanan wisata ke Washington di atas bis dan kebetulan duduk sebangku, kami berdua segera menjalin persahabatan baru. Bercakap-cakap dengan Felicia benar-benar menarik sebab dia benar-benar supel dan pintar berbicara. Di tengah diskusi mengenai simpatinya terhadap kondisi Indonesia, kusempatkan diriku untuk mengamati rupa teman baruku.
Sepertiku, Felicia berbadan semampai. Rambut lurus dan alisnya berwarna coklat muda, rambutnya sedikit lebih panjang dan kulit Felicia jauh lebih pucat dari kulitku yang kuning. Bibirnya yang berbentuk mungil berwarna merah muda dengan hanya polesan sedikit lipstik saja dan bergerak-gerak secara menawan saat Felicia berbicara dengan logat latinnya yang enak didengar. Seperti murid-murid keturunan Spanyol lainnya di sekolahku, gaya berpakaian Felicia benar-benar santai, seperti celana pendek, dan kaos oblong tangan panjang, namun potongan depannya pendek yang berakhir di atas bagian pusar, sehingga dadanya yang membusung membuatnya tampil benar-benar feminin dan eksotik. Kaus kaki Miki Tikus warna putih menutupi sebagian betis Felicia, sepatunya model santai seperti Converse, dan Felicia mengenakan seuntai kalung perak sebagai aksesoris sementara telinganya ditindik tiga dengan giwang-giwang kecil diatur artistik. Namun yang bikin aku benar-benar seperti terhipnotis adalah tatapan mata biru jernih Felicia yang menyorot tajam, mengundang, dan benar-benar hidup. Jika ada yang mengamati, mungkin kami berdua akan tampak cukup menarik sebab aku sendiri menjaga penampilanku cukup konservatif walaupun di Indonesia mungkin lumrah saja melihat gadis remaja delapan belas tahun mengenakan turtle neck, rompi dan rok selutut dan rambut kuncir kuda. Tak lama setelah kami mulai berbicara, hilanglah sudah minatku terhadap kunjungan wisata ini.
Sementara waktu berlalu, kami mulai saling menyentuh tangan atau kaki satu dengan lainnya saat ingin menekankan apa yang kami bicarakan. Sentuhan-sentuhan yang mulanya tanpa niat apapun ini lama-lama mulai menelantarkan diri, sampai akhirnya, kami mulai berbicara mengenai seks. Kami saling bertukar pengalaman, dan aku benar-benar terpesona oleh perbedaan kebudayaan dan latar belakang kami berdua. Kata Felicia, dalam masyarakan Hispanik (ras keturunan campuran Spanyol dengan penduduk asli Amerika) sudahlah menjadi standar bagi remaja mereka untuk kehilangan keperawanan atau keperjakaan pada umur sekitar 15 tahun. Setahun di Amerika, banyak pandangan mengenai seks dan hubungan romantis yang dulu kupunyai di Indonesia berubah menjadi sedikit lebih santai. Walaupun aku masih belum sampai sejauh bersanggama, pacarku di sini kadang-kadang menelusuri bagian-bagian tubuhku yang tadinya kuputuskan 'off-limit' bagi pacar. Biar bagaimanapun, toh aku masih orang Timur. Di kota seperti New York, walaupun kebudayaan Barat lebih toleran terhadap hubungan kelamin pranikah, toh umumnya remaja hanya berhubungan dengan satu pasangan saja sekitar paling tidak enam bulan, mungkin karena kewaspadaan terhadap penyakit. Mendengar penjelasanku mengenai norma masyarakat di Indonesia, Felicia mengangguk-angguk, dan menyatakan bahwa pandangan seperti itu ada baiknya juga. Diapun kemudian mulai bercerita mengenai pengalaman-pengalaman masa lalunya, sentuhan-sentuhan nyasar kami makin sering. Kami mulai saling menggoda secara fisik, dan sebelum bis kami bergulir memasuki batas kota Washington DC setelah hampir seharian perjalanan, hanya ada satu hal dalam benakku: untuk berhubungan intim dengan Felicia.
Saat memasuki hotel, kami mengatur untuk membagi ruangan yang sama. Senja itu, kami berkeliling dan melihat tempat-tempat bersejarah terkenal. Selesai mandi dan makan malam, bersama sekelompok dari murid-murid aku dan Felicia pergi menyaksikan sebuah filem berjudul "Scream". Ketika di layar ditunjukkan sebuah bagian filem yang menakutkan, kami berdua saling berpegangan tangan dan Felicia memelukku erat. Selesai bagian tersebut, Felicia meletakkan tanganku ke pahanya yang tak tertutup. Kami berdua kebetulan memakai rok pendek, dan beberapa menit kemudan Felicia mencoba merubah sikap duduk dan merenggangkan kakinya, serta membimbing tanganku di antara kedua kakinya. Lalu ia bergerak dan secara perlahan mengusapkan tangannya ke bagian dalam pahaku. Kulepaskan pekikan kecil ketika Felicia menemukan apa yang diinginkannya.
Sementara kami berpura-pura menonton filem, kumain-mainkan rabaanku di celana dalam bagian depan milik Felicia sampai kubuat dia basah sementara ujung jarinya bergeser naik dan turun di bagian yang sama dari celana dalam milikku, mendorong kain yang tipis itu ke dalamku. Tidak mengambil waktu lama sebelum kami berdua mulai saling menjari satu sama lain. Kami mulai bernapas kencang dan berat, dan tak bisa disangkal lagi, di udara mulailah muncul bau kewanitaan basah yang cukup jelas tercium. Salah seorang gadis sesekolahku duduk di deretan belakang kami. Ia menggeser diri diantara bahu kami dan berbisik, "Kalian berdua merpati cinta sebaiknya mulai berhenti sebelum semua orang mulai menonton kamu dan bukan filem ini!" Gadis itu betul, kami benar-benar mulai terbawa situasi. Secara ogah-ogahan kamipun berhenti. Pada menit yang sama Felicia menarik jarinya keluar dariku, kusadari bahwa aku benar-benar menginginkannya kembali di dalamku. Setelah mengatur napas, Felicia mendekatiku dan berbisik, "Nanti."
"Aku tak sabar menunggu," bisikku balik sedangkan hidungku menghirup aroma intim Felicia yang membalut jariku. Kujilat bersih jariku dan kugenggam tangan Felicia sampai pertunjukan berakhir. Pada saat itu aku sudah benar-benar menjadi terangsang, sisa filem yang kami tonton itu tidak ada yang kuingat barang sedikit pun. Kembali ke hotel, kami praktis berlari ke kamar kami, benar-benar tak sabar untuk melanjutkan perbuatan yang terpaksa kami tinggalkan. Bergegas-gegas aku berganti mengenakan kimono katun tidurku yang berwarna gelap dengan corak tradisional Flores sementara Felicia menanggalkan kaos oblong dan rok pendeknya. Baru kusadari bahwa selama ini Felicia tidak mengenakan bra. Sementara aku bengong menatapi dada Felicia yang betul-betul mulus dan berbentuk sempurna, Felicia memuji keindahan corak kimono katunku dan memintaku untuk membawa oleh-oleh seperti itu jika aku kembali dari Indonesia. Kutunjukkan sebuah cincin yang kubeli dari toko suvenir Indonesia di dekat kedutaan sore hari itu pada Felicia. Direbutnya cincin itu dan dia berkata, "Hahah ... dapat!" "Hey, kembalikan!" Kukejar Felicia mengitari ruangan sampai akhirnya kutangkap dia di pojokan. Tiba-tiba dibalikkan badannya dan di mukanya muncul raut nakal sementara tangannya bertolak pinggang. "Mana cincinnya?" tanyaku. "Entah. Coba saja periksa sendiri," kata Felicia sambil menunjukkan kedua telapak tangannya yang kosong sambil tertawa-tawa kecil.
Karena Felicia saat itu bertelanjang kecuali untuk celana dalam model bikininya, hanya ada satu tempat untuk mencari. "Kamu ini benar-benar nakal," seruku sambil menatap matanya yang bersinar-sinar bandel, benar-benar menikmati permainan kecil kami. Pandanganku menyapu wajahnya yang karena berkeringat dan merona merah terlihat benar-benar spektakuler, dengan ujung hidungnya yang runcing dan lesung pipitnya yang molek. Lalu kuturunkan pandangan melewati lehernya yang jenjang, dan dadanya yang naik turun. Sedikit gerah setelah berlarian dalam kamar hotel yang bertemperatur sejuk itu membuat puting Felicia yang berwarna merah muda segar menegak penuh. Kutatap kembali wajahnya sementara kutautkan jariku ke bagian atas celana dalamnya, menarik tali elastis di situ sampai nampak rambut-rambut lembut lurus kecoklatan berjarang-jarang di bawah pusar Felicia. "Di bawah situ, mungkin?" tanyaku.
"Silakan mancing ikan." Felicia melangkah mendekati, cukup dekat untuk membuat dada kami bergesekan. Perlahan kugerakkan tanganku lebih jauh ke bagian bawah dari perut Felicia yang betul-betul rata dengan sedikit lengkungan feminin dan menyelipkannya ke balik celana dalam Felicia. Ujung-ujung jariku menyentuh rambut-rambut lembutnya dan gelitikan lembutku membuat postur berdirinya lemas, menengadah dan mendesah. "Apakah ini cukup hangat?" tanyaku.
"Betul-betul." Dipejamkannya kedua mata dan kepalanya semakin menengadah saat jari-jariku bergeser lebih jauh ke bawah sampai seluruh permukaan kelamin Felicia terlindung oleh telapak tanganku. Ia masih cukup lembab hasil dari perbuatan kami di sinema. Cincinku yang hilang tentu saja tersembunyi di celana dalamnya, namun aku tetap berpura-pura mencari-cari benda tersebut. "Di mana, sih cincin ini?" Kunikmati reaksinya terhadap sentuhanku, kudorong selangkangannya ke dalam telapak tanganku. "Sepertinya perlu diselidiki lebih dalam, nih ..." godaku.
"Lebih dalam lebih baik," Felicia menyahut sambil mengerang.
Kubiarkan jemariku menerobos lipatan-lipatan lembutnya dan segera kurasakan sumber kebasahannya. "Mungkin bersembunyi di sini," lanjut godaanku. Kedua dada kami saling menekan dan mulut kami hanya terpisah jarak seinci. Benar-benar kuingin menciumnya, dan kurasakan badanku bergetar, tak pernah dalam hidupku aku sedekat ini dengan seorang gadis lain. Tapi kuputuskan untuk memperlambat permainan kecil ini, jadi kutarik keluar cincin itu dan kutunjukkan kepadanya. "Ketemu."
"Itu sih terlalu mudah," kata Felicia. "Perlu cari tempat persembunyian yang lebih bagus, nih."
"Contohnya dimana?" kataku sambil menyengir lebar.
"Kira-kira berapa panjang lidahmu?" tanyanya.
Kuleletkan lidahku. "Kira-kira sejauh itu dalam memek saya," katanya dan kami kedua tertawa keras.
"Felicia, kamu ini benar-benar mesum. Kamu bakal menjadikan kita berdua sepasang lesbian lipstik!"
Secara lembut diremasnya bagian dada kimonoku, dan dibisikkannya, "Oh, kau pikir itu benar-benar hal yang jelek? Akui saja, Lisa, kau sebetulnya benar-benar ingin mencoba, kan?" Bisa kurasakan kehangatan nafasnya menghembus wajahku saat kami berdua saling bertukar pandang. "Well ...." ujarku malu-malu, bermain 'susah dijerat'. "Sepertinya sih udah pernah kupikir hubungan lesbian mungkin satu .... atau dua kali." "Biar bagaimanapun," kata Felicia, "Semua orang tahu bahwa adalah wajar bagi cewek-cewek untuk bereksperimen satu sama lain. Di samping itu, hampir semua cewek yang saya kenal melakukannya setiap waktu. Tahu tidak?" ujarnya sambil mempelajari rautku. "Apa?" kataku. "Kau benar-benar cantik. Unik. Kau punya mata yang hitam benar-benar menarik. Apalagi kau datang dari tradisi yang cukup kekolotan. Bikin kau lebih mengundang. Mmmmm ... apakah rata-rata cewek Indonesia tetenya langsing seperti ini?"
"Uh, iya," kataku, tak sadar kulonggarkan tali pinggang kimonoku, mengakibatkan terbukanya bagian dadaku. Perlahan Felicia memijit kedua puting payudaraku, dan kurasakan memanasnya bagian di antara kedua pahaku. "Toh lagipula kita berdua perempuan, jadi nggak mungkin hamil. Sama seperti kegiatan menggesek memek sendiri..." lanjut Felicia. Felicia memperkeras pijitannya, dan napasku mengencang, kuhirup udara dengan tersendat-sendat, sementara untuk berdiri tegak aku mulai tak mampu. "Oh, kalau masturbasi, sih, aku benar-benar suka," kataku. "Bagus, sebab dengan cewek lain, masturbasi jadi jauuuuh lebih menarik dibanding sendirian." Disambarnya ikat pinggang kimonoku yang sudah memang longgar, menjadikan seluruh tubuhku terekspos. Dengan penuh gairah dirangkulnya pinggangku sementara kakiku menggeser, menyentuh langsung selangkangan Felicia yang lembab.
Tangan Felicia mulai melingkar, menjelajahi bagian belakangku. Diiringi senyum nakalnya, Felicia menarik bagian belakang celana dalamku, membuat bagian selangkangan celana dalamku menjadi tertarik lebih ke dalam. Tekanan yang dirasakan oleh klitorisku yang mulai membengkak hampir membuatku orgasme di tempat sementara kurasakan kedua badan kami seolah meleleh, bercampur satu sama lain. Tak lama kemudian Felicia memasukkan lidahnya ke dalam mulutku, dan kulumat dengan erat lidah kekasihku yang baru ini. "Masih ingin main sembunyi cincin?" tanya Felicia menggoda. "Fuck the ring," (Persetan dengan cincin itu!) semburku sementara tanganku kembali menyelinap ke dalam celana dalamnya. "I'd rather you fuck me instead," sahut Felicia, suaranya menyerak seksi, nafasnya panas di telingaku.
"Lalu tunggu apa lagi?" kataku sembari meraih tangannya. Kami pindah ke sebelah ranjang dan menanggalkan apa yang tersisa di badan kami (kecuali celana dalamku). Felicia benar benar terangsang, cairan-cairan kelembaban mulai menetes dan bergulir di pahanya. Seluruh tubuhku mulai bergetar penuh antisipasi, terlebih saat kubayangkan betapa lezatnya jika kuletakkan kepalaku di antara kedua pahanya. Felicia naik ke atas ranjang dan menyandarkan diri ke dinding. Lalu dengan kedua jarinya dipisahkannya kedua bibir vaginanya, dan dengan penuh nafsu kusaksikan jarinya yang lain menerobos masuk. Setelah mengaduk-ngaduk beberapa saat jari lentiknya benar-benar basah, dan Felicia mengeluarkan jarinya, mengacungkannya di depan mukaku, membuat isyarat 'mendekatlah'. "Ayo, kita bersenang-senang malam ini," undang Felicia seraya mengangkat kaki kirinya ke dekat wajahku dan memain-mainkan jemari kakinya yang mungil.. Ketika kutanggalkan celana dalamku, kusadari bahwa bagian selangkangan celana dalamku ternyata sudah kuyup. Tadinya hendak kulempar begitu saja celana dalamku itu, namun Felicia berseru, "Tunggu, Lisa, ke sinikan kau punya celana dalam itu!" Kulemparkan celana dalamku, dan segera setelah menyambutnya Felicia mendekatkan celana dalam itu ke hidung mancungnya sembari menghirup dalam-dalam aroma sekresi kewanitaanku. "Ooooh, bau kamu betul-betul sedap!"
"Memangnya sudah kebiasaanmu, yah, menciumi celana dalam milik cewek lain?", tanyaku seraya tersenyum lebar. "Oh, cuma mereka-mereka yang bakal saya entot," katanya sambil mengedipkan sebelah mata. Felicia mengusap-usapkan bagian selangkangan celana dalamku yang basah kuyup ke hidung dan mulutnya sementara matanya mengawasiku, yang mulai mengecupi jari-jari kakinya. Kususupkan lidahku di antara setiap jari, kukulum, dan Felicia mulai tertawa-tawa geli campur nafsu. Lalu mulailah kutelusuri kakinya yang panjang dengan bibirku, dan berhenti ketika aku sampai di bagian dalam pahanya. Kujilat, kukecup, dan kugigit lembut kulitnya yang putih mulus. Oh, Tuhan, Felicia betul lembut! Kuciumkan kecupan-kecupan kecil mengitari kelaminnya, dan dengan susah payah kutekan keinginanku untuk langsung menyelami kelamin Felicia dengan mulutku. Dalam pikiranku, sejak Felicia adalah perempuan pertama dalam hidupku yang kujilat kemaluannya, maka ada baiknya kupastikan bahwa kami berdua benar-benar terangsang dulu sebelum kukubur mukaku di selangkangannya. Aku bergerak mendekati mulutnya. "Aku benar-benar butuh kamu," kataku. Felicia melingkarkan tangannya dan kamipun French kissed.
Lalu Felicia perlahan mengangkatku, memposisikan kedua susuku di depan wajahnya. Dikulumnya salah satu puting susuku di antara kedua bibirnya dan mulutnya yang hangat menyedoti putingku, mengirimkan gelombang-gelombang kenikmatan ke seluruh tubuhku. "Saya punya ide," katanya sambil terus menjilati. "Bagaimana kalau kita bolos saja dan tidak usah ikut tur besok? Kita bisa mengunci diri di kamar ini dan berasyik-asyikan seharian penuh." Untuk membujukku, Felicia menyelipkan tangannya di antara pahaku dan mulai mengusap-usap celahku. Kusongsongkan pinggulku menyambut dua jari Felicia ke dalamku. Ia melanjutkan menghisap payudaraku sekaligus jarinya menjalari vulvaku, sedangkan aku hanya mendesah-desah mendorong-dorongkan kemaluanku menyongsong tangannya. Kupejamkan mata dan kurasakan cairan kental kewanitaanku menyemprot keluar saat ujung-ujung jari Felicia menjepit klitorisku. Orgasme yang kurasakan betul-betul intens, sumpah mati saat itu aku menyaksikan bintang-bintang.
"Kalau kita tinggal di ranjang sepanjang hari," ujarku setelah pada akhirnya berhasil mengatur napas kembali, "Kapan kita makan?" "Kalau kamu lapar," jawab Felicia, "Kamu bisa lahap memek saya saja." "Ah, kamu ini memang benar-benar nakal!" seruku dan kami berduapun tertawa-tawa. Kemudian akupun kembali menciumi tubuhnya, menelusur kembali ke bagian bawah. Harum keringatnya membalut badannya, dan aku benar-benar menikmati rasa keasin-asinan leher dan celah dadanya. Puting payudaranya yang merah segar berbeda dengan milikku yang berwarna coklat, dan saat kusedot kedua pentilnya, warna mereka berubah menjadi gelap dan mengeras. Puting dada Felicia terlihat persis dengan karet penghapus merah di ujung sebuah pensil, dan tampak kecil dibanding ukuran dadanya yang paling tidak 36 C. Pentilku sendiri kira-kira sebesar uang 25 logam, dan menurutku pas untuk ukuran 32B-ku. Kurasakan kedua ujung dadaku mulai menegak karena bersentuhan dengan perut lembut temanku ini. Felicia merangkapkan kakinya mengitari pinggangku, dan menyodor-nyodorkan selangkangannya, klitorisnya berusaha mendapatkan sebanyak mungkin gesekan.
"Oh, Tuhan. Lisa, kamu betul-betul membuat saya senewen," kata Felicia terengah-engah. Felicia mencoba menurunkan tangannya untuk mengelus-elus kelentitnya sendiri, tapi segera kucegah. "Sabar," kataku, "Yang satu itu akan kutangani sebentar lagi." "Saya benar-benar perlu kau ewe sekarang," mohonnya. "Jangan terlalu terburu-buru," balasku seraya menyembulkan lidahku ke dalam pusar Felicia, dan meninggalkan kecupan kecupan basah menuruni perutnya. Felicia mengangkat pantatnya mencoba membimbing mulutku ke arah gerbang keperempuanannya. "Kunyah saya, ... please!" jeritnya tak sabar. Kurebahkan diri di antara kedua paha Felicia, kugunakan tanganku untuk membuka lebar labianya. Kugunakan hidungku untuk membelah lipatan kelaminnya dan menghirup dalam-dalam. Keharuman kelamin Felicia menyengat inderaku. Aromanya jauh lebih terasa dibandingkan dengan bau cairanku sendiri. Bibir dalam dari kemaluan Felicia yang berwarna merah muda menyelinap keluar, dan sekresi kewanitaannya menjadikan bibir tersebut benar-benar kontras dengan bibir luar kemaluannya yang berwarna merah gelap. Lalu perlahan kutarik kulit pelindung kelentitnya, menjadikan klitorisnya yang bengkak mencuat keluar, dan kucolek dengan menggunakan jari telunjuk. "Kau ini benar-benar centil tukang goda. Saya benci, deh," rintih Felicia.
"Pembohong," sahutku. Kelentitnya betul-betul keras dan tegang, dan berdetak kencang saat kusentuh. Kutiup tonjolan ini, dan pinggul Felicia terangkat, menyambut mulutku. Ia benar-benar basah, dan kuusapkan seluruh wajahku di sekujur kelaminnya. Pipi, hidung dan mulutku berlumuran cairan hangatnya. "Lisa, please," minta Felicia, jemari tangannya menelusuri rambut kepalaku, "Memek saya butuh sekali ...." Akhirnya, kuputuskan untuk memenuhi. Menarik napas panjang, kupejamkan kedua mataku. Lidahku menelusur sepanjang garis celah kelamin Felicia. Bibir-bibir lembut Felicia membuka dan kukecap tempat paling rahasia di dunia, surga kecil di belahan paha seorang gadis. Kucicipi sari vagina Felicia, dan rasanya ternyata lebih manis lagi daripada aromanya. Kurenggangkan pahanya lebar-lebar dan kucelupkan lidahku ke dalam lubang kecil merah muda yang hangat dan lembab milik temanku.
Dinding-dinding manis kemaluannya bergerak-gerak membuka dan menutup, menjerat lidahku erat-erat. Aku menyedot dan menjilat bagaikan hidup matiku bergantung kepada memberikan Felicia orgasme terhebat yang pernah dia alami. Mengunyah kelamin Felicia adalah mungkin hal paling erotis yang pernah kualami. Aromanya memenuhiku dengan gairah saat kujilat, kusedot, dan kutelan air keluarannya. Aku benar-benar tersapu oleh kenikmatan terlarang dari berhubungan intim dengan seorang gadis dan saat itu kuputuskan bahwa seks dengan lelaki jatuh ke nomor tiga dalam urutan orgasmeku, setelah memakan vagina dan masturbasi.
Felicia sudah hampir sampai di puncak ketika kuperintahkan, "Berbaliklah, aku ingin jilat pantatmu." Felicia segera menurut dan tak lama kemudan aku menyaksikan kelaminnya yang indah dari belakang, seluruh bagian kemaluannya merebak, dan sari-sarinya menetes berjatuhan. Seperti seekor anjing, kuendus-endus Felicia dari belakang. Kukecup gundukan-gundukan padat milik temanku, lalu kulebarkan keduanya, dan kujilat pertengahannya dari atas ke bawah. Campuran dari keringatnya yang keasinan, sirup vaginanya yang manis, dan rasa keasaman dari anusnya adalah rangsangan yang tak ada duanya. Kuselipkan kembali lidahku kedalam kemaluannya, dan kumasukkan ujung hidungku ke celah pantatnya yang terlihat berkerut.
Menjilat habis Felicia memberikanku dorongan yang kuat, namun juga terasa sungguh lembut dan manis, sungguh feminin. Susah kubayangkan sesuatu yang lebih indah dari dua wanita saling bercinta. Saat itu kutemukan rahasia cinta-wanita dan akupun ketagihan, rasanya ingin merangkak ke dalam celah milik kawanku ini dan tinggal disitu selamanya. Sementara kulumat dengan ganasnya, kumasukkan jari tengahku kedalam vaginaku sendiri. Lalu dengan mulut penuh menampung air liurku dan cairan sekresinya kubasahi anus Felicia. Perlahan jari tengahku yang basah terbalut pelumasku sendiri kudorong melalui kerutan lubang pantatnya yang mungil. Felicia terasa benar-benar hangat dan lembut di dalam dan aku bisa merasakan otot-ototnya berkontraksi untuk menahan jariku di situ. Kudengar partnerku mengerang-erang dalam bahasa Spanyol yang walaupun tak kumengerti namun ekspresi universal seorang gadis diambang orgasme bisa kupahami.
Felicia menutupi mukanya dengan sebuah bantal dan tak bisa berhenti merintihkan jeritan-jeritan kenikmatan. "Aaaaaah, Dios Mio!" serunya ketika jari-jariku yang lain bergulir di klitorisnya. Dielus, dijepit, dan diperah seperti itu membuat kelentit Felicia menjadi betul betul sensitif. Mengetahui bahwa kami berdua benar-benar dekat dengan puncak, Felicia dengan cepat melempar bantal yang menutupi mukanya, dan mengerang, "... seb... sebentar." Kuhentikan gerakanku dan didorongnya tubuhku, menjadikanku terlentang di ranjang dengan kedua kakiku terkangkang lebar. Dengan gerakan cepat tangan kiri Felicia meraih pergelangan kaki kiriku dan mengangkat, meletakkan kakiku di pundaknya sementara dengan tangan kanannya mendorong lutut kananku, melebarkan labiaku.
Memposisikan bagian bawah dari tubuh langsingnya di antara kedua pahaku, Felicia berkata, "Itilku dan itilmu." Dengan dua jari kutarik ke atas kulit depan klitorisku sementara Felicia melakukan hal yang sama dengan klitorisnya sendiri, lalu Feliciapun bergeser sehingga kedua kemaluan kami bertemu. Perasaanku saat itu tak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Melalui kerimbunan hitam rambut kelaminku kulihat coklat lembut rambut kelamin Felicia sementara dadanya yang putih mulus dan memerah karena gairah terlihat kontras bergesekan dengan betisku yang kuning langsat. Kedua vagina kami, dengan labia yang basah saling menghempas, saling menjalin, dan saling melelehi menjadi satu. Felicia bergerak memutar-mutar selangkangannya dan kedua kelentit kami yang mencuatpun saling bergesekan. "Aaaah, ahhh, y.. ess .. yess..." Kupejamkan mata dan perlahan kuremas-remas dadaku dengan tanganku yang bebas. "Ooooh, ngh ... aaakh...." Kurasakan cengkeraman tangan Felicia meninggalkan pergelangan kakiku saat ia menengadah dan tubuhnya mulai terkejang-kejang. Kurasakan bagian bawah tubuhku bergerak-gerak seperti kehilangan kontrol, maju mundur naik turun bagaikan piston. "Oooooooh .... ye .. eee ... eeeesssssh ...!" seru kami bersamaan saat kedua kelentit kami saling bergesekan dengan kencangnya. Tubuhku bergelinjang hebat, Felicia mengejang dan terasa waktupun menghilang saat secara bersamaan vagina kami menyemburkan cairan kental orgasme.
Sekali, dua kali, dan tiga kali gelombang orgasme menghempas Felicia, dan bahkan saat terbaring lunglai di sisikupun tubuh seksinya masih bergemetar. Kulingkarkan lenganku di bahunya, dan kurangkul kekasih baruku erat-erat. Kukecup pipinya lembut. Felicia membuka matanya, menyambar bibirku dan melumat mulutku. "Idih, kau berasa seperti memek," katanya. "Ayo kita melarikan diri saja, dan bercinta selamanya," kusuarakan angan-angan di benakku. "Kedengarannya enak," balas Felicia. Kami kembali berciuman dan kurasakan tangan Felicia kembali meraba-raba rimbunan hitamku yang sekarang benar-benar basah kuyup tersiram sekresi kami berdua.
Kubiarkan diriku pasif terbaring di pelukan Felicia cukup lama sementara dia bermain dengan bagian bawahku; belaian-belaiannya lembut seolah ia menghapal seluruh tonjolan dan lipatan-lipatan vaginaku. Lalu Felicia menelentangkan diri. "Ayo kita ngentot lagi," katanya sembari menggoyang-goyangkan tubuh mengatur posisi. "Ayo duduk di muka saya," perintahnya. Akupun berlutut, menunggangi kepalanya, dan mulai menurunkan kemaluanku ke wajah cantik Felicia. Felicia memiliki lidah yang betul-betul panjang dan akupun mulah mendesah dan mengerang ketika ia melesakkan lidahnya ke dalamku senti demi senti. Urat-urat dalam vaginaku otomatis mencengkram erat lidah Felicia sementara pinggulku bergerak melingkar dengan perlahan, benar-benar larut dalam ulasan lidah Felicia. Mulutku terasa kering dan akupun merasa betul-betul perlu melahap vaginanya lagi.
Kuputar posisiku, kurendahkan kepalaku dan kami bercinta dalam posisi enam sembilan. Kembali kulimpahkan segala perhatianku ke kelamin partnerku, menyibakkan labianya yang hangat, dan ketika kukecap pelumas Felicia yang mulai mengucur kembali, kurasakan jarinya yang giliran menjelajahi pantatku. Napasku kembali terengah-engah sementara lidah Felicia membelai-belai jauh ke dalam rahimku dan jarinya menjelajahi bagian belakangku. "Uuuuuuuuh ..... uuungh ... unghhh ..." seruku tertahan-tahan sebab mulut dan hidungku terselimut keperempuanan Felicia sementara diapun mengeluarkan suara-suara yang serupa. "Ah! Aah! Aaaah! Lagi ..." Otot-otot vaginaku menggeletar saat Felicia menggigit lembut klitorisku. "Auh!" "Yaaa..h!" Kurasakan geliginya mengitari kacangku. "Oooooh... yeessh .. sssh..." Kulingkari kelentitnya dengan bibirku dan kusedot keras-keras. "Yes... yes... yeee ... eee .. sh!" "YEEEESSSSH ....MMMMMH... MFFFFFH ...." Ujung lidah kami berdua mengulas-ulas kedua kelentit dengan gerakan sangat cepat, kurasakan seluruh urat kedua vagina kami mengencang dan mengendur di luar kontrol dan kami pun kembali tenggelam, orgasme membanjir keluar.
Setelah kembali mengatur napas, kulepaskan diriku dan kuhempaskan diriku di samping Felicia supaya kami bisa saling bertatapan wajah. Dengan lengan dan kaki kami saling merangkum, kami bersentuhan berciuman lembut, betul-betul kehabisan tenaga dan kecapaian. "Mudah-mudahan besok saya bangun sebelum kau bangun," katanya setengah bermimpi. "Memangnya ada apa?" seraya menyibakkan rambutnya ke samping, mengecupi pipi, hidung, dan kelopak matanya yang terpejam. "Sebab, hal pertama yang saya ingin kamu lihat besok pagi adalah wajah saya tersenyum di antara kedua pahamu," jelasnya. "Oh, Tuhan, rasanya sekarang ini saya sudah jatuh cinta," kataku lembut. "Sini, saya jaga biar tetap hangat," katanya sambil merangkum kemaluanku ke dalam telapak tangannya yang memang hangat. Kukecup kembali bibirnya, dan sementara kami berdua berpelukan erat, kunikmati kehangatan lembab semak-semaknya yang bersandar ke pahaku. Setelah selama beberapa lama hanya desiran mesin pendingin udara yang terdengar, melalui dinding terdengar suara-suara dua orang gadis dari kamar sebelah. Tak mungkin tidak, mereka sedang bercinta.
"Kan, sudah saya bilang. Semua cewek berbuat hal yang sama," kata Felicia sambil tersenyum lebar. "Mungkin besok kita perlu mengunjungi tetangga sebelah dan mengundang mereka untuk mampir," sahutku setengah tertidur. "Tapi itu artinya saya harus membagi kau dengan mereka," kata Felicia. "Betul," gumamku setengah bermimpi, "Tapi ingatlah bahwa itu juga artinya kamu bakal punya tiga buah memek yang lembek dan basah untuk dilahap ditambah tiga mulut hangat untuk melayanimu." "Mmmm," katanya sembari membasahi bibir, "Betul juga. Mari kita beramah-tamah dengan mereka besok." Kami kembali berciuman lembut, dan tak lama kudengar desahan-desahan indah dari kedua gadis sebelah kamar hotel kami. Akhirnya, gadis pertama menjeritkan puncak kenikmatannya, diikuti segera dengan jeritan orgasme temannya. Aku tersenyum sendiri, dan sebelum kami berdua jatuh tertidur, kubalas merangkum kewanitaan Felicia dengan telapak tanganku, menyongsong alam impian.
Sejak saat itu aku benar-benar intim dengan Felicia. Kami berbagi banyak pengalaman yang menarik. Berbagi tawa, dan berbagi tangis. Kenakalan dan petualangan sepertinya memang jalan hidup sahabatku yang satu ini. Seperti kebanyakan orang Latin lainnya, Felicia benar-benar temperamental dan berdarah panas. Pembawaanku sendiri cenderung sabar dan penuh pertimbangan, namun perbedaan ini justru makin membuat kami lebih lengket. Beragam sudah permainan cinta yang kami alami bersama, namun sebelum pembaca semua berkesimpulan bahwa sekarang aku adalah lesbian kelas kakap, kuberikan jaminan, bahwa akupun menikmati seks dengan lawan jenis. Malah beberapa waktu yang lalu aku dan Felicia berhasil merayu seorang lelaki muda, orang Indonesia juga, kami rayu ke tempat tidur.
__________________
Tamat
Sabtu, 03 April 2010
Sebelumnya saya akan memberitahu bahwa cerita ini terjadi sebelum saya mengenal lebih dalam soal internet. Hanya luarnya saja. Ketika itu saya masih kursus di sebuah lembaga sebut saja ITK (bukan universitas). Saat itu saya masih belum begitu kenal dengan internet, dan saya masih dalam taraf pemula dan baru sampai dalam soal hardware. Sejak berkenalan dengan seorang teman di ITK saya mulai mengenal apa itu internet. Dan saya suka sekali pergi ke warnet dan hampir tiap hari saya berada di sana. Semakin lama saya suka sekali ber-chatting ria sampai suka lupa waktu dan pulang malam hari.
Pada hari sabtu, saya seperti biasa suka nongkrong di warnet mulai jam 18:00, dan saya langsung mengecek e-mail. Setelah selesai saya suka browsing sambil chat. Pada saat itu hujan deras mengguyur seisi kota disertai angin. Pada saat saya membeli minuman (di dalam warnet), saya melihat dua orang gadis yang memasuki warnet. Mereka terlihat basah kuyup karena kehujanan, dan ketika itu mereka mengenakan kaos warna putih dan biru (cewek yang satunya), dan celana pendek. Dari balik kaos putih basah itu saya bisa melihat sebuah BH warna merah muda, juga sepasang payudara montok agak besar. Saya kembali ke meja dan melihat mereka berdua menempati meja di depan saya. Sambil menunggu jawaban dari chat, saya mencuri pandang pada dua gadis itu. Semakin lama saya lihat saya tidak bisa konsentrasi, mungkin karena cara duduk mereka yang hanya mengenakan celana pendek itu, sehingga terlihat paha putih mulus dan juga sepasang buah dada dalam BH yang tercetak jelas akibat baju yang basah.
Pada jam 20:00, listrik di warnet itu padam. Para penjaga warnet terlihat sibuk memberitahu bahwa listrik akan segera menyala dan meminta agar netter sabar. Tetapi 30 menit berlalu dan tidak ada tanda-tanda bahwa listrik akan menyala sehingga sebagian netter merasa tidak sabar dan pulang. Sedangkan saya masih di dalam warnet dan ingin ikut pulang, tapi saya tidak bisa karena di luar hujan masih deras dan saya hanya membawa motor. Begitu juga dengan 2 gadis di depan saya, mereka sudah membayar uang sewa dan tidak bisa pulang karena hujan masih deras. Mereka hanya bisa duduk di sofa yang disediakan pihak warnet (sofa yang digunakan untuk netter apabila warnet sudah penuh dan netter bersedia menunggu), wajah mereka tampak gelisah terlihat samar-samar akibat emergency light yang terlampau kecil, mungkin karena sudah malam dan takut tidak bisa pulang.
Melihat kejadian itu saya tidak tega juga, apalagi hawa menjadi dingin akibat angin yang masuk dari lubang angin di atas pintu. Saya pun mendekati mereka dan duduk di sofa. Ternyata mereka enak juga diajak ngobrol, dari situ saya mengetahui nama mereka adalah, Tuti (baju putih) dan Erni (baju biru). Lagi enak-enaknya ngobrol kami dikejutkan oleh seorang cewek yang masuk ke dalam sambil tergesa-gesa. Dari para penjaga yang saya kenal, cewek tadi adalah pemilik warnet. Saya agak terkejut karena pemilik warnet ini ternyata masih muda sekitar 25 tahun, cantik dan sexy. Cewek tadi menyuruh para penjaga pulang karena listrik tidak akan nyala sampai besok pagi.
Setelah semua penjaga pulang, cewek tadi menghampiri kami.
"Dik, Adik bertiga di sini dulu aja, kan di luar masih hujan, sekalian nemenin Mbak ya.." kata cewek yang punya nama Riyas ini. Kemudian berjalan ke depan dan menurunkan rolling door.
"Saya bantu Mbak," kataku.
"Oh, nggak usah repot-repot.." jawabnya. Tapi aku tetap membantunya, kan sudah di beri tempat berteduh. Setelah selesai aku menyisakan satu pintu kecil agar kalau hujan reda aku bisa lihat.
"Ditutup saja Dik, dingin di sini.." kata Riyas, dan aku menutup pintu itu. Entah setan mana yang lewat di depanku, otak ini langsung berpikir apa yang akan terjadi jika ada tiga cewek dan satu pria dalam sebuah ruangan yang tertutup tanpa orang lain yang dapat melihat apa yang sedang terjadi di dalam. Aku kembali duduk di sofa sambil berbincang dengan mereka bertiga jadi sekarang ada empat orang yang tidak tahu akan berbuat apa dalam keremangan selain berbicara.
"Sebentar ya Dik, saya ke atas dulu, ganti baju.." kata Riyas.
Aku bertanya dengan nada menyelidik, "Mbak tinggal di sini ya?"
"Iya, eh kalian di atas aja yuk supaya lebih santai, lagian baterai lampu sudah mau habis, ya.." katanya.
Kami bertiga mengikuti Mbak Riyas ke atas. Warnet itu terdapat di sebuah ruko berlantai tiga, lantai satu dipakai untuk warnet, lantai dua dipakai untuk gudang dan tempat istirahat penjaga, lantai tiga inilah rumah Riyas. Menaiki tangga ke lantai tiga, terdapat sebuah pintu yang akan menghentikan kita apabila pintu tidak dibuka, setelah masuk kami tidak merasa berada di sebuah ruko tapi di rumah mewah yang besar, kami disuruh duduk di ruang tamu. Riyas bilang dia akan mandi dan menyalakan sebuah notebook agar kami bertiga tidak bosan menunggu dia mandi.
Ternyata notebook itu tidak memiliki game yang bisa membuat kami senang. Tapi aku sempat melihat shortcut bertuliskan 17Thn (ketika itu masih *******.zip), aku menduga ini adalah permainan, ketika kubuka ternyata isinya adalah cerita yang membuat adikku berdiri. Tuti dan Erni pun agak malu melihat cerita-cerita itu. Tapi yang membuat aku tidak tahan adalah mereka tidak memperbolehkan aku menutup program itu dan mereka tetap membaca cerita itu sampai habis. Aku pun hanya bisa terbengong melihat mereka berada di kiri dan kananku. Setelah selesai membaca, Tuti merapatkan duduknya dan aku bisa merasakan benda kenyal menempel di lengan kananku. Erni pun mulai menggosokkan telapak tangannya ke paha kiriku. Sambil mereka melihat cerita yang lain, aku merasakan sakit di dalam celanaku. Aku sudah tidak bisa konsentrasi pada cerita itu, mereka semakin menjadi-jadi, bahkan Tuti membuka kaosnya dengan alasan merasa panas, sedangkan Erni membuka kaosnya dengan alasan kaosnya basah dan takut masuk angin. Aku merasa panas juga melihat tubuh mereka, sambil membetulkan posisi adik, aku mengatakan kalau hawanya memang panas dan aku membuka baju juga.
Kini tangan mereka berdua dirangkulkan di tengkukku, aku semakin panas karena lenganku merasa ada dua benda kenyal yang menghimpit tubuhku dari kiri dan kanan. Akhirnya jebol juga iman ini, aku menaruh notebook itu di meja di depanku dan aku menciumi Tuti dengan nafsu yang sudah memuncak, Tuti pun tak mau kalah sama seranganku, dia membalas dengan liar. Sedangkan Erni sibuk menciumi dan menjilati dadaku. Tangan kiriku kulingkarkan pada Erni dan mulai meremas buah dada yang masih tertutup BH itu, sedangkan tangan kananku kulingkarkan di tubuh Tuti dan memasukkan ke dalam BH dan meremas buah dadanya. Erni mulai membuka celanaku dan menghisap penis yang sudah tegang itu.
"Ouhh.. mmhh.. yahh.." aku mulai menikmati jilatan Erni pada kepala penisku. Tuti pun jongkok di depanku dan menjilat telurku. Aku hanya bisa pasrah melihat dan menikmati permainan mereka berdua. Kemudian Riyas keluar dari kamar dengan selembar handuk menutupi tubuh, dia menarik meja di depanku supaya ada cukup tempat untuk bermain. Riyas berlutut sambil membuka celana Tuti. Setelah celana Tuti lepas, dia mulai menghisap vagina Tuti. "Ooohh.. Ssshh.. ahh.." Tuti mendesah. Tak lama kemudian Tuti membalikkan tubuhnya dan sekarang posisi Riyas dan Tuti menjadi "69". Aku pun sudah tak tahan lagi, segera kuangkat Erni dan membaringkannya di lantai dan membuka celananya. Setelah terbuka aku langsung menghisap vagina yang sedang merah itu. "Auuhh.. Ooohh.. Sayang.." desahan Erni semakin membuatku bernafsu.
Dengan segera aku mengarahkan penisku ke vagina Erni, dan mulai menusukkan secara perlahan. Erni merasa kesakitan dan mendorong dadaku, aku menghentikan penisku yang baru masuk kepalanya itu. Selang agak lama Erni mulai menarik pinggangku agar memasukkan penis ke vaginanya, setelah masuk semua aku menarik perlahan-lahan dan memasukkannya kembali secara perlahan-lahan. "Ahh.. ayo Sayang.. ohh.. cepat.." Aku pun mulai mempercepat gerakanku. Dari tempatku terlihat Tuti dan Riyas saling menggesek-gesekkan vagina mereka. "Auuhh.. oouuhh.. iyahh.. yahh.. sshh.. hh.." desahan Erni berubah menjadi teriakan histeris penuh nafsu.
Tak lama kemudian Erni mencapai orgasme, tapi aku terus menusukkan penis ke arah vagina Erni. "Gantian donk, aku juga pingin nih.." kata Tuti sambil menciumi bibir Erni. Aku pun menarik penisku dan mengarahkan ke vagina Tuti setelah dia telentang. Ketika penisku masuk, vaginanya terasa licin sekali dan mudah sekali untuk masuk, rupanya dia telah mengalami orgasme bersama Riyas. Tampaklah Erni dan Riyas tertidur di lantai sambil berpelukan. Sedangkan aku terus menggenjot tubuh Tuti sampai akhirnya Tuti sudah mencapai puncak dan aku merasakan akan ada sesuatu yang akan keluar. "Aahh.." suara yang keluar dari mulutku dan Tuti. Akhirnya kami berempat tertidur dan pulang pada esok paginya. Setelah kejadian itu aku tidak pernah bertemu dengan Tuti dan Erni. Riyas sekarang sudah menikah dan tetap tinggal di ruko itu. Sedangkan aku masih sibuk dengan urusan kerja dan tidak pernah ke warnet itu lagi karena sudah ada sambungan internet di rumahku.
__________________
Pada hari sabtu, saya seperti biasa suka nongkrong di warnet mulai jam 18:00, dan saya langsung mengecek e-mail. Setelah selesai saya suka browsing sambil chat. Pada saat itu hujan deras mengguyur seisi kota disertai angin. Pada saat saya membeli minuman (di dalam warnet), saya melihat dua orang gadis yang memasuki warnet. Mereka terlihat basah kuyup karena kehujanan, dan ketika itu mereka mengenakan kaos warna putih dan biru (cewek yang satunya), dan celana pendek. Dari balik kaos putih basah itu saya bisa melihat sebuah BH warna merah muda, juga sepasang payudara montok agak besar. Saya kembali ke meja dan melihat mereka berdua menempati meja di depan saya. Sambil menunggu jawaban dari chat, saya mencuri pandang pada dua gadis itu. Semakin lama saya lihat saya tidak bisa konsentrasi, mungkin karena cara duduk mereka yang hanya mengenakan celana pendek itu, sehingga terlihat paha putih mulus dan juga sepasang buah dada dalam BH yang tercetak jelas akibat baju yang basah.
Pada jam 20:00, listrik di warnet itu padam. Para penjaga warnet terlihat sibuk memberitahu bahwa listrik akan segera menyala dan meminta agar netter sabar. Tetapi 30 menit berlalu dan tidak ada tanda-tanda bahwa listrik akan menyala sehingga sebagian netter merasa tidak sabar dan pulang. Sedangkan saya masih di dalam warnet dan ingin ikut pulang, tapi saya tidak bisa karena di luar hujan masih deras dan saya hanya membawa motor. Begitu juga dengan 2 gadis di depan saya, mereka sudah membayar uang sewa dan tidak bisa pulang karena hujan masih deras. Mereka hanya bisa duduk di sofa yang disediakan pihak warnet (sofa yang digunakan untuk netter apabila warnet sudah penuh dan netter bersedia menunggu), wajah mereka tampak gelisah terlihat samar-samar akibat emergency light yang terlampau kecil, mungkin karena sudah malam dan takut tidak bisa pulang.
Melihat kejadian itu saya tidak tega juga, apalagi hawa menjadi dingin akibat angin yang masuk dari lubang angin di atas pintu. Saya pun mendekati mereka dan duduk di sofa. Ternyata mereka enak juga diajak ngobrol, dari situ saya mengetahui nama mereka adalah, Tuti (baju putih) dan Erni (baju biru). Lagi enak-enaknya ngobrol kami dikejutkan oleh seorang cewek yang masuk ke dalam sambil tergesa-gesa. Dari para penjaga yang saya kenal, cewek tadi adalah pemilik warnet. Saya agak terkejut karena pemilik warnet ini ternyata masih muda sekitar 25 tahun, cantik dan sexy. Cewek tadi menyuruh para penjaga pulang karena listrik tidak akan nyala sampai besok pagi.
Setelah semua penjaga pulang, cewek tadi menghampiri kami.
"Dik, Adik bertiga di sini dulu aja, kan di luar masih hujan, sekalian nemenin Mbak ya.." kata cewek yang punya nama Riyas ini. Kemudian berjalan ke depan dan menurunkan rolling door.
"Saya bantu Mbak," kataku.
"Oh, nggak usah repot-repot.." jawabnya. Tapi aku tetap membantunya, kan sudah di beri tempat berteduh. Setelah selesai aku menyisakan satu pintu kecil agar kalau hujan reda aku bisa lihat.
"Ditutup saja Dik, dingin di sini.." kata Riyas, dan aku menutup pintu itu. Entah setan mana yang lewat di depanku, otak ini langsung berpikir apa yang akan terjadi jika ada tiga cewek dan satu pria dalam sebuah ruangan yang tertutup tanpa orang lain yang dapat melihat apa yang sedang terjadi di dalam. Aku kembali duduk di sofa sambil berbincang dengan mereka bertiga jadi sekarang ada empat orang yang tidak tahu akan berbuat apa dalam keremangan selain berbicara.
"Sebentar ya Dik, saya ke atas dulu, ganti baju.." kata Riyas.
Aku bertanya dengan nada menyelidik, "Mbak tinggal di sini ya?"
"Iya, eh kalian di atas aja yuk supaya lebih santai, lagian baterai lampu sudah mau habis, ya.." katanya.
Kami bertiga mengikuti Mbak Riyas ke atas. Warnet itu terdapat di sebuah ruko berlantai tiga, lantai satu dipakai untuk warnet, lantai dua dipakai untuk gudang dan tempat istirahat penjaga, lantai tiga inilah rumah Riyas. Menaiki tangga ke lantai tiga, terdapat sebuah pintu yang akan menghentikan kita apabila pintu tidak dibuka, setelah masuk kami tidak merasa berada di sebuah ruko tapi di rumah mewah yang besar, kami disuruh duduk di ruang tamu. Riyas bilang dia akan mandi dan menyalakan sebuah notebook agar kami bertiga tidak bosan menunggu dia mandi.
Ternyata notebook itu tidak memiliki game yang bisa membuat kami senang. Tapi aku sempat melihat shortcut bertuliskan 17Thn (ketika itu masih *******.zip), aku menduga ini adalah permainan, ketika kubuka ternyata isinya adalah cerita yang membuat adikku berdiri. Tuti dan Erni pun agak malu melihat cerita-cerita itu. Tapi yang membuat aku tidak tahan adalah mereka tidak memperbolehkan aku menutup program itu dan mereka tetap membaca cerita itu sampai habis. Aku pun hanya bisa terbengong melihat mereka berada di kiri dan kananku. Setelah selesai membaca, Tuti merapatkan duduknya dan aku bisa merasakan benda kenyal menempel di lengan kananku. Erni pun mulai menggosokkan telapak tangannya ke paha kiriku. Sambil mereka melihat cerita yang lain, aku merasakan sakit di dalam celanaku. Aku sudah tidak bisa konsentrasi pada cerita itu, mereka semakin menjadi-jadi, bahkan Tuti membuka kaosnya dengan alasan merasa panas, sedangkan Erni membuka kaosnya dengan alasan kaosnya basah dan takut masuk angin. Aku merasa panas juga melihat tubuh mereka, sambil membetulkan posisi adik, aku mengatakan kalau hawanya memang panas dan aku membuka baju juga.
Kini tangan mereka berdua dirangkulkan di tengkukku, aku semakin panas karena lenganku merasa ada dua benda kenyal yang menghimpit tubuhku dari kiri dan kanan. Akhirnya jebol juga iman ini, aku menaruh notebook itu di meja di depanku dan aku menciumi Tuti dengan nafsu yang sudah memuncak, Tuti pun tak mau kalah sama seranganku, dia membalas dengan liar. Sedangkan Erni sibuk menciumi dan menjilati dadaku. Tangan kiriku kulingkarkan pada Erni dan mulai meremas buah dada yang masih tertutup BH itu, sedangkan tangan kananku kulingkarkan di tubuh Tuti dan memasukkan ke dalam BH dan meremas buah dadanya. Erni mulai membuka celanaku dan menghisap penis yang sudah tegang itu.
"Ouhh.. mmhh.. yahh.." aku mulai menikmati jilatan Erni pada kepala penisku. Tuti pun jongkok di depanku dan menjilat telurku. Aku hanya bisa pasrah melihat dan menikmati permainan mereka berdua. Kemudian Riyas keluar dari kamar dengan selembar handuk menutupi tubuh, dia menarik meja di depanku supaya ada cukup tempat untuk bermain. Riyas berlutut sambil membuka celana Tuti. Setelah celana Tuti lepas, dia mulai menghisap vagina Tuti. "Ooohh.. Ssshh.. ahh.." Tuti mendesah. Tak lama kemudian Tuti membalikkan tubuhnya dan sekarang posisi Riyas dan Tuti menjadi "69". Aku pun sudah tak tahan lagi, segera kuangkat Erni dan membaringkannya di lantai dan membuka celananya. Setelah terbuka aku langsung menghisap vagina yang sedang merah itu. "Auuhh.. Ooohh.. Sayang.." desahan Erni semakin membuatku bernafsu.
Dengan segera aku mengarahkan penisku ke vagina Erni, dan mulai menusukkan secara perlahan. Erni merasa kesakitan dan mendorong dadaku, aku menghentikan penisku yang baru masuk kepalanya itu. Selang agak lama Erni mulai menarik pinggangku agar memasukkan penis ke vaginanya, setelah masuk semua aku menarik perlahan-lahan dan memasukkannya kembali secara perlahan-lahan. "Ahh.. ayo Sayang.. ohh.. cepat.." Aku pun mulai mempercepat gerakanku. Dari tempatku terlihat Tuti dan Riyas saling menggesek-gesekkan vagina mereka. "Auuhh.. oouuhh.. iyahh.. yahh.. sshh.. hh.." desahan Erni berubah menjadi teriakan histeris penuh nafsu.
Tak lama kemudian Erni mencapai orgasme, tapi aku terus menusukkan penis ke arah vagina Erni. "Gantian donk, aku juga pingin nih.." kata Tuti sambil menciumi bibir Erni. Aku pun menarik penisku dan mengarahkan ke vagina Tuti setelah dia telentang. Ketika penisku masuk, vaginanya terasa licin sekali dan mudah sekali untuk masuk, rupanya dia telah mengalami orgasme bersama Riyas. Tampaklah Erni dan Riyas tertidur di lantai sambil berpelukan. Sedangkan aku terus menggenjot tubuh Tuti sampai akhirnya Tuti sudah mencapai puncak dan aku merasakan akan ada sesuatu yang akan keluar. "Aahh.." suara yang keluar dari mulutku dan Tuti. Akhirnya kami berempat tertidur dan pulang pada esok paginya. Setelah kejadian itu aku tidak pernah bertemu dengan Tuti dan Erni. Riyas sekarang sudah menikah dan tetap tinggal di ruko itu. Sedangkan aku masih sibuk dengan urusan kerja dan tidak pernah ke warnet itu lagi karena sudah ada sambungan internet di rumahku.
__________________
Jumat, 02 April 2010
Doraemon X: Mesin Penambah Umur
Part - 1
Serial kartun Doraemon sudah tak asing bagi anak-anak, remaja mapun orang dewasa sekalipun. Dalam serial kartun yang rutin muncul dalam layar televisi itu diceritakan tentang masalah keseharian yang dialami anak bernama Nobita dan selalu dibantu oleh Doraemon seekor kucing cerdas dari abad mendatang yang memiliki kantung ajaib dan berisi berbagai mesin aneh yang dapat memecahkan masalah Nobita. Dalam serial cerita saya, Doraemon X adalah cerita mirip aslinya tapi khusus untuk dewasa karena mengandung unsur sex.
__________________
Pada suatu siang, Nobita pulang sekolah dengan wajah kusut dan perasaan kesal. Sesampai dikamarnya, Nobita melemparkan tas sekolah yang ia bawa tanpa melihat arahnya. Tanpa sengaja tas itu mengenai Doraemon yang lagi asyik tiduran diatas lantai. "Aduh.. Nobita ada apa sih pulang-pulang kok marah-marah gitu?", tanya Doraemon sambil mengusap-usap kepalanya.
"Oh, maaf-maaf Doraemon, aku nggak sengaja!", sahut Nobita dan meninggalkan Doraemon.
Sekesal-kesalnya Nobita tapi untuk urusan perut lapar, ia tak pernah tidak memperhatikannya.
Dengan perut kenyang Nobita kembali kekamarnya.
Bertemu muka dengan Nobita yang sedang murung, Doraemon kembali bertanya, "Ada apa kok murung terus? Apa ulanganmu jelek lagi? Apa dimarahi gurumu lagi?".
"Kalau urusan ulangan jelek dan dimarahi guru itu biasa, ini lain", jawab Nobita.
"Lalu ada apa?", tanya Doraemon lagi.
"Ini soal uang. Teman-teman sepakat urunan 1000 yen per anak untuk tamasya ke pantai padahal tabunganku udah habis. Gimana dong, Doraemon?", tanya Nobita.
"Ya nggak usah ikut!", jawab Doraemon santai.
"Uhh.. malu dong sama teman-teman!", kata Nobita dengan wajah melas.
"Eh, Doraemon punya nggak mesin untuk menghasilkan uang?", tanya Nobita.
"Nggak ada mesin seperti itu, yang ada mesin-mesin untuk membantu orang memperoleh uang", ujar Doraemon.
"Apa itu?", tanya Nobita penasaran.
"Contohnya ini, Mesin Penambah Umur", ucap Doraemon sambil mengeluarkan sebuah mesin dari dalam kantong ajaibnya.
"Bagaimana caranya dapat uang dengan mesin itu?", tanya Nobita tak yakin.
"Dengan mesin ini umurmu bisa bertambah dan dengan bertambahnya umurmu kamu dapat memperoleh pekerjaan orang dewasa", kata Doraemon.
"Bekerja? Malas ahh..", ucap Nobita.
"Dasar kamu pemalas, mana bisa dapat uang kalau tanpa bekerja?", tanya Doraemon dengan kesal.
Tapi Nobita tak menanggapi lagi ucapan Doraemon karena sudah tertidur tak tertarik dengan usulan Doraemon.
Malam hari setelah Nobita menyelesaikan tugas-tugas sekolah, dilihatnya mesin penambah umur yang diperlihatkan Doraemon siang tadi tergeletak di pojok kamar. Ia menjadi penasaran untuk mencoba mesin itu. Ia kepingin tahu wajahnya pada waktu dewasa nanti. Tak tahu cara mengoperasikan alat itu, dicarinya Doraemon. Doraemon yang sedang asyik menonton acara "Goyang Inul", dari televisi ditarik paksa oleh Nobita kekamarnya.
"Ada apa sih gangguin aja?", tanya Doraemon kesal.
"Ini gimana cara pakainya?", tanya Nobita dengan menunjukkan mesin itu.
Setelah menerangkan caranya pada Nobita, Doraemon kembali keruang tengah menyelesaikan acara kesayangannya.
Khawatir diketahui orang tuanya, Nobita mengunci pintu kamar sebelum mencoba alat itu. Setelah memasang beberapa kabel ke keningnya, ia memutar saklarnya pada angka "15 tahun". Lantas dipencetnya kenop yang ada di alat itu. Jleb.. sekarang Nobita sudah berubah menjadi pemuda berusia sekitar 25 tahunan. Segera ia lepas semua kabel dari keningnya, lalu mendekat pada cermin yang terletak didekat jendela.
"Wah, alat Doraemon hebat! Aku jadi pemuda ganteng..", kagum Nobita pada dirinya sendiri.
Tak puas hanya melihat wajahnya saja, Nobita lalu melepas semua pakaiannya hingga telanjang.
Terus mengagumi dirinya sendiri Nobita tak sadar bahwa tetangganya yang baru saja pindah disamping rumahnya, melihatnya telanjang dari jendela kamar Nobita yang ada dilantai atas. Nyonya Michiko, tetangga Nobita adalah wanita berumur 29 tahun, istri seorang karyawan swasta dan telah 4 tahun menikah tapi belum dikaruniai anak. Melihat ada seorang pemuda dikamar Nobita, nyonya Michiko sedikit heran karena ia tahu bahwa Nobita anak tunggal. Keheranan nyonya Michiko terganti dengan rasa penasaran pada pemuda yang saat ini dilihatnya lagi telanjang.
Beberapa menit sudah berlalu tapi Nobita masih tetap belum puas memandangi dirinya sendiri dari cermin dimukanya. Secara tak sadar tangannya yang lagi mengusap lembut tubuhnya sendiri melewati daerah kemaluannya. Rangsangan ringan yang tak disengaja pada pemuda seusia Nobita saat ini membuat burungnya yang menggantung berubah mengeras dan berdiri. Tentu saja hal ini membuat Nobita agak kaget. Dipegangnya burung itu sehingga ukurannya makin lama makin besar dan semakin keras. Tegak berdiri pada ukuran maksimalnya, Nobita merasakan keenakan ketika mengusap burungnya. Usapan tangan dan sedikit remasan pada burungnya membuatnya lupa diri.
Muka Ny. Michiko menjadi merah melihat dengan jelas kejadian itu melalui jendela kamarnya. Merasa malu karena mengintip pemuda telanjang tapi segan menghindarinya karena desakan nafsunya juga sudah tinggi. Tak terasa tangannya sudah masuk berada dibalik kimononya, mengusap-usap permukaan celana dalamnya hingga agak basah. Tapi tak lama kemudian ia terpaksa harus menyudahinya karena kedatangan suaminya dari pulang kerja.
Nobita yang masih heran dan bingung dengan apa yang terjadi dengan dirinya tadi bergegas mengenakan kembali pakaiannya dan merubah kembali tubuhnya kebentuk semula ketika mendengar teriakan Doraemon mengajaknya makan malam bersama. Setelah membuka pintu kamar, ia segera keruang makan untuk bergabung dengan keluarganya dan Doraemon.
Dilihatnya Doraemon sudah melahap makanannya sambil berkata pada Nobita, "Cepat Nobita.., sebelum kuhabiskan semuanya! Nonton goyang Inul bikin perutku ikut lapar".
Nobita yang khawatir nggak kebagian makanan, segera ikut bergabung.
Malamnya ketika Doraemon dan Nobita akan beranjak tidur, Nobita menyempatkan diri menghirup udara malam yang segar melalui jendela kamarnya yang terbuka. Tiba-tiba Nobita memanggil Doraemon yang lagi siap-siap berangkat tidur.
"Sini Doraemon.. ayo cepat sini!", perintah Nobita.
"Ada apa sih?", tanya Doraemon menuju ke jendela.
Tanpa komentar lagi keduanya langsung memelototi sebuah pemandangan yang menghebohkan.
Keduanya melihat tuan dan nyonya Michiko sedang asyik melakukan adegan panas.
"Apa sih yang mereka lakukan?", tanya Nobita.
"Ssst.. ini lebih asyik dari goyang Inul!", kata Doraemon sambil menarik Nobita menjauh dari jendela.
"Uhh.. Doraemon ada apa sih main tarik aja!", ujar Nobita.
"Jangan ramai nanti mereka tahu kalau diintip. Pake ini aja, Mesin Teleskop Penembus Dinding! Cepat pasang yang ini ke jendela, kita tonton dari layar ini", kata Doraemon sambil mengeluarkan sebuah alat dari kantong ajaibnya dan memberi arahan pada Nobita.
Ternyata yang dikatakan Doraemon benar. Dari layar kecil yang terhubung dengan kamera kecil terarah kerumah tetangga Nobita, mereka berdua dapat lebih jelas melihat apa yang dilakukan oleh tuan dan nyonya Michiko.
Terlihat Ny. Michiko dengan buasnya menunggangi suaminya sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya. Dengan bermandikan keringat tuan dan Ny. Michiko terus menggerakkan semua bagian tubuhnya hingga keduanya lemas terlentang diatas ranjang.
"Hehehe.. asyiik!", ucap Doraemon.
"Apanya yang asyik?", tanya Nobita tak mengerti samasekali.
"Nobita kamu masih kecil jadi ya belum mengerti soal begituan", jawab Nobita.
"Soal begituan apaan?", kejar Nobita.
"Huh, kalau kuterangkan aku yang capek, ini pake aja, aku mau tidur", jawab Doraemon sambil menyerahkan sebuah alat mirip helm yang baru dikeluarkan dari kantong ajaibnya.
"Apa ini?", tanya Nobita lagi.
"Itu adalah Mesin Kamasutra, udah pakai aja dikepalamu nanti kamu tahu sendiri, aku mau mimpi ngebor Inul", jawab Doraemon lalu tidur.
Setelah naik keatas ranjangnya, Nobita mengenakan alat tersebut. Sebuah bayangan seakan-akan muncul didepan matanya. Bayangan-bayangan itu menerangkan perihal soal sex dan semua yang ditanyakan dalam pikiran Nobita dapat terjawab dengan jelas. Satu jam berselang dan Nobita mulai merasa ngantuk tapi ia masih enggan untuk mengakhiri penjelajahan dalam dunia sex yang baru saja dimasukinya. Merasa cukup iapun kemudian tertidur dengan masih memakai Mesin Kamasutra dikepalanya.
Dalam tidurnya, Nobita bermimpi bertemu dengan Shizuka, teman sekelasnya. Dalam mimpi itu Nobita dan Shizuka sama-sama telanjang dan sedang mandi dipantai yang sepi. Mereka berdua saling mendekatkan tubuh dan berciuman mesra sampai sebuah ombak yang datang menjatuhkan mereka berdua. Dengan saling berdekapan mereka terseret ombak hingga kepinggir pantai berpasir. Diatas pasir putih itu Nobita menindih Shizuka sambil terus bercumbu. Burung Nobita yang telah berdiri mengeras menancap pada liang kewanitaan Shizuka yang masih gadis. Berdua mereka membuat irama seiring desiran angin pantai. Saling menatap keduanya melepas hasrat yang telah sampai puncaknya.
Sementara itu Doraemon juga bermimpi melihat langsung Inul lagi menari dan berjoget didepannya diiringi alunan melodi dangdut. Dalam mimpi itu, Doraemon juga lagi bersiap-siap untuk memasukkan burungnya kedalam liang kewanitaan seorang wanita cantik yang telah berbaring terlentang dilantai tempatnya berdiri. Wanita itu memiliki wajah persis seperti Ny. Michiko tetangga Nobita.
"Ayo.. Doraemon cepat masukin!", pinta wanita itu.
Entah dengan alat apa batang kemaluan Doraemon bisa menjadi mirip mata bor yang besar. Lalu dengan memencet sebuah tombol ditangannya batang kemaluan Doraemon bisa berputar layaknya mesin bor, ngiing.. itulah bunyinya. Pelan tapi pasti Doraemon memasukkan batang kemaluannya yang terus berputar kedalam liang kewanitaan wanita cantik itu. Ngiing.. keluar masuk batang kemaluan Doraemon mengebor liang kenikmatan wanita itu.
"Aaah.. terus Doraemon.. aahh.. sshh.. ohh.. bormu enak!", teriak wanita itu keenakan sambil bergelinjang gelinjang liar.
Part - 1
Serial kartun Doraemon sudah tak asing bagi anak-anak, remaja mapun orang dewasa sekalipun. Dalam serial kartun yang rutin muncul dalam layar televisi itu diceritakan tentang masalah keseharian yang dialami anak bernama Nobita dan selalu dibantu oleh Doraemon seekor kucing cerdas dari abad mendatang yang memiliki kantung ajaib dan berisi berbagai mesin aneh yang dapat memecahkan masalah Nobita. Dalam serial cerita saya, Doraemon X adalah cerita mirip aslinya tapi khusus untuk dewasa karena mengandung unsur sex.
__________________
Pada suatu siang, Nobita pulang sekolah dengan wajah kusut dan perasaan kesal. Sesampai dikamarnya, Nobita melemparkan tas sekolah yang ia bawa tanpa melihat arahnya. Tanpa sengaja tas itu mengenai Doraemon yang lagi asyik tiduran diatas lantai. "Aduh.. Nobita ada apa sih pulang-pulang kok marah-marah gitu?", tanya Doraemon sambil mengusap-usap kepalanya.
"Oh, maaf-maaf Doraemon, aku nggak sengaja!", sahut Nobita dan meninggalkan Doraemon.
Sekesal-kesalnya Nobita tapi untuk urusan perut lapar, ia tak pernah tidak memperhatikannya.
Dengan perut kenyang Nobita kembali kekamarnya.
Bertemu muka dengan Nobita yang sedang murung, Doraemon kembali bertanya, "Ada apa kok murung terus? Apa ulanganmu jelek lagi? Apa dimarahi gurumu lagi?".
"Kalau urusan ulangan jelek dan dimarahi guru itu biasa, ini lain", jawab Nobita.
"Lalu ada apa?", tanya Doraemon lagi.
"Ini soal uang. Teman-teman sepakat urunan 1000 yen per anak untuk tamasya ke pantai padahal tabunganku udah habis. Gimana dong, Doraemon?", tanya Nobita.
"Ya nggak usah ikut!", jawab Doraemon santai.
"Uhh.. malu dong sama teman-teman!", kata Nobita dengan wajah melas.
"Eh, Doraemon punya nggak mesin untuk menghasilkan uang?", tanya Nobita.
"Nggak ada mesin seperti itu, yang ada mesin-mesin untuk membantu orang memperoleh uang", ujar Doraemon.
"Apa itu?", tanya Nobita penasaran.
"Contohnya ini, Mesin Penambah Umur", ucap Doraemon sambil mengeluarkan sebuah mesin dari dalam kantong ajaibnya.
"Bagaimana caranya dapat uang dengan mesin itu?", tanya Nobita tak yakin.
"Dengan mesin ini umurmu bisa bertambah dan dengan bertambahnya umurmu kamu dapat memperoleh pekerjaan orang dewasa", kata Doraemon.
"Bekerja? Malas ahh..", ucap Nobita.
"Dasar kamu pemalas, mana bisa dapat uang kalau tanpa bekerja?", tanya Doraemon dengan kesal.
Tapi Nobita tak menanggapi lagi ucapan Doraemon karena sudah tertidur tak tertarik dengan usulan Doraemon.
Malam hari setelah Nobita menyelesaikan tugas-tugas sekolah, dilihatnya mesin penambah umur yang diperlihatkan Doraemon siang tadi tergeletak di pojok kamar. Ia menjadi penasaran untuk mencoba mesin itu. Ia kepingin tahu wajahnya pada waktu dewasa nanti. Tak tahu cara mengoperasikan alat itu, dicarinya Doraemon. Doraemon yang sedang asyik menonton acara "Goyang Inul", dari televisi ditarik paksa oleh Nobita kekamarnya.
"Ada apa sih gangguin aja?", tanya Doraemon kesal.
"Ini gimana cara pakainya?", tanya Nobita dengan menunjukkan mesin itu.
Setelah menerangkan caranya pada Nobita, Doraemon kembali keruang tengah menyelesaikan acara kesayangannya.
Khawatir diketahui orang tuanya, Nobita mengunci pintu kamar sebelum mencoba alat itu. Setelah memasang beberapa kabel ke keningnya, ia memutar saklarnya pada angka "15 tahun". Lantas dipencetnya kenop yang ada di alat itu. Jleb.. sekarang Nobita sudah berubah menjadi pemuda berusia sekitar 25 tahunan. Segera ia lepas semua kabel dari keningnya, lalu mendekat pada cermin yang terletak didekat jendela.
"Wah, alat Doraemon hebat! Aku jadi pemuda ganteng..", kagum Nobita pada dirinya sendiri.
Tak puas hanya melihat wajahnya saja, Nobita lalu melepas semua pakaiannya hingga telanjang.
Terus mengagumi dirinya sendiri Nobita tak sadar bahwa tetangganya yang baru saja pindah disamping rumahnya, melihatnya telanjang dari jendela kamar Nobita yang ada dilantai atas. Nyonya Michiko, tetangga Nobita adalah wanita berumur 29 tahun, istri seorang karyawan swasta dan telah 4 tahun menikah tapi belum dikaruniai anak. Melihat ada seorang pemuda dikamar Nobita, nyonya Michiko sedikit heran karena ia tahu bahwa Nobita anak tunggal. Keheranan nyonya Michiko terganti dengan rasa penasaran pada pemuda yang saat ini dilihatnya lagi telanjang.
Beberapa menit sudah berlalu tapi Nobita masih tetap belum puas memandangi dirinya sendiri dari cermin dimukanya. Secara tak sadar tangannya yang lagi mengusap lembut tubuhnya sendiri melewati daerah kemaluannya. Rangsangan ringan yang tak disengaja pada pemuda seusia Nobita saat ini membuat burungnya yang menggantung berubah mengeras dan berdiri. Tentu saja hal ini membuat Nobita agak kaget. Dipegangnya burung itu sehingga ukurannya makin lama makin besar dan semakin keras. Tegak berdiri pada ukuran maksimalnya, Nobita merasakan keenakan ketika mengusap burungnya. Usapan tangan dan sedikit remasan pada burungnya membuatnya lupa diri.
Muka Ny. Michiko menjadi merah melihat dengan jelas kejadian itu melalui jendela kamarnya. Merasa malu karena mengintip pemuda telanjang tapi segan menghindarinya karena desakan nafsunya juga sudah tinggi. Tak terasa tangannya sudah masuk berada dibalik kimononya, mengusap-usap permukaan celana dalamnya hingga agak basah. Tapi tak lama kemudian ia terpaksa harus menyudahinya karena kedatangan suaminya dari pulang kerja.
Nobita yang masih heran dan bingung dengan apa yang terjadi dengan dirinya tadi bergegas mengenakan kembali pakaiannya dan merubah kembali tubuhnya kebentuk semula ketika mendengar teriakan Doraemon mengajaknya makan malam bersama. Setelah membuka pintu kamar, ia segera keruang makan untuk bergabung dengan keluarganya dan Doraemon.
Dilihatnya Doraemon sudah melahap makanannya sambil berkata pada Nobita, "Cepat Nobita.., sebelum kuhabiskan semuanya! Nonton goyang Inul bikin perutku ikut lapar".
Nobita yang khawatir nggak kebagian makanan, segera ikut bergabung.
Malamnya ketika Doraemon dan Nobita akan beranjak tidur, Nobita menyempatkan diri menghirup udara malam yang segar melalui jendela kamarnya yang terbuka. Tiba-tiba Nobita memanggil Doraemon yang lagi siap-siap berangkat tidur.
"Sini Doraemon.. ayo cepat sini!", perintah Nobita.
"Ada apa sih?", tanya Doraemon menuju ke jendela.
Tanpa komentar lagi keduanya langsung memelototi sebuah pemandangan yang menghebohkan.
Keduanya melihat tuan dan nyonya Michiko sedang asyik melakukan adegan panas.
"Apa sih yang mereka lakukan?", tanya Nobita.
"Ssst.. ini lebih asyik dari goyang Inul!", kata Doraemon sambil menarik Nobita menjauh dari jendela.
"Uhh.. Doraemon ada apa sih main tarik aja!", ujar Nobita.
"Jangan ramai nanti mereka tahu kalau diintip. Pake ini aja, Mesin Teleskop Penembus Dinding! Cepat pasang yang ini ke jendela, kita tonton dari layar ini", kata Doraemon sambil mengeluarkan sebuah alat dari kantong ajaibnya dan memberi arahan pada Nobita.
Ternyata yang dikatakan Doraemon benar. Dari layar kecil yang terhubung dengan kamera kecil terarah kerumah tetangga Nobita, mereka berdua dapat lebih jelas melihat apa yang dilakukan oleh tuan dan nyonya Michiko.
Terlihat Ny. Michiko dengan buasnya menunggangi suaminya sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya. Dengan bermandikan keringat tuan dan Ny. Michiko terus menggerakkan semua bagian tubuhnya hingga keduanya lemas terlentang diatas ranjang.
"Hehehe.. asyiik!", ucap Doraemon.
"Apanya yang asyik?", tanya Nobita tak mengerti samasekali.
"Nobita kamu masih kecil jadi ya belum mengerti soal begituan", jawab Nobita.
"Soal begituan apaan?", kejar Nobita.
"Huh, kalau kuterangkan aku yang capek, ini pake aja, aku mau tidur", jawab Doraemon sambil menyerahkan sebuah alat mirip helm yang baru dikeluarkan dari kantong ajaibnya.
"Apa ini?", tanya Nobita lagi.
"Itu adalah Mesin Kamasutra, udah pakai aja dikepalamu nanti kamu tahu sendiri, aku mau mimpi ngebor Inul", jawab Doraemon lalu tidur.
Setelah naik keatas ranjangnya, Nobita mengenakan alat tersebut. Sebuah bayangan seakan-akan muncul didepan matanya. Bayangan-bayangan itu menerangkan perihal soal sex dan semua yang ditanyakan dalam pikiran Nobita dapat terjawab dengan jelas. Satu jam berselang dan Nobita mulai merasa ngantuk tapi ia masih enggan untuk mengakhiri penjelajahan dalam dunia sex yang baru saja dimasukinya. Merasa cukup iapun kemudian tertidur dengan masih memakai Mesin Kamasutra dikepalanya.
Dalam tidurnya, Nobita bermimpi bertemu dengan Shizuka, teman sekelasnya. Dalam mimpi itu Nobita dan Shizuka sama-sama telanjang dan sedang mandi dipantai yang sepi. Mereka berdua saling mendekatkan tubuh dan berciuman mesra sampai sebuah ombak yang datang menjatuhkan mereka berdua. Dengan saling berdekapan mereka terseret ombak hingga kepinggir pantai berpasir. Diatas pasir putih itu Nobita menindih Shizuka sambil terus bercumbu. Burung Nobita yang telah berdiri mengeras menancap pada liang kewanitaan Shizuka yang masih gadis. Berdua mereka membuat irama seiring desiran angin pantai. Saling menatap keduanya melepas hasrat yang telah sampai puncaknya.
Sementara itu Doraemon juga bermimpi melihat langsung Inul lagi menari dan berjoget didepannya diiringi alunan melodi dangdut. Dalam mimpi itu, Doraemon juga lagi bersiap-siap untuk memasukkan burungnya kedalam liang kewanitaan seorang wanita cantik yang telah berbaring terlentang dilantai tempatnya berdiri. Wanita itu memiliki wajah persis seperti Ny. Michiko tetangga Nobita.
"Ayo.. Doraemon cepat masukin!", pinta wanita itu.
Entah dengan alat apa batang kemaluan Doraemon bisa menjadi mirip mata bor yang besar. Lalu dengan memencet sebuah tombol ditangannya batang kemaluan Doraemon bisa berputar layaknya mesin bor, ngiing.. itulah bunyinya. Pelan tapi pasti Doraemon memasukkan batang kemaluannya yang terus berputar kedalam liang kewanitaan wanita cantik itu. Ngiing.. keluar masuk batang kemaluan Doraemon mengebor liang kenikmatan wanita itu.
"Aaah.. terus Doraemon.. aahh.. sshh.. ohh.. bormu enak!", teriak wanita itu keenakan sambil bergelinjang gelinjang liar.
Vina , mahasiswi cantik dan seksi , beberapa bulan yang lalu dia dikhianati oleh pacarnya , untuk menghibur diri ia pegi ke bioskop sendirian , disana dia bertemu dengan seroang pria yg memberinya pengalaman seksual tak terlupakan , bahkan pria itu kini telah membuat vina menjadi sex addict!!!..........hmmm...tanya kenapa..?
hari itu , vina akan menghadiri pernikahan saudaranya di surabaya , setelah menimbang nimbang kira kira , akan memakai transportasi apa , vina memutuskan untuk menggunakan bis kota saja,karena dengan bis kota dia bisa mampir kemana dia suka.
vina terlihat cantik sekali hari itu , dengan rok selutut dan sweater . ketika dia menunggu bis banyak lelaki yg menggodanya dan bahkan berani mengajaknya berkenalan , namun vina tidak menganggap serius itu semua..well at least ..not yet!!!
saat ia naik bis , hampir semua mata pria tak lepas menatapnya , wajah cantiknya , tonjolan di balik sweaternya dan kaki mulusnya, para pria itu berharap vina mau duduk di kursi di sebelahnya.
vina akhirnya memilih jok dua kursi paling belakang , seorang pria tampan dengan gaya gentlmen menyilakan vina duduk di samping jendela , vina tersenyum dan menerima tawaran pria itu.
sepanjang perjalanan pria itu mengenalkan diri , namanya bobby . kesempatan berbicara dengan vina , bobby manfaatkan dengan sesekali mencuri pandang pada buah dada vina di balik sweater , terkadang "tanpa sengaja" lengannya menyenggol tonjolan tersebut , vina sebenarnya tahu , namun ia hanya tersenyum saja, pura pura tidak terjadi apa apa.
malam menjelang , sebagian penumpang sudah mulai tertidur.
bobby mulai mengarahkan pembicaraan menjurus pada masalah sex.
"vin....gue penasaran nih........" kata bobby
"penasaran apa sih.....?" tanya vina
"kamu pernah operasi plastik ga....?"
vina heran, " loo..emang kenapa nanya gitu...?"
"ya..engga..sekarang kan banyak tuh..perempuan yg mempercantik diri pake operasi.."
"sorry ye...aku sih ga pake gitu gituan.......aku masih pede kok sama aku yg sekarang....."
bobby terdiam tak bicara hanya memandangi vina
"emang kenapa bob...?" tanya vina
"klo gitu itu asli dong...." jawab bobby sambil melempar pandangan pada buah dada vina.
vina hanya tersenyum , ia lalu meraih tangan bobby dan menyentuhkannya ke tonjolan dadanya.
dengan semangat bobby meremas remas buah dada yg masih terbungkus sweater itu.
"asli kan...? " goda vina dengan nada nakal
bobby tersenyum cabul dan berbisik di telinga vina , " asli dan cantik.....say...boleh ga aku...nyicipin..diiikiit aja...?"
vina menggeleng pelan sambil memperhatikan sekeliling khawatir ada yg melihat.
"jangan khawatir say....udah pada tidur kok semua...sebentar aja" kata bobby.
vina sekali lagi memperhatikan sekeliling , stelah dirasa aman , ia kemudian merendahkan posisi duduknya , lalu menarik ke atas sweaternya , ternyata di balik sweater itu , vina tak menggunakan apa apa lagi , not even bra..!!
melihat buah dada vina yg menggiurkan membuat nafsu bobby makin naik ke ubun ubun , dengan sekejap ia telah meremas dan menjilati buah dada gadis itu dengan rakusnya.
"ooh......ooahhhh..hmmmmm..hh" vina merintih pelan saat putingnya dijilati dan disedot dengan penuh nafsu.
apalagi kini tangan bobby sudah menyelinap ke balik rok vina dan memainkan vaginanya yg mulai basah.
vina hanya merintih pelan dan menggelinjang sambil berusaha tak menarik perhatian orang sekitarnya.
"vina...say...buka paha kamu dong......" bisik bobby pelan.
vina membuka lebar pahanya , bobby kemudian menurunkan celana dalam vina , lalu menjilati bibir vagina gadis cantik itu , membuat vina menggelinjang makin tak tertahan.
jari jemari dan lidah bobby bergantian bermain di vagina vina , dan gadis itu kelihatan sangat menikmati semua itu , dan saat ia mulai merasa hangat dan sebuah ledakan akan keluar dari tubuhnya , vina mendorong bobby menjauh , ia tak mau mengalami orgasme dulu disini.
bobby kembali duduk disebelah vina , namun masih sempat mencium bibir vina sambil meremas buah dada gadis itu , saat lidah mereka berpagut terasa asin buat vina.
bobby kemudian mencium kening vina.
"you are hot girl...." katanya, sementara vina masih berusaha memulihkan diri.
di sebuah terminal , bobby bersiap untuk turun , namun sebelum turun ia sekali lagi mncium bibir vina dan meremas nakal buah dadanya, lalu ia memberikan kartu namanya.
"call me please..." katanya lalu ia pun turun dari bis.
vina terus memandangi bobby yg turun hingga bis kembali berjalan , namun ia sempat melihat bobby di sambut oleh seorang wanita cantik dan anak kecil , hmmm...kelihatannya seperti anak dan istrinya.
"mbak..maaf..boleh saya duduk disini...?" suara seorang pria mengejutkan vina yg sedang memejamkan mata mencoba untuk tidur.
Vina memandangin pria itu , ia mengenali org ini , tadi dia duduk di bangku paling belakang.
"ya..ga apa apa..silakan.." jawab vina sambil kembali memejamkan mata.
"makasih mbak..." pria itu lalu duduk disamping vina.
sebenarnya alasan dia pindah , karena tadi ia melihat adegan panas yg terjadi antara vina dan bobby , ia berharap iapun bisa sedikit merasakan adegan tadi , tapi rupanya vina sudah mulai mengantuk.
"mbak..maaf..boleh saya rentangin tangan..pegel soalnya...?" tanya pria itu.
vina hanya mengangguk pelan , sambil kembali berusaha untuk tidur.
pria itu kemudian merentangkan tangan di sandaran kursi belakang , sambil terus memandangi wajah cantik vina yg mulai terlelap , benar kata orang tua dulu , kecantikan perempuan terlihat saat sedang tidur.
stelah beberapa lama vina kelihatan mulai terlelap , pria itu menurunkan tangannya hingga posisinya merangkul vina , ia elus elus tangan vina , tak ada reaksi rupanya vina memang sudah tertidur.
perlahan sekali , ia mendorong tubuh vina , sampai akhirnya kepalanya tertidur dipangkuan pria itu , tepat di depan penisnya yg mulai mengeras.
pria itu dengan perlahan juga menyingkap sweater vina , dan meremas buah dada gadis itu , ia begitu menikmatinya , namun ketika vina sedikit mengerang ia menghentikan remasannya.
kini pria itu menurunkan sleting celananya dan mengeluarkan penisnya yg sudah keras.
ia sentuh wajah cantik vina dengan penisnya , kulit halus vina terasa memberi sensasi luar biasa pada pria itu , ia kemudian berusaha memasukan penisnya ke mulut vina , namun kali ini ia mengalami kesulitan , ia terus memaksa , hal ini membuat vina terbangun, dan terkejut melihat sweaternya telah tersingkap dan sebuah penis berusaha menerobos masuk ke dalam mulutnya.
segera pria itu menahan kepala vina yg memberontak.
"sshhh.ssssttt...udah diem..diem......gue lihat kok kamu tadi.....ayo..gue juga mau...." kata pria itu.
tak punya pilihan vina membiarkan penis itu masuk ke mulutnya , dan ia pun mulai mejilatinya.
"aaahhhh........" pria itu marasakan kenikmatan kocokan mulut vina, sambil meremas terus buah dada gadis itu.
cukup lama vina harus mengocok penis itu dengan mulutnya , sampai akhirnya pria itu mengeluarkan spermanya ke dalam mulut vina , sebenarnya vina tidak mau , namun kepalanya di tahan oleh pria itu.
"oohh..hebat..thanks sayang..." kata pria itu lalu ia menarik vina ke kursi belakang.
"ehh..apaan sih nih....?" vina protes
"udah..ikut aja.....jangan jual mahal dehh..." kata pria itu sedikit memaksa.
dengan terpaksa vina ikut ke kursi belakang , dan saat vina pindah ke kursi belakang, penumpang di belakang yg ternyata lelaki semua , segera merubah posisi , ada yg duduk di kursi tempat vina sebelumnya , dan yg lain berdiri menghalangi pandangan siapapun yg meilhat kursi belakang, menyisakan sebuah kursi belakang yang ksosong.
"ayo berbaring disana....."
vina mengikuti perintah pria itu , dan sekejap setelah vina berbaring di kursi , pria itu segera menancapkan penisnya di vagina vina dan mulai menggenjotnya , perlahan dan makin lama makin keras , terkadang ia harus menutup mulut vina agar tak merintih terlalu keras.
awalnya vina merasakan ini adalah sebuah pemerkosaan , ia sedikit memberontak , namun lama kelamaan dia mulai menikmati semuanya , ia tak lagi merasakan ini sebagai sebuah pemerkosaan.
dan sepanjang malam itu , vina bergantian menghadaapi dan melayani para lelaki yg tak dikenalnya itu , penis demi penis bergantian masuk ke vaginanya , dan entah sudah berapa kali ia harus mengocok penis itu dengan mulutnya , namun yang pasti perjalanan ke surabaya ini menjadi perjalanan yang tak terlupakan bagi vina.
dan ia pun berpikir untuk menggunakan bis lagi saat pulang.....yaaa..siapa tahu saja.
hari itu , vina akan menghadiri pernikahan saudaranya di surabaya , setelah menimbang nimbang kira kira , akan memakai transportasi apa , vina memutuskan untuk menggunakan bis kota saja,karena dengan bis kota dia bisa mampir kemana dia suka.
vina terlihat cantik sekali hari itu , dengan rok selutut dan sweater . ketika dia menunggu bis banyak lelaki yg menggodanya dan bahkan berani mengajaknya berkenalan , namun vina tidak menganggap serius itu semua..well at least ..not yet!!!
saat ia naik bis , hampir semua mata pria tak lepas menatapnya , wajah cantiknya , tonjolan di balik sweaternya dan kaki mulusnya, para pria itu berharap vina mau duduk di kursi di sebelahnya.
vina akhirnya memilih jok dua kursi paling belakang , seorang pria tampan dengan gaya gentlmen menyilakan vina duduk di samping jendela , vina tersenyum dan menerima tawaran pria itu.
sepanjang perjalanan pria itu mengenalkan diri , namanya bobby . kesempatan berbicara dengan vina , bobby manfaatkan dengan sesekali mencuri pandang pada buah dada vina di balik sweater , terkadang "tanpa sengaja" lengannya menyenggol tonjolan tersebut , vina sebenarnya tahu , namun ia hanya tersenyum saja, pura pura tidak terjadi apa apa.
malam menjelang , sebagian penumpang sudah mulai tertidur.
bobby mulai mengarahkan pembicaraan menjurus pada masalah sex.
"vin....gue penasaran nih........" kata bobby
"penasaran apa sih.....?" tanya vina
"kamu pernah operasi plastik ga....?"
vina heran, " loo..emang kenapa nanya gitu...?"
"ya..engga..sekarang kan banyak tuh..perempuan yg mempercantik diri pake operasi.."
"sorry ye...aku sih ga pake gitu gituan.......aku masih pede kok sama aku yg sekarang....."
bobby terdiam tak bicara hanya memandangi vina
"emang kenapa bob...?" tanya vina
"klo gitu itu asli dong...." jawab bobby sambil melempar pandangan pada buah dada vina.
vina hanya tersenyum , ia lalu meraih tangan bobby dan menyentuhkannya ke tonjolan dadanya.
dengan semangat bobby meremas remas buah dada yg masih terbungkus sweater itu.
"asli kan...? " goda vina dengan nada nakal
bobby tersenyum cabul dan berbisik di telinga vina , " asli dan cantik.....say...boleh ga aku...nyicipin..diiikiit aja...?"
vina menggeleng pelan sambil memperhatikan sekeliling khawatir ada yg melihat.
"jangan khawatir say....udah pada tidur kok semua...sebentar aja" kata bobby.
vina sekali lagi memperhatikan sekeliling , stelah dirasa aman , ia kemudian merendahkan posisi duduknya , lalu menarik ke atas sweaternya , ternyata di balik sweater itu , vina tak menggunakan apa apa lagi , not even bra..!!
melihat buah dada vina yg menggiurkan membuat nafsu bobby makin naik ke ubun ubun , dengan sekejap ia telah meremas dan menjilati buah dada gadis itu dengan rakusnya.
"ooh......ooahhhh..hmmmmm..hh" vina merintih pelan saat putingnya dijilati dan disedot dengan penuh nafsu.
apalagi kini tangan bobby sudah menyelinap ke balik rok vina dan memainkan vaginanya yg mulai basah.
vina hanya merintih pelan dan menggelinjang sambil berusaha tak menarik perhatian orang sekitarnya.
"vina...say...buka paha kamu dong......" bisik bobby pelan.
vina membuka lebar pahanya , bobby kemudian menurunkan celana dalam vina , lalu menjilati bibir vagina gadis cantik itu , membuat vina menggelinjang makin tak tertahan.
jari jemari dan lidah bobby bergantian bermain di vagina vina , dan gadis itu kelihatan sangat menikmati semua itu , dan saat ia mulai merasa hangat dan sebuah ledakan akan keluar dari tubuhnya , vina mendorong bobby menjauh , ia tak mau mengalami orgasme dulu disini.
bobby kembali duduk disebelah vina , namun masih sempat mencium bibir vina sambil meremas buah dada gadis itu , saat lidah mereka berpagut terasa asin buat vina.
bobby kemudian mencium kening vina.
"you are hot girl...." katanya, sementara vina masih berusaha memulihkan diri.
di sebuah terminal , bobby bersiap untuk turun , namun sebelum turun ia sekali lagi mncium bibir vina dan meremas nakal buah dadanya, lalu ia memberikan kartu namanya.
"call me please..." katanya lalu ia pun turun dari bis.
vina terus memandangi bobby yg turun hingga bis kembali berjalan , namun ia sempat melihat bobby di sambut oleh seorang wanita cantik dan anak kecil , hmmm...kelihatannya seperti anak dan istrinya.
"mbak..maaf..boleh saya duduk disini...?" suara seorang pria mengejutkan vina yg sedang memejamkan mata mencoba untuk tidur.
Vina memandangin pria itu , ia mengenali org ini , tadi dia duduk di bangku paling belakang.
"ya..ga apa apa..silakan.." jawab vina sambil kembali memejamkan mata.
"makasih mbak..." pria itu lalu duduk disamping vina.
sebenarnya alasan dia pindah , karena tadi ia melihat adegan panas yg terjadi antara vina dan bobby , ia berharap iapun bisa sedikit merasakan adegan tadi , tapi rupanya vina sudah mulai mengantuk.
"mbak..maaf..boleh saya rentangin tangan..pegel soalnya...?" tanya pria itu.
vina hanya mengangguk pelan , sambil kembali berusaha untuk tidur.
pria itu kemudian merentangkan tangan di sandaran kursi belakang , sambil terus memandangi wajah cantik vina yg mulai terlelap , benar kata orang tua dulu , kecantikan perempuan terlihat saat sedang tidur.
stelah beberapa lama vina kelihatan mulai terlelap , pria itu menurunkan tangannya hingga posisinya merangkul vina , ia elus elus tangan vina , tak ada reaksi rupanya vina memang sudah tertidur.
perlahan sekali , ia mendorong tubuh vina , sampai akhirnya kepalanya tertidur dipangkuan pria itu , tepat di depan penisnya yg mulai mengeras.
pria itu dengan perlahan juga menyingkap sweater vina , dan meremas buah dada gadis itu , ia begitu menikmatinya , namun ketika vina sedikit mengerang ia menghentikan remasannya.
kini pria itu menurunkan sleting celananya dan mengeluarkan penisnya yg sudah keras.
ia sentuh wajah cantik vina dengan penisnya , kulit halus vina terasa memberi sensasi luar biasa pada pria itu , ia kemudian berusaha memasukan penisnya ke mulut vina , namun kali ini ia mengalami kesulitan , ia terus memaksa , hal ini membuat vina terbangun, dan terkejut melihat sweaternya telah tersingkap dan sebuah penis berusaha menerobos masuk ke dalam mulutnya.
segera pria itu menahan kepala vina yg memberontak.
"sshhh.ssssttt...udah diem..diem......gue lihat kok kamu tadi.....ayo..gue juga mau...." kata pria itu.
tak punya pilihan vina membiarkan penis itu masuk ke mulutnya , dan ia pun mulai mejilatinya.
"aaahhhh........" pria itu marasakan kenikmatan kocokan mulut vina, sambil meremas terus buah dada gadis itu.
cukup lama vina harus mengocok penis itu dengan mulutnya , sampai akhirnya pria itu mengeluarkan spermanya ke dalam mulut vina , sebenarnya vina tidak mau , namun kepalanya di tahan oleh pria itu.
"oohh..hebat..thanks sayang..." kata pria itu lalu ia menarik vina ke kursi belakang.
"ehh..apaan sih nih....?" vina protes
"udah..ikut aja.....jangan jual mahal dehh..." kata pria itu sedikit memaksa.
dengan terpaksa vina ikut ke kursi belakang , dan saat vina pindah ke kursi belakang, penumpang di belakang yg ternyata lelaki semua , segera merubah posisi , ada yg duduk di kursi tempat vina sebelumnya , dan yg lain berdiri menghalangi pandangan siapapun yg meilhat kursi belakang, menyisakan sebuah kursi belakang yang ksosong.
"ayo berbaring disana....."
vina mengikuti perintah pria itu , dan sekejap setelah vina berbaring di kursi , pria itu segera menancapkan penisnya di vagina vina dan mulai menggenjotnya , perlahan dan makin lama makin keras , terkadang ia harus menutup mulut vina agar tak merintih terlalu keras.
awalnya vina merasakan ini adalah sebuah pemerkosaan , ia sedikit memberontak , namun lama kelamaan dia mulai menikmati semuanya , ia tak lagi merasakan ini sebagai sebuah pemerkosaan.
dan sepanjang malam itu , vina bergantian menghadaapi dan melayani para lelaki yg tak dikenalnya itu , penis demi penis bergantian masuk ke vaginanya , dan entah sudah berapa kali ia harus mengocok penis itu dengan mulutnya , namun yang pasti perjalanan ke surabaya ini menjadi perjalanan yang tak terlupakan bagi vina.
dan ia pun berpikir untuk menggunakan bis lagi saat pulang.....yaaa..siapa tahu saja.
VIDEO
Kuperkenalkan diri saya lagi, nama saya Henri, kelas 3 SMA di Jakarta. Kalo ini saya tidak akan menceritakan kisah seks saya dengan Jovie seperti dalam cerita sebelumnya "Laporan Biologi." Tapi kali ini saya akan menceritakan kisah seks saya dengan seorang adik kelas. Kejadiannya kira-kira awal bulan Desember lalu.
Namanya Nia. Ia satu tahun dibawahku. Nia mempunyai wajah yang manis ditemani rambutnya yang sebahu. Kulitnya putih kecoklatan. Badannya kurus namun Nia memiliki payudara yang cukup besar. Sebenarnya saat ia memakai seragam sekolah, sekilas payudaranya tidak tampak besar. Namun saya pernah melihatnya membungkukkan badan, dan terlihat kedua payudaranya yang montok tersebut. Sejak saat itu Nia sering menjadi bahan pembicaraan kawan-kawan lelakiku.
Hubunganku dengan Nia cukup dekat. Terkadang kami suka jalan bareng bersama teman-temanku dan teman-temannya. Cukup banyak cowok yang mengejarnya. Namun sepertinya ia masih senang "jomblo." Sehingga saya tidak berusaha mendekatinya.
Senin, 5 Desember 2005
Tiba-tiba nia menghubungiku dan meintaku untuk dating ke rumahnya.
(Kring".kring".)
Nia : "Halo. Henry?"
Aku: "Iya. Kenapa ni?"
Nia : "Tolongin gw donk Hen! Besok gw ulangan computer. Lu kan jago ajarin donk."
Aku: "Ok. Gw kesono sekarang?"
Nia :"Iya. Gw tunggu ya."
Saya pun langsung bergegas ke rumah Nia yang letaknya tidak begitu jauh dengan rumahku.
Di rumah Nia saya dipersilahkan masuk oleh kakak perempuannya. Rupanya bila dibandingkan antara Nia dan kakaknya, Nia jauh lebih cantik. Denagn melihatnya saya bisa tahu perawakan kakaknya yang tomboi. Setelah masuk saya langsung disuruh duduk di depan computer, di samping ruang keluarga. Sementara Nia sedang mandi.
Sambil menunggu saya mengutak-ngutik computer yang ada di depan saya. Dan kemudian saya menemukan folder yang dihidden. Setelah diunhidden, ternyata nama folder tersebut cukup aneh dan menimbulkan rasa penasaran "skes." Lalu kudoubleclick folder tersebut dan ternyata masih ada folder lain didalamnya. Kubuka lagi folder demi folder dan akhirnya saya menemukan 2 folder yang namanya "Exploring" dan "Others." Lalu kubuka folder Exploring. Dan didalamnya kutemukan file-file berupa gambar dan video. Lalu kubuka saja gambar yang namanya "ddg." Isi dari gambar tersebut sangat mengejutkanku. Ternyata gambar tersebut adalah foto Nia yang bertelanjang dada, sehingga payudaranya yang besar itu terlihat jelas. Lalu kubuka video yang berjudul "mstr". Video tersebut lebih mengejutkanku lagi. Isinya video Nia sedang meraba-raba vaginanya(masturbasi).
Tanpa pikir panjang langsung kuambil CD-RW dari Cd case ku. Langsung kumasukkan Cd ku ke CD-ROMnya dan untung saja ada di computer Nia ada software Nero. Maka kuburn saja folder "skes" beserta semua isinya. Setelah selesai kuburn, kusimpan kembali CD-RWku da kuhiddenkan kembali folder tersebut.
Tiba-tiba muncul Nia keluar dari kamar mandi sambil mengenakan baju handuk putih
Nia : "Sori Hen, nunggu lama ya" Aku ganti baju dulu ya"
Aku: "Huihh"Untung tidak ketahuan."
Setelah itu kami mulai belajar tentang bahan ulangan Nia yaitu Ms.Access.
Sekitar pk.20.00, pelajaran kami berakhir dan saya pun pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, saya langsung ke kamar dan menyalakan computer. Kumasukkan CD-RW tadi ke CD-ROM. Kubuka satu persatu foto-foto Nia. Foto-foto tersebut membuat nafsuku naik mendadak. Semua bagian tubuh Nia terlihat di foto-foto tersebut mulai dari payudara, perut, paha, pantat, selangkangan sampai vaginanya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Apalagi videonya, rata-rata berisi kegiatan masturbasi Nia. Sedangkan di folder Others, isinya gambar-gambar pria bugil dan gambar-gambar porno.
Keesokan harinya saat istirahat saya menghampiri Nia di kelasnya.
Aku: "Bisa gak ulangannya?"
Nia : "Bisa donk, thanks banget ya. Kapan-kapan gw traktir deh."
Setelah beberapa saat mengobrol, bel masuk berbunyi. Sebelum kembali ke kelas, aku membisikkan sesuatu ke telinganya.
Aku: "You like to EXPLORING, hah?"
Pada sore hari, tiba-tiba Nia mengirik SMS kepada saya.
Isinya " Hen, kerumah gw ya. Sekarang!Ada yang mo gw omongin."
Isi SMS tersebut cukup membuatku bingung, namun akhirnya saya memutuskan untuk pergi ke rumahnya.
Sesampainya disana, Nia sendiri yang membukakan pintu untukku.
Aku: "Ada apa Ni?"
Nia : "Yuk masuk, kita ngomong di dalem aja."
Aku: "Kok sepi, pada kemana?"
Nia : "Bonyok kan belum pulang, kakak gw lagi nginep rumah temennya."
Lalu kami duduk di depan computer
Aku: "Lu minta diajarin computer lagi?"?"
Nia : "Oh, gak. Gw cuma mo nanya tadi maksud bisikan lu di sekolah paan sih?"
Aku: "(Dengan maksud menyindir) Lu tau gak "skes", "exploring", "others"."
Nia : "(kaget) Hah!!Egh..eh"Mo minum apa?"
Aku: "Udahlah gak usah pura-pura, itu smua uda gw burn."
(Lalu kubuka folder skes)
Nia : "Lu gak kasih liat ke orang lain kan"Jangan donk, please balikin donk!!"
Aku: "Belum sih, tapi liat aja nanti"."
Nia : "(berdiri)Sialan! Jahat banget lu! Awa lu! Klo gitu lu mo apa" Duit"!"
Aku: "(berdiri)Gw mo ini!"
Kupeluk Nia dengan kedua tanganku. Kucium bibirnya. Nia memiliki bibir tipis yang seksi dan ternyata terasa lembut yang membuatku semakin nafsu. Kuciumi terus bibirnya. Dan tanganku mulai melakukan aksinya. Kuremas payudara kanannya dengan tangan kiriku. Payudaranya terasa kenyal namun berisi.
Pada awalnya Nia hanya pasrah saja kuperlakukan begitu, namun setelah kuremas payudaranya, ia mulai membalas ciumanku. Dan ia pun gentian menciumi dan menjilati bibirku dengan agresif. Sementara tanganku tetap meremas payudaranya. Ciuman kami saat itu benar-benar terasa "panas." Lalu kucium telinga sambil berbisik di telinganya, "Lu seksi banget." Nafas Nia pun mulai tersengal-sengal. Lalu kuturunkan ciumanku ke lehernya. Kujilati mulai dari bawah telinga kiri sampai ke kanan tanpa melepaskan lidahku.
Tangan kananku pun ikut beraksi, kuremas-remas pantatnya. Lalu sambil menciumi lehernya. Kususupkan tangan kananku kedalam celana dan celana dalamnya. Kuraba-raba pantatnya. Lalu kuselipkan jariku di selangkangannya yang ternyata sudah agak basah. Kumasukkan ujung jari tengahku kedalam vaginanya. Terdengar suara Nia yang sudah mendesah-desah. "Aghhh"aghhhh?"
Kuhentikan ciumanku dan kuhentikan remasan ke payudaranya. Kulepaskan celana pendek yang dipakai Nia. Kulepaskan juga celana dalamnya yang bewarna putih. Terlihat bibir kemaluannya yang sudah basah dan ternyata vaginanya bersih tanpa bulu satu pun. Sepertinya baru dicukur. Lalu kujongkokkan diriku dan kumulai lagi ciumanku dari kakinya yang mulus. Kujilati betisnya. Kucium dengkulnya. Kuraba pahanya. Lalu kujilati paha kanan dan kirinya. Nia semakin bernafsu, suaranya semakin mengeras. "Aghh..ahhh.agh..agh".ahhh."
Lalu kujilati bibir kemaluannya dan akhirnya kumasukkan lidahku kedalam vaginanya. Sambil tanganku meraba-raba pahanya. Lalu kujilat juga klitorisnya yang terlihat memerah. Kupercepat jilatanku.
Nia : "Agh.agh.ah.ah.agh."
Dan tiba-tiba keluarlah cairan dari kemaluan Nia akibat orgasme yang kuberikan. Cukup banyak cairan yang keluar dari vaginanya. Kujilati cairan tersebut dengan nafsu. Rasanya asin dan sedikit asam. Rasanya mirip dengan cairan kemaluan Jovie.
Setelah itu saya berdiri kembali. Dan kubuka baju yang dikenakan Nia. Terlihat payudaranya yang montok berwarna putih yang dibalut Bra berwarna putih. Dan langsung kubuka kaitan branya.. Kuciumi payudaranya yang sudah mengeras dengan liar. Kumainkan putingnya dengan lidahku. Sementara tanganku yang satu lagi mengusap-ngusap klitorisnya.
Tiba-tiba Nia menarik dan membuka bajuku. Sepertinya Nia sudah tidak tahan untuk disetubuhi. Ia pun membuka celana beserta celana dalamku. Maka penisku yang sudah sangat terangsang muncul keluar. Melihatnya Nia langsung memasukkan penisku kedalam mulutnya. Dan Ia pun mulai mengulumku. Rasanya sungguh nikmat. Nia pintar sekali mengulumku(mungkin gara-gara sering nonton BF). Lidahnya terasa menjilati kepala penisku. Dan ia pun mengulum-ngulum buah pelirku. Terasa geli namun sangat nikmat.
Tiba-tiba Nia menyuruhku untuk duduk di kursi depan computer. Dan Nia pun masih memberikan kuluman yang sangat enak ke penisku. Lalu tiba-tiba Nia berdiri dan membelakangiku. Lalu ia memegang penisku dan berkata, "Masukkin ya, gw uda gak tahan nih." Gila pikirku, tanpa diminta, ia sudah memberikan vaginanya kepada penisku.
Aku: "Iya?"
Dengan bantuan tangannya akhirnya penisku masuk kedalam vaginanya. Vaginanya sempit. Penisku seperti diurut-urut dengan kekuatan besar. Terasa penisku menembus sesuatu. Sepertinya selaput dara. Rupanya Nia masih perawan. Sambil menahan sakit Nia mulai mengerak-gerakkan pantatnya.
Nia : "Esstt"sakit?"
Aku: "Tahan sedikit, namanya juga pertama kali, pelan-pelan aja."
Lalu Nia mulai menggerakkan pingulnya naik-turun. Tanganku pun ikutan dengan meremas kedua payudaranya. Dan akupun mulai mengerakkan pantatku mengikuti tempo gerakan Nia. Seketika Nia mulai terangsang lagi. Nia mulai mengeluarkan desahan yang lebih keras daripada tadi. Sepertinya Nia mudah orgasme(mungkin gara-gara sering masturbasi). Nia pun semakin mempercepat gerakannya, membuatku ingin ejakulasi. Namun kugunakan nafas perut sehingga aku bisa menahannya.
Nia : "Hen".Gw uda mo keluar."
Nia pun semakin mempercepat gerakannya sambil mendesah keras," Aghhh"aghhhh?" Dan Nia mencapai orgasme keduanya dan berdiam sebentar diatas pangkuanku. Lalu Nia berdiri dan berkata,"Aghhh"Enak bgt." Cairan kemaluannya membanjiri penisku dan terlihat bercak darah. Lalu ia jongkok dan mulai mengulum penisku. Sambil tangannya meraba buah pelirku. Lalu ia menjepit penisku diantara kedua payudaranya dan mulai mengocokku dengan kedua gunung tersebut. Sepertinya Nia sudah tidak sabar ingin merasakan spermaku, ia mengocokku dengan sangat cepat dan akhirnya," Crott" Crott". Crott" Crott"..Aghhh"ahhh"aghh." Sekitar tujuh kali penisku berdenyut. Spermaku tumpah di payudaranya dan muncrat ke wajah dan rambut Nia. Dengan lahap Nia menjilati penisku lagi untuk membersihkan sisa-sisa sperma. Bahkan ia pun membersihkan spermaku di payudara dan wajahnya dengan tangannya. Kemudian ia menjilati tangannya yang penuh sperma tersebut tanpa rasa jijik sama sekali.
Kemudian Nia mengajakku istirahat di ranjangnya. Sambil rebahan kami berbincang.
Aku: "Hebat banget lu! Puas gw."
Nia : "Siapa dulu..Nia..Btw lu harus janji foto-foto gw gak boleh lu kasih ke orang lain. Terserah mo lu simpen ato buang. Tapi klo sampe tu foto nyebar, w gk bkal kasih lu kenikmatan lagi. Gimana" Deal?"
Aku: "Deal."
Tiba-tiba Nia berdiri diatasku. Kemudian ia mengesek-gesekkan vaginanya ke penisku. Semakin lama nafsuku bangkit kembali, penisku kembali berdiri tegak. Lalu Nia memasukkan penisku kedalam vaginanya. Nia pun mulai mengerak-gerakkan tubuhnya naik-turun dan terkadang depan-belakang. Kami berdua kembali merasakan nikmat. Nia mulai mendesah dan terkadang mengerang keras. Dan saya pun merasakan penisku dijepit oleh dinding vaginanya. "Aghhh"aghhhh".. Aghhh"aghhhh" Kami berdua mendesah kenikmatan. Aku pun ikut menggerakkan pantatku.
Lalu kami tukar posisi, aku diatas dan dia dibawah. Lau kulanjutkan penetrasi. Kugerakkan pantatku maju-mundur, maju-mundur, maju-mundur. Nia mengerang keenakkan, "Terus hen"terus?" Tubuhnya pun menggeliat-geliat. Dan kupercepat gerakanku dan akhirnya Nia mencapai orgasme ketiganya. Langsung kucabut penisku dan kukocok sebentar di depan wajahnya. Dan akhirnya "Crott". Crott" Crott" Aghhh"aghhhh." Kusemprotkan spermaku di wajah Nia (facial), tanpa rasa jijik Nia menjilat spermaku yang ada di pipinya.
Melihat ia menjilati spermaku dengan lahap, membuatku nafsuku bangkit (walaupun penisku belum). Maka kujilati kembali vaginanya yang sudah sangat basah. Kuusap-usap klitorisnya. Kugigit pantatnya. Kumasukkan jariku kedalam vaginanya. Lalu kugerakkan jariku maju mundur.
Nia : "Udah hen, capek bgt?"
Tanpa menghiraukannya kupercepat gerakan jariku. Dan Nia kembali mendesah, "ahh..ahhh." Dan akhirnya penisku kembali bangun. Lalu kuajak dia doggy style. Walaupun lemas Nia tetap menuruti ajakanku. Ia berdiri di pinggir ranjang dan kemudian nungging. Lalu langsung saja kumasukkan penisku dengan bantuan petunjuknya. Dan akhirnya masuk juga. Kugerakkan lagi pantatku maju-mundur, maju-mundur, maju-mundur, maju-mundur. Lalu Nia berkata, "Ahhh"aghh"enak banget hen, terus?" Lalu kupercepat gerakanku, semakin cepat, semakin cepat, semakin cepat.
Nia : "Aghhhh"."
Nia kembali merasakan orgasmenya. Cairan kemaluannya menyembur banyak sekali. Lalu setelah kujilati habis, kurebahkan kembali Nia diatas ranjangnya. Ia terlihat kelelahan. Lalu kugesek-gesekan penisku diantara dengkulnya. Kupercepat gerakanku, semakin cepat, semakin cepat".Dan"Crott". Crott" Crott. Spermaku tumpah di pahanya.
Aku pun juga merasa kelelahan. Tanpa berpakaian dan membersihkan tubuh kami berdua terlelap. Setelah kira-kira 1 jam saya bangun dan mulai membersihkan sisa-sisa sperma ataupun cairan Nia. Sementara Nia masih tidur. "Sungguh nikmat hari ini.. Gw bisa dapet sex partner 1 lagi."
Kuperkenalkan diri saya lagi, nama saya Henri, kelas 3 SMA di Jakarta. Kalo ini saya tidak akan menceritakan kisah seks saya dengan Jovie seperti dalam cerita sebelumnya "Laporan Biologi." Tapi kali ini saya akan menceritakan kisah seks saya dengan seorang adik kelas. Kejadiannya kira-kira awal bulan Desember lalu.
Namanya Nia. Ia satu tahun dibawahku. Nia mempunyai wajah yang manis ditemani rambutnya yang sebahu. Kulitnya putih kecoklatan. Badannya kurus namun Nia memiliki payudara yang cukup besar. Sebenarnya saat ia memakai seragam sekolah, sekilas payudaranya tidak tampak besar. Namun saya pernah melihatnya membungkukkan badan, dan terlihat kedua payudaranya yang montok tersebut. Sejak saat itu Nia sering menjadi bahan pembicaraan kawan-kawan lelakiku.
Hubunganku dengan Nia cukup dekat. Terkadang kami suka jalan bareng bersama teman-temanku dan teman-temannya. Cukup banyak cowok yang mengejarnya. Namun sepertinya ia masih senang "jomblo." Sehingga saya tidak berusaha mendekatinya.
Senin, 5 Desember 2005
Tiba-tiba nia menghubungiku dan meintaku untuk dating ke rumahnya.
(Kring".kring".)
Nia : "Halo. Henry?"
Aku: "Iya. Kenapa ni?"
Nia : "Tolongin gw donk Hen! Besok gw ulangan computer. Lu kan jago ajarin donk."
Aku: "Ok. Gw kesono sekarang?"
Nia :"Iya. Gw tunggu ya."
Saya pun langsung bergegas ke rumah Nia yang letaknya tidak begitu jauh dengan rumahku.
Di rumah Nia saya dipersilahkan masuk oleh kakak perempuannya. Rupanya bila dibandingkan antara Nia dan kakaknya, Nia jauh lebih cantik. Denagn melihatnya saya bisa tahu perawakan kakaknya yang tomboi. Setelah masuk saya langsung disuruh duduk di depan computer, di samping ruang keluarga. Sementara Nia sedang mandi.
Sambil menunggu saya mengutak-ngutik computer yang ada di depan saya. Dan kemudian saya menemukan folder yang dihidden. Setelah diunhidden, ternyata nama folder tersebut cukup aneh dan menimbulkan rasa penasaran "skes." Lalu kudoubleclick folder tersebut dan ternyata masih ada folder lain didalamnya. Kubuka lagi folder demi folder dan akhirnya saya menemukan 2 folder yang namanya "Exploring" dan "Others." Lalu kubuka folder Exploring. Dan didalamnya kutemukan file-file berupa gambar dan video. Lalu kubuka saja gambar yang namanya "ddg." Isi dari gambar tersebut sangat mengejutkanku. Ternyata gambar tersebut adalah foto Nia yang bertelanjang dada, sehingga payudaranya yang besar itu terlihat jelas. Lalu kubuka video yang berjudul "mstr". Video tersebut lebih mengejutkanku lagi. Isinya video Nia sedang meraba-raba vaginanya(masturbasi).
Tanpa pikir panjang langsung kuambil CD-RW dari Cd case ku. Langsung kumasukkan Cd ku ke CD-ROMnya dan untung saja ada di computer Nia ada software Nero. Maka kuburn saja folder "skes" beserta semua isinya. Setelah selesai kuburn, kusimpan kembali CD-RWku da kuhiddenkan kembali folder tersebut.
Tiba-tiba muncul Nia keluar dari kamar mandi sambil mengenakan baju handuk putih
Nia : "Sori Hen, nunggu lama ya" Aku ganti baju dulu ya"
Aku: "Huihh"Untung tidak ketahuan."
Setelah itu kami mulai belajar tentang bahan ulangan Nia yaitu Ms.Access.
Sekitar pk.20.00, pelajaran kami berakhir dan saya pun pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, saya langsung ke kamar dan menyalakan computer. Kumasukkan CD-RW tadi ke CD-ROM. Kubuka satu persatu foto-foto Nia. Foto-foto tersebut membuat nafsuku naik mendadak. Semua bagian tubuh Nia terlihat di foto-foto tersebut mulai dari payudara, perut, paha, pantat, selangkangan sampai vaginanya yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Apalagi videonya, rata-rata berisi kegiatan masturbasi Nia. Sedangkan di folder Others, isinya gambar-gambar pria bugil dan gambar-gambar porno.
Keesokan harinya saat istirahat saya menghampiri Nia di kelasnya.
Aku: "Bisa gak ulangannya?"
Nia : "Bisa donk, thanks banget ya. Kapan-kapan gw traktir deh."
Setelah beberapa saat mengobrol, bel masuk berbunyi. Sebelum kembali ke kelas, aku membisikkan sesuatu ke telinganya.
Aku: "You like to EXPLORING, hah?"
Pada sore hari, tiba-tiba Nia mengirik SMS kepada saya.
Isinya " Hen, kerumah gw ya. Sekarang!Ada yang mo gw omongin."
Isi SMS tersebut cukup membuatku bingung, namun akhirnya saya memutuskan untuk pergi ke rumahnya.
Sesampainya disana, Nia sendiri yang membukakan pintu untukku.
Aku: "Ada apa Ni?"
Nia : "Yuk masuk, kita ngomong di dalem aja."
Aku: "Kok sepi, pada kemana?"
Nia : "Bonyok kan belum pulang, kakak gw lagi nginep rumah temennya."
Lalu kami duduk di depan computer
Aku: "Lu minta diajarin computer lagi?"?"
Nia : "Oh, gak. Gw cuma mo nanya tadi maksud bisikan lu di sekolah paan sih?"
Aku: "(Dengan maksud menyindir) Lu tau gak "skes", "exploring", "others"."
Nia : "(kaget) Hah!!Egh..eh"Mo minum apa?"
Aku: "Udahlah gak usah pura-pura, itu smua uda gw burn."
(Lalu kubuka folder skes)
Nia : "Lu gak kasih liat ke orang lain kan"Jangan donk, please balikin donk!!"
Aku: "Belum sih, tapi liat aja nanti"."
Nia : "(berdiri)Sialan! Jahat banget lu! Awa lu! Klo gitu lu mo apa" Duit"!"
Aku: "(berdiri)Gw mo ini!"
Kupeluk Nia dengan kedua tanganku. Kucium bibirnya. Nia memiliki bibir tipis yang seksi dan ternyata terasa lembut yang membuatku semakin nafsu. Kuciumi terus bibirnya. Dan tanganku mulai melakukan aksinya. Kuremas payudara kanannya dengan tangan kiriku. Payudaranya terasa kenyal namun berisi.
Pada awalnya Nia hanya pasrah saja kuperlakukan begitu, namun setelah kuremas payudaranya, ia mulai membalas ciumanku. Dan ia pun gentian menciumi dan menjilati bibirku dengan agresif. Sementara tanganku tetap meremas payudaranya. Ciuman kami saat itu benar-benar terasa "panas." Lalu kucium telinga sambil berbisik di telinganya, "Lu seksi banget." Nafas Nia pun mulai tersengal-sengal. Lalu kuturunkan ciumanku ke lehernya. Kujilati mulai dari bawah telinga kiri sampai ke kanan tanpa melepaskan lidahku.
Tangan kananku pun ikut beraksi, kuremas-remas pantatnya. Lalu sambil menciumi lehernya. Kususupkan tangan kananku kedalam celana dan celana dalamnya. Kuraba-raba pantatnya. Lalu kuselipkan jariku di selangkangannya yang ternyata sudah agak basah. Kumasukkan ujung jari tengahku kedalam vaginanya. Terdengar suara Nia yang sudah mendesah-desah. "Aghhh"aghhhh?"
Kuhentikan ciumanku dan kuhentikan remasan ke payudaranya. Kulepaskan celana pendek yang dipakai Nia. Kulepaskan juga celana dalamnya yang bewarna putih. Terlihat bibir kemaluannya yang sudah basah dan ternyata vaginanya bersih tanpa bulu satu pun. Sepertinya baru dicukur. Lalu kujongkokkan diriku dan kumulai lagi ciumanku dari kakinya yang mulus. Kujilati betisnya. Kucium dengkulnya. Kuraba pahanya. Lalu kujilati paha kanan dan kirinya. Nia semakin bernafsu, suaranya semakin mengeras. "Aghh..ahhh.agh..agh".ahhh."
Lalu kujilati bibir kemaluannya dan akhirnya kumasukkan lidahku kedalam vaginanya. Sambil tanganku meraba-raba pahanya. Lalu kujilat juga klitorisnya yang terlihat memerah. Kupercepat jilatanku.
Nia : "Agh.agh.ah.ah.agh."
Dan tiba-tiba keluarlah cairan dari kemaluan Nia akibat orgasme yang kuberikan. Cukup banyak cairan yang keluar dari vaginanya. Kujilati cairan tersebut dengan nafsu. Rasanya asin dan sedikit asam. Rasanya mirip dengan cairan kemaluan Jovie.
Setelah itu saya berdiri kembali. Dan kubuka baju yang dikenakan Nia. Terlihat payudaranya yang montok berwarna putih yang dibalut Bra berwarna putih. Dan langsung kubuka kaitan branya.. Kuciumi payudaranya yang sudah mengeras dengan liar. Kumainkan putingnya dengan lidahku. Sementara tanganku yang satu lagi mengusap-ngusap klitorisnya.
Tiba-tiba Nia menarik dan membuka bajuku. Sepertinya Nia sudah tidak tahan untuk disetubuhi. Ia pun membuka celana beserta celana dalamku. Maka penisku yang sudah sangat terangsang muncul keluar. Melihatnya Nia langsung memasukkan penisku kedalam mulutnya. Dan Ia pun mulai mengulumku. Rasanya sungguh nikmat. Nia pintar sekali mengulumku(mungkin gara-gara sering nonton BF). Lidahnya terasa menjilati kepala penisku. Dan ia pun mengulum-ngulum buah pelirku. Terasa geli namun sangat nikmat.
Tiba-tiba Nia menyuruhku untuk duduk di kursi depan computer. Dan Nia pun masih memberikan kuluman yang sangat enak ke penisku. Lalu tiba-tiba Nia berdiri dan membelakangiku. Lalu ia memegang penisku dan berkata, "Masukkin ya, gw uda gak tahan nih." Gila pikirku, tanpa diminta, ia sudah memberikan vaginanya kepada penisku.
Aku: "Iya?"
Dengan bantuan tangannya akhirnya penisku masuk kedalam vaginanya. Vaginanya sempit. Penisku seperti diurut-urut dengan kekuatan besar. Terasa penisku menembus sesuatu. Sepertinya selaput dara. Rupanya Nia masih perawan. Sambil menahan sakit Nia mulai mengerak-gerakkan pantatnya.
Nia : "Esstt"sakit?"
Aku: "Tahan sedikit, namanya juga pertama kali, pelan-pelan aja."
Lalu Nia mulai menggerakkan pingulnya naik-turun. Tanganku pun ikutan dengan meremas kedua payudaranya. Dan akupun mulai mengerakkan pantatku mengikuti tempo gerakan Nia. Seketika Nia mulai terangsang lagi. Nia mulai mengeluarkan desahan yang lebih keras daripada tadi. Sepertinya Nia mudah orgasme(mungkin gara-gara sering masturbasi). Nia pun semakin mempercepat gerakannya, membuatku ingin ejakulasi. Namun kugunakan nafas perut sehingga aku bisa menahannya.
Nia : "Hen".Gw uda mo keluar."
Nia pun semakin mempercepat gerakannya sambil mendesah keras," Aghhh"aghhhh?" Dan Nia mencapai orgasme keduanya dan berdiam sebentar diatas pangkuanku. Lalu Nia berdiri dan berkata,"Aghhh"Enak bgt." Cairan kemaluannya membanjiri penisku dan terlihat bercak darah. Lalu ia jongkok dan mulai mengulum penisku. Sambil tangannya meraba buah pelirku. Lalu ia menjepit penisku diantara kedua payudaranya dan mulai mengocokku dengan kedua gunung tersebut. Sepertinya Nia sudah tidak sabar ingin merasakan spermaku, ia mengocokku dengan sangat cepat dan akhirnya," Crott" Crott". Crott" Crott"..Aghhh"ahhh"aghh." Sekitar tujuh kali penisku berdenyut. Spermaku tumpah di payudaranya dan muncrat ke wajah dan rambut Nia. Dengan lahap Nia menjilati penisku lagi untuk membersihkan sisa-sisa sperma. Bahkan ia pun membersihkan spermaku di payudara dan wajahnya dengan tangannya. Kemudian ia menjilati tangannya yang penuh sperma tersebut tanpa rasa jijik sama sekali.
Kemudian Nia mengajakku istirahat di ranjangnya. Sambil rebahan kami berbincang.
Aku: "Hebat banget lu! Puas gw."
Nia : "Siapa dulu..Nia..Btw lu harus janji foto-foto gw gak boleh lu kasih ke orang lain. Terserah mo lu simpen ato buang. Tapi klo sampe tu foto nyebar, w gk bkal kasih lu kenikmatan lagi. Gimana" Deal?"
Aku: "Deal."
Tiba-tiba Nia berdiri diatasku. Kemudian ia mengesek-gesekkan vaginanya ke penisku. Semakin lama nafsuku bangkit kembali, penisku kembali berdiri tegak. Lalu Nia memasukkan penisku kedalam vaginanya. Nia pun mulai mengerak-gerakkan tubuhnya naik-turun dan terkadang depan-belakang. Kami berdua kembali merasakan nikmat. Nia mulai mendesah dan terkadang mengerang keras. Dan saya pun merasakan penisku dijepit oleh dinding vaginanya. "Aghhh"aghhhh".. Aghhh"aghhhh" Kami berdua mendesah kenikmatan. Aku pun ikut menggerakkan pantatku.
Lalu kami tukar posisi, aku diatas dan dia dibawah. Lau kulanjutkan penetrasi. Kugerakkan pantatku maju-mundur, maju-mundur, maju-mundur. Nia mengerang keenakkan, "Terus hen"terus?" Tubuhnya pun menggeliat-geliat. Dan kupercepat gerakanku dan akhirnya Nia mencapai orgasme ketiganya. Langsung kucabut penisku dan kukocok sebentar di depan wajahnya. Dan akhirnya "Crott". Crott" Crott" Aghhh"aghhhh." Kusemprotkan spermaku di wajah Nia (facial), tanpa rasa jijik Nia menjilat spermaku yang ada di pipinya.
Melihat ia menjilati spermaku dengan lahap, membuatku nafsuku bangkit (walaupun penisku belum). Maka kujilati kembali vaginanya yang sudah sangat basah. Kuusap-usap klitorisnya. Kugigit pantatnya. Kumasukkan jariku kedalam vaginanya. Lalu kugerakkan jariku maju mundur.
Nia : "Udah hen, capek bgt?"
Tanpa menghiraukannya kupercepat gerakan jariku. Dan Nia kembali mendesah, "ahh..ahhh." Dan akhirnya penisku kembali bangun. Lalu kuajak dia doggy style. Walaupun lemas Nia tetap menuruti ajakanku. Ia berdiri di pinggir ranjang dan kemudian nungging. Lalu langsung saja kumasukkan penisku dengan bantuan petunjuknya. Dan akhirnya masuk juga. Kugerakkan lagi pantatku maju-mundur, maju-mundur, maju-mundur, maju-mundur. Lalu Nia berkata, "Ahhh"aghh"enak banget hen, terus?" Lalu kupercepat gerakanku, semakin cepat, semakin cepat, semakin cepat.
Nia : "Aghhhh"."
Nia kembali merasakan orgasmenya. Cairan kemaluannya menyembur banyak sekali. Lalu setelah kujilati habis, kurebahkan kembali Nia diatas ranjangnya. Ia terlihat kelelahan. Lalu kugesek-gesekan penisku diantara dengkulnya. Kupercepat gerakanku, semakin cepat, semakin cepat".Dan"Crott". Crott" Crott. Spermaku tumpah di pahanya.
Aku pun juga merasa kelelahan. Tanpa berpakaian dan membersihkan tubuh kami berdua terlelap. Setelah kira-kira 1 jam saya bangun dan mulai membersihkan sisa-sisa sperma ataupun cairan Nia. Sementara Nia masih tidur. "Sungguh nikmat hari ini.. Gw bisa dapet sex partner 1 lagi."
Langganan:
Postingan (Atom)